Pada sore hari tanggal 28 Juni, melanjutkan program kerja, Majelis Nasional membahas rancangan Undang-Undang tentang Geologi dan Mineral.
Penilaian hak eksploitasi mineral cukup rumit.
Mengomentari rancangan undang-undang tersebut, delegasi Tran Huu Hau (delegasi Tay Ninh) mengingat tanggapan Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup atas pertanyaannya pada tanggal 4 Juni tentang kasus perusahaan milik negara dan perusahaan yang memiliki izin eksploitasi mineral tetapi tidak melaksanakan proyek karena berbagai alasan.
Bapak Hau mengatakan bahwa dalam kasus ini, tambang-tambang tersebut dapat dilelang untuk memobilisasi sumber daya sosial bagi eksploitasi mineral. Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup mengatakan bahwa dalam kasus di atas, lelang dapat dilakukan apabila perusahaan dinyatakan tidak mampu melaksanakan dan mengelola eksploitasi tersebut.
Menurut delegasi Hau, pada kenyataannya, ada banyak situasi yang memerlukan perhatian dan peraturan ketat untuk menghindari hal-hal negatif.
Ia mencontohkan sebuah bisnis yang tidak menjalankan proyek pertambangan sendiri, tetapi dapat menggunakan hak pertambangan untuk membentuk usaha patungan dan berkontribusi modal dengan bisnis lain untuk mengeksploitasinya. "Menurut saya, ini adalah cara yang tepat, membuka peluang baru bagi bisnis dan memobilisasi sumber daya sosial untuk eksploitasi mineral," kata Bapak Hau.
Delegasi Tran Huu Hau, delegasi Tay Ninh (Foto: Media Majelis Nasional).
Dengan demikian, perusahaan lain tidak perlu mengajukan penawaran tetapi tetap diperbolehkan untuk mengeksploitasi. Dalam hal ini, delegasi berpendapat bahwa evaluasi hak eksploitasi mineral perlu dilakukan ketika menyetor modal untuk menghindari hilangnya aset negara.
"Namun, kenyataan selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa penilaian aset dan penilaian hak guna tanah untuk kontribusi modal, meskipun diatur secara khusus, masih banyak pelanggarannya dan banyak pejabat di semua tingkatan telah didisiplinkan dan dipenjara," kata delegasi Hau.
Oleh karena itu, menurut delegasi, penilaian hak eksploitasi mineral sangat penting namun cukup rumit. Oleh karena itu, perlu dikaji peraturan yang tegas, jelas, dan transparan untuk mendukung kegiatan terkait. Oleh karena itu, Rancangan Undang-Undang Geologi dan Mineral perlu menambahkan 1 pasal tentang penilaian hak eksploitasi mineral.
Mineral merupakan sumber daya alam yang berharga di negara ini. Sebagian besar mineral tidak dapat diregenerasi atau diperbarui, sehingga memerlukan pengelolaan, eksploitasi, dan pemanfaatan yang efisien.
"Mineral bagaikan sepotong lemak lezat yang diletakkan di depan mulut kucing. Kita harus memperkuat pendidikan dan mengingatkan kucing untuk menjaga moralitas mereka serta melindungi dan mengunci mereka dengan erat," tegas delegasi tersebut.
Rendahnya Angka Izin Usaha Pertambangan yang Diberikan Melalui Lelang
Laporan yang merangkum 13 tahun penerapan Undang-Undang Mineral menunjukkan bahwa lelang hak eksploitasi mineral telah menghasilkan efisiensi tinggi, meningkatkan pendapatan APBN. Namun, tingkat pemberian izin pertambangan melalui lelang masih sangat rendah.
Delegasi Tran Huu Hau mengatakan, terkait rendahnya lelang hak eksploitasi mineral, Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menjawab pertanyaan dengan mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh pelaksanaan Keputusan 158 yang benar, yang menetapkan 7 kasus tidak adanya lelang.
Namun, rancangan Undang-Undang Geologi dan Mineral telah mengambil kembali 3/7 dari isi Ketetapan 158, dengan ketentuan yang lebih luas dan umum, dan menugaskan Pemerintah dan Perdana Menteri untuk menentukan rinciannya.
Bapak Hau mengatakan, jika tidak ada perubahan mendasar sesuai ketentuan dalam Perpres 158, maka Kementerian Sumber Daya Alam dan daerah akan sulit beralih secara kuat ke lelang hak pengusahaan pertambangan.
Delegasi Tran Thi Kim Nhung, delegasi Quang Ninh (Foto: Media Majelis Nasional).
Terkait tanggung jawab perencanaan mineral, delegasi Tran Thi Kim Nhung (delegasi Quang Ninh) sepakat untuk menugaskan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan untuk mengajukan perencanaan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, dan pemanfaatan mineral golongan 1 kepada Perdana Menteri untuk mendapatkan persetujuan. Demikian pula, Kementerian Konstruksi juga ditugaskan untuk mengajukan perencanaan mineral golongan 2 kepada Perdana Menteri untuk mendapatkan persetujuan.
Menurut delegasi, peraturan ini perlu dipertahankan karena tiga alasan. Pertama, tidak mengganggu fungsi, tugas, dan kewenangan pengelolaan negara di bidang mineral. Karena perubahan ini tidak diperlukan dan dampaknya belum dikaji.
Kedua, melaksanakan secara ketat persyaratan Resolusi 10 Politbiro untuk menghubungkan secara erat dan efektif perencanaan, investigasi, eksplorasi, eksploitasi, pemrosesan dan penggunaan mineral.
Ketiga, apabila Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ditetapkan sebagai instansi yang membidangi perencanaan, maka Kementerian Sumber Daya Alam berperan sebagai instansi perencana sekaligus instansi pengelola perencanaan, dan sekaligus instansi pemberi izin usaha pertambangan.
“Jadi dari sudut pandang tertentu, bisa jadi ada pandangan bahwa regulasi ini berpotensi menimbulkan risiko, yakni menimbulkan korupsi negatif,” ujar delegasi tersebut .
[iklan_2]
Sumber: https://www.nguoiduatin.vn/dai-bieu-vi-von-khoang-san-la-mieng-mo-ngon-dat-truoc-mieng-meo-a670685.html
Komentar (0)