![]() |
| Menumbuk kue beras pada kegiatan promosi dan memperkenalkan produk OCOP menarik banyak wisatawan untuk berkunjung dan menikmati. |
Hari-hari musim dingin yang dingin dan membeku di Desa Na Rao, Kecamatan Phong Quang, dihangatkan oleh tawa riang di sekitar api unggun. Di dapur, para ibu dan nenek berkumpul untuk memasak nasi ketan baru, kacang panggang, wijen panggang… menciptakan gambaran kehidupan yang sederhana namun puitis.
Suasana kerja yang terkesan sederhana namun kental akan keunikan budaya masyarakatnya, baik budaya sehari-hari maupun kental akan kristalisasi adat istiadat turun-temurun yang dipadukan dengan hangatnya kebersamaan masyarakat dataran tinggi.
Ibu Hoang Thi Tan, seorang tokoh terhormat di Desa Na Rao, Kecamatan Phong Quang, berkata: "Kue beras musim ini sangat lengket karena beras ketan yang baru ini harum. Dengan beras dari ladang sendiri, makan sepotong kue beras terasa lebih nikmat."
Banh giay biasanya dibuat tepat setelah panen, saat orang-orang mengakhiri kerja keras selama setahun dan menyampaikan rasa syukur mereka kepada bulir-bulir padi yang baru. Membuat kue ini sederhana sekaligus sakral, menunjukkan rasa syukur kepada langit dan bumi, leluhur, dan usaha sendiri. Banh giay bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga simbol reuni, kepenuhan, dan harapan baru.
Dalam suasana perayaan panen padi baru ini, anak-anak dataran tinggi tak akan kekurangan. Anak-anak berlarian di sekitar rumah panggung, sementara para lansia duduk mengelilingi api unggun sambil bercerita tentang panen dan kehidupan. Sejak zaman dahulu, penduduk desa telah mengenal cara membuat kue beras ketan setelah panen untuk dipersembahkan kepada leluhur mereka dan berbagi rezeki baru.
Selama bertahun-tahun, banh giay telah dijual, menjadi sumber pendapatan tetap bagi banyak keluarga, sekaligus melestarikan tradisi di tengah perubahan kehidupan. Menurut banyak lansia di dataran tinggi, salah satu rahasia menciptakan cita rasa unik kue ini adalah membungkusnya dengan daun pisang. Lapisan daun hijau membantu kue tetap lembut, kenyal, dan menyerap aroma alaminya dalam waktu lama.
Tak hanya di kalangan keluarga, banh giay juga hadir dalam konferensi, festival, dan pameran produk, serta menjadi "duta budaya" daerah pegunungan, yang mempromosikan keindahan kerja, kreativitas, dan semangat kebersamaan masyarakat. Di awal musim semi, banyak daerah menyelenggarakan kompetisi menumbuk banh giay, di mana tim-tim berlomba menumbuk beras ketan dan membentuk kue bundar yang indah, menciptakan suasana meriah dan menyenangkan di awal tahun.
Ibu Ma Thi Hac, yang sering berpartisipasi dalam festival Long Tong, berbagi, "Kontes ini tidak hanya memamerkan kerajinan tangan yang terampil, tetapi juga melestarikan nilai-nilai budaya, mengirimkan harapan untuk tahun baru yang damai dan sejahtera. Saya selalu menuangkan perasaan saya ke dalam setiap kue yang akan saya berikan kepada pengunjung dari dekat maupun jauh, sehingga berkontribusi dalam melestarikan dan mempromosikan keunikan budaya daerah ini."
![]() |
| Beras ketan yang dipadukan dengan banyak bahan alami seperti buah gac, daun mugwort, daun pandan ungu... telah menciptakan banh giay yang lezat dan berwarna-warni. |
Kue beras baru bukan hanya hidangan tradisional, tetapi juga simbol reuni dan kegembiraan setelah setahun bekerja keras. Dari nasi ketan yang harum, melalui tangan terampil para nenek dan ibu, kue ini menjadi anugerah spiritual, menghubungkan generasi, dan melestarikan nilai-nilai budaya yang telah lama ada.
Di tengah hiruk pikuk musim panen, suara alu, tawa anak-anak, dan cerita orang tua berpadu menciptakan gambaran nyata kehidupan masyarakat dataran tinggi, menyampaikan pesan rasa syukur, harapan, dan aspirasi untuk tahun baru dengan panen berlimpah dan kemakmuran...
Sumber: https://baothainguyen.vn/van-hoa/202512/banh-giay-mua-lua-moi-4c27f49/








Komentar (0)