
Dari satu foto
Di sebuah rumah kecil di Jalan Van Cao (Kelurahan Gia Vien), Ibu Nguyen Thi Thanh (68 tahun) dengan hati-hati membuka sebuah kotak kayu tua. Di dalamnya, di antara kain-kain yang terbungkus rapi, terdapat sebuah foto pernikahan hitam putih yang telah pudar dimakan waktu.
Ia berkata: "Foto ini diambil pada tahun 1979 di sebuah studio foto di Jalan Tam Bac. Saya hanya punya satu foto seperti ini seumur hidup saya. Hari itu, saya mengenakan ao dai putih pinjaman dari sepupu saya, dengan bunga palsu yang disematkan di dada, dan kerudung putih bersih bersulam di kepala saya. Saat itu, saya dan suami hanya mengambil satu foto."
Di masa Ibu Thanh, mengambil foto pernikahan merupakan hal yang langka. Tidak ada film berwarna, tidak ada penyuntingan pascaproduksi, hanya kamera Soviet tua dan latar belakang yang sudah dicetak. Ibu Thanh mengatakan bahwa pada masa itu, foto pernikahan sama berharganya dengan emas. Kedua mempelai berdiri dengan khidmat, mata menatap lurus ke depan, wajah tanpa ekspresi. "Tidak ada yang berani tertawa terbahak-bahak karena takut fotonya buram dan mata mereka tertutup," kata Ibu Thanh.
Fotografer dan jurnalis Vu Dung, yang telah lama berkecimpung di dunia fotografi pernikahan, mengenang: “Dulu, pengantin wanita merias wajahnya sendiri untuk foto pernikahan. Pengantin pria dan wanita mengenakan pakaian sederhana, kebanyakan ao dai putih atau gaun bermotif bunga yang baru dibuat. Banyak juga yang mengenakan seragam militer. Kami hanya punya flash, jadi kami harus memperhatikan cahaya dengan sangat cermat. Setelah foto diambil, film dicetak, dan kami harus menunggu seminggu penuh untuk mendapatkan fotonya. Karena kameranya mekanis, fotografi pernikahan membutuhkan waktu untuk mengambil film dan mencetak foto, sehingga sang seniman harus sangat berhati-hati dan teliti dalam setiap detail, tidak seperti fotografi digital saat ini.”
Fotografi pernikahan di era 60-an dan 70-an bukanlah untuk pamer atau keindahan, melainkan sebagai tanda, sebuah produk untuk mengabadikan peristiwa penting dalam hidup seseorang. Foto tersebut, meskipun kecil, dilestarikan dengan hati-hati. Foto pernikahan pada masa itu hanya berukuran kecil, pas di telapak tangan. Keluarga dengan kondisi yang lebih baik akan membingkainya dan menyimpannya di lemari atau menggantungnya di kamar tidur…
...terlalu banyak gaya

Selama bertahun-tahun, teknologi fotografi pernikahan telah berkembang pesat. Kini, semakin banyak studio fotografi pernikahan yang menawarkan beragam layanan pendukung, mulai dari kostum, aksesori, hingga kamera yang lebih modern. Pasangan tidak hanya berfoto di studio, tetapi juga berpiknik, berfoto di tempat-tempat dengan pemandangan indah, lanskap terkenal, tempat-tempat bersejarah, atau tempat-tempat yang berkaitan dengan kenangan cinta kedua insan...
Bui Thi Tuyet, pemilik studio TuArt Wedding di distrik Le Thanh Nghi, berbagi: “Setiap tahun kami mengambil ratusan foto pernikahan. Pelanggan kini tidak hanya ingin berfoto untuk kesenangan semata, tetapi juga ingin menceritakan kisah cinta mereka. Beberapa pasangan memilih gaya vintage (nostalgia, romantis), yang lain suka berfoto di luar ruangan, dan beberapa pasangan bahkan menyewa kru film untuk membuat album foto dan membuat video yang menceritakan kisah cinta mereka seperti film pendek.”

Teknologi dan digital telah mengubah foto pernikahan menjadi produk kreatif, di mana setiap detail diperhitungkan dengan cermat, mulai dari pencahayaan, komposisi, warna, hingga emosi. Pengeditan pascaproduksi dengan perangkat lunak, dikombinasikan dengan perekaman flycam dan efek pencahayaan, membuat foto pernikahan masa kini sangat berbeda dari masa lalu.
Ibu Pham Ngoc Huyen, seorang pengantin muda di distrik Ngo Quyen, berbagi: “Kami memilih untuk mengambil foto pernikahan di Pulau Cat Ba, yang dianggap sebagai mutiara hijau di tengah Teluk Tonkin. Pernikahan adalah peristiwa penting dan bermakna bagi kami, jadi kali ini kami memutuskan untuk berinvestasi besar. Sebelum mengambil foto dan mengedit video, kami dan kru meninjau lokasi terlebih dahulu, menyusun ide, rencana perjalanan, dan lokasi pemotretan sesuai keinginan kami. Meskipun harga album foto dengan investasi yang begitu rumit dan diambil di lokasi yang begitu jauh lebih mahal, kami menerima investasi tersebut karena ini adalah peristiwa besar dalam kehidupan setiap orang.”

Perbedaan terbesar dibandingkan masa lalu adalah semangat personalisasi. Foto pernikahan kini tidak hanya "untuk disimpan" tetapi juga "untuk dibagikan" dan "untuk mengekspresikan kepribadian". Banyak pasangan mengunggah album pernikahan mereka di media sosial, memilih gaya yang humoris dan rustic, atau menciptakan kembali kisah cinta mereka melalui setiap frame. Beberapa pasangan menyukai foto-foto rustic yang bernuansa nostalgia, sehingga mereka dapat memilih untuk mengambil foto pernikahan langsung di sawah atau tempat-tempat familiar yang biasa mereka kunjungi saat berpacaran. Dapat dilihat bahwa perubahan cara mengambil foto pernikahan tidak hanya merupakan langkah maju dalam teknologi, tetapi juga mencerminkan gerakan sosial dan pemikiran estetika di setiap generasi. Dari sekadar "melestarikan gambar", kini foto pernikahan juga menjadi cara bagi orang-orang untuk mengekspresikan perasaan, kepribadian, dan pandangan hidup mereka.
Foto pernikahan, dari generasi ke generasi, masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Vietnam. Dari foto hitam putih sederhana dalam bingkai kayu hingga album seni yang rumit, semuanya memiliki benang merah yang sama: cinta, hasrat akan kebahagiaan.
HAI MINHSumber: https://baohaiphong.vn/chup-anh-cuoi-xua-va-nay-527453.html






Komentar (0)