Menurut New York Post, Ketua Komite Nobel Norwegia Jørgen Watne Frydnes pada 10 Oktober berbicara tentang keputusan untuk memberikan Hadiah Nobel Perdamaian 2025 kepada Maria Corina Machado, seorang pemimpin oposisi Venezuela, dan bukan Presiden AS Trump.
"Dalam sejarah panjang Hadiah Nobel Perdamaian, kita telah menyaksikan banyak kampanye dan perhatian media. Setiap tahun, kita menerima ribuan surat dari orang-orang yang mengungkapkan pandangan mereka, mengatakan apa yang akan membawa perdamaian bagi mereka," kata Ketua Komite Nobel, Jørgen Watne Frydnes.

"Komite bekerja di sebuah ruangan dengan potret semua peraih Nobel, yang merupakan tempat keberanian dan integritas. Dan kami hanya mengandalkan kerja keras (Ibu Machado) dan tekad Alfred Nobel untuk membuat keputusan," tegas Bapak Frydnes.
Sebelumnya, menurut RT, Gedung Putih mengkritik Komite Nobel Norwegia setelah organisasi tersebut memutuskan untuk memberikan Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini kepada Machado.
“Komite Nobel telah menunjukkan bahwa mereka menempatkan politik di atas nilai perdamaian,” tulis direktur komunikasi Gedung Putih, Steven Cheung, di X.
"Donald Trump akan terus menciptakan perdamaian, mengakhiri perang, dan menyelamatkan nyawa. Dia memiliki hati yang manusiawi dan tekad yang mampu menggerakkan gunung," kata direktur komunikasi Gedung Putih, Steven Cheung.

Komentar Gedung Putih muncul tak lama setelah Komite Nobel mengumumkan bahwa Maria Corina Machado, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini, terpilih. Pemimpin oposisi Venezuela tersebut mendapatkan penghargaan atas upayanya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan kebebasan demokrasi di Venezuela dan perjuangannya yang gigih untuk mencapai transisi yang adil dan damai.
Sumber: https://khoahocdoisong.vn/chu-tich-uy-ban-nobel-na-uy-noi-gi-ve-giai-nobel-hoa-binh-2025-post2149059859.html
Komentar (0)