Di tengah krisis medis dan politik yang belum terselesaikan di Korea Selatan, seorang pasien wanita penderita gagal jantung yang kemudian mengalami serangan jantung ditolak oleh 22 rumah sakit sebelum akhirnya diterima di sebuah rumah sakit yang berjarak lebih dari 100 km.
Mogok kerja tenaga medis di Korea Selatan, yang meletus pada Februari 2024, hingga kini belum terselesaikan antara kedua belah pihak - Foto: AFP
Pada tanggal 9 Januari, The Straits Times melaporkan bahwa seorang pasien wanita dengan gagal jantung ditolak oleh 22 rumah sakit sebelum akhirnya diterima oleh satu rumah sakit yang berjarak lebih dari 100 km. Hal ini menandai kasus lain di mana pasien darurat tidak dapat menerima perawatan yang dibutuhkan di tengah pemogokan medis dan krisis politik yang sedang berlangsung di Korea Selatan.
Oleh karena itu, layanan darurat di Cheongju, 112 km selatan Seoul, menerima laporan dari seorang pria sekitar pukul 14.00 pada tanggal 7 Januari, yang menyatakan bahwa pacarnya telah berhenti bernapas.
Saat tiba di lokasi, petugas medis melaporkan bahwa pasien, yang berusia sekitar 30 tahun, hampir berhenti bernapas meskipun pacarnya telah beberapa kali mencoba melakukan resusitasi.
Wanita itu mengalami serangan jantung mendadak saat mengonsumsi alkohol dan dipastikan membutuhkan perawatan medis darurat.
Petugas penyelamat segera menghubungi 22 rumah sakit di provinsi Chungcheong Utara dan Selatan, serta wilayah Seoul. Namun, semua rumah sakit menolak untuk menerima pasien tersebut, dengan alasan kekurangan spesialis atau sumber daya seperti peralatan medis, ruang perawatan, atau personel yang diperlukan untuk perawatan.
Tiga jam setelah jantungnya berhenti berdetak, pasien wanita tersebut akhirnya diterima dan dirawat di Rumah Sakit Suwon di Provinsi Gyeonggi, yang berjarak 100 km.
Staf medis mengatakan kondisi pasien saat itu kritis, dan dia baru sadar kembali sebelum tiba di Rumah Sakit Suwon.
Setelah dilakukan resusitasi, pasien wanita tersebut mengalami kesulitan berkomunikasi. Dokter kini memantau untuk melihat apakah gagal jantung tersebut akan menyebabkan kerusakan jangka panjang, seperti kelumpuhan.
Aksi mogok dokter di Korea Selatan pecah pada Februari 2024, sebagai protes terhadap rencana pemerintah untuk meningkatkan kuota penerimaan mahasiswa kedokteran.
Konfrontasi ini telah menyebabkan kekurangan staf yang parah di rumah sakit, dengan semakin banyak laporan tentang pasien darurat yang ditolak perawatannya.
Dari tanggal 19 Februari hingga 25 Agustus 2024, sebanyak 3.071 pasien gawat darurat ditolak perawatannya oleh rumah sakit. Selama periode ini, jumlah pasien yang ditolak perawatannya meningkat sebesar 46,3% dibandingkan dengan periode yang sama sebelum pemogokan dimulai.
Meskipun berlangsung hampir setahun, krisis kesehatan di Korea Selatan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Situasi politik yang bergejolak di negara tersebut hanya memperumit dan mempersulit penyelesaian masalah secara menyeluruh.
Sumber: https://tuoitre.vn/benh-nhan-suy-tim-ngung-tim-bi-22-benh-vien-tu-choi-o-han-quoc-20250110114235611.htm






Komentar (0)