| Mengeringkan mi beras merupakan langkah penting dalam menciptakan tekstur kenyal dan aroma pho Phu Thong. |
Berbeda dengan mi pho kering produksi industri yang digulung cepat menggunakan mesin dan dikemas dalam jumlah besar, pho Phu Thong mempertahankan metode tradisional buatan tangan: mulai dari merendam beras, menggiling tepung, membuat mi, hingga menjemur, semuanya dilakukan dengan tangan. Karena itu, mi di sini lembut, kenyal, dan memiliki aroma khas beras Bao Thai murni yang kaya.
Untuk mempelajari seni pembuatan pho, kami mengunjungi kawasan perumahan Chinh, tempat banyak keluarga terlibat dalam kerajinan pembuatan mi pho tradisional. Ibu Lang Thi Hoan, yang telah berkecimpung dalam kerajinan ini selama lebih dari 40 tahun, masih mempertahankan kebiasaan bangun pukul 5 pagi untuk mulai membuat mi pho. Beliau berkata: "Beras harus direndam selama 8 jam sebelum digiling. Pencampuran tepung juga memiliki rahasia tersendiri untuk memberikan mi pho rasa yang lezat dan kenyal. Pembuatan mi pho harus dilakukan di atas api kayu untuk menjaga aroma beras. Jika mi terlalu tipis, akan mudah patah; jika terlalu tebal, akan keras."
Setelah dikukus, mi pho dibagi menjadi tiga jenis: mi pho segar yang dapat langsung dimakan dengan kuah; mi pho kering yang dapat digunakan dalam 1-2 hari; dan mi pho kering, yang dijemur selama 3-4 jam, kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan lagi untuk pengawetan yang lebih lama.
Mie pho kering yang sudah jadi berwarna putih pucat, dengan kilau alami yang sedikit. Saat dimasak, mie ini mempertahankan tekstur kenyalnya tanpa menjadi lembek atau lengket. Membuat pho membutuhkan halaman yang luas. Keluarga selalu memanfaatkan hari-hari cerah untuk mengeringkan mie, karena hujan berkepanjangan dapat merusak seluruh adonan karena pengeringan yang tidak memadai. Oleh karena itu, membuat pho bukan hanya sebuah profesi, tetapi juga hubungan yang mendalam dengan ritme cuaca dan kehidupan di pedesaan.
Saat ini, dengan bantuan mesin seperti penggiling dan pemotong mi, para pembuat pho memiliki pekerjaan yang lebih ringan dan mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Meskipun demikian, penduduk setempat masih membuat mi pho secara manual di atas kompor kayu bakar, memastikan bahwa setiap mi mempertahankan tekstur kenyal dan lezat aslinya.
Meskipun memiliki sejarah panjang, pho kering Phu Thong baru benar-benar dikenal luas di luar daerah setempat sekitar 10 tahun yang lalu. Sebelumnya, orang hanya membuatnya untuk konsumsi sendiri atau sebagai hadiah untuk kerabat selama hari raya dan Tet (Tahun Baru Imlek). Sejak tahun 2012, Ibu Hoan mulai menerima pesanan kecil dari warung sarapan, dan secara bertahap, pho Phu Thong tersedia di pasar, toko kelontong, dan provinsi tetangga seperti Cao Bang dan Lang Son...
Saat ini, Ibu Hoan rata-rata mengirimkan 30 kg mi pho kering setiap hari, yang bisa mencapai 50 kg selama musim liburan Tet. Harga mi pho berfluktuasi sekitar 35.000 VND/kg. Tidak hanya keluarga Ibu Hoan, tetapi lebih dari 20 rumah tangga di desa Dau Cau sekarang membuat mi pho, menghasilkan pendapatan rata-rata 7-8 juta VND per bulan. Hal ini secara bertahap membentuk desa kerajinan kecil, menciptakan mata pencaharian dan memupuk kohesi komunitas.
Namun, kerajinan pembuatan pho tradisional di Phu Thong belum sepenuhnya berkembang sesuai potensinya. Saat ini, banyak rumah tangga yang terlibat dalam kerajinan ini kekurangan tempat pengeringan, bergantung pada cuaca, kekurangan kemasan profesional, dan tidak memiliki merek yang jelas di pasaran.
Membangun merek kolektif, memperoleh sertifikasi OCOP, dan membawa produk ke saluran distribusi modern masih menghadapi banyak kesulitan. Oleh karena itu, selain ketekunan dan upaya masyarakat, kebijakan dukungan praktis dari pemerintah daerah sangatlah penting.
Sumber: https://baothainguyen.vn/dat-va-nguoi-thai-nguyen/202508/doc-dao-pho-phu-thong-b5a3487/






Komentar (0)