Ibu Nguyen Thi Nhiep, Kepala Sekolah Menengah Atas Berbakat Chu Van An (Hanoi), pernah bercerita bahwa sekolahnya memiliki 6 kelompok mata pelajaran untuk siswa kelas 10, dan keenam kelompok tersebut mencakup fisika dan kimia. Menurut Ibu Nhiep, hal ini bermula ketika beliau mengetahui bahwa ada siswa SMA yang, meskipun berorientasi untuk belajar di luar negeri sejak kelas 10, tidak teliti dalam mencari informasi tentang syarat dan ketentuan penerimaan serta beasiswa universitas yang diinginkan, sehingga mereka tidak mempertimbangkan pilihan mata pelajaran saat masuk SMA. Baru setelah mereka mencapai kelas 12, lamaran mereka ditolak oleh universitas asing karena transkrip SMA mereka tidak mencantumkan hasil mata pelajaran IPA seperti fisika dan kimia, dan mereka menyesalinya.
Oleh karena itu, banyak pendapat yang menunjukkan bahwa membangun kombinasi mata pelajaran untuk sekolah menengah atas serta memberi nasihat kepada siswa dan orang tua sebelum memilih kombinasi mata pelajaran sangatlah penting, tidak hanya untuk ujian kelulusan sekolah menengah atas tetapi juga untuk meningkatkan peluang masuk ke universitas dan memenangkan beasiswa di universitas luar negeri.
Jika salah memilih, jika beruntung, setelah satu semester atau satu tahun ajaran, siswa akan menyadari kesalahannya dan punya waktu untuk mengubah kombinasi mata pelajaran yang dipilih sesuai peraturan Kementerian. Namun, ada juga siswa yang baru menyadari "tersesat" saat mendaftar ujian kelulusan SMA untuk masuk universitas. Saat itu, tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.
Model pembelajaran berdiferensiasi, pengurangan mata pelajaran wajib dan penambahan mata pelajaran pilihan saat siswa memasuki SMA, merupakan kebijakan yang sepenuhnya tepat. Namun, memasuki tahun ajaran ke-4 pelaksanaan masih menunjukkan bahwa kondisi dan metode penyelenggaraan masih banyak kekurangan. Banyak sekolah memilih cara termudah: berdasarkan ruang kelas dan staf pengajar yang ada, mereka merancang mata pelajaran pilihan agar lebih mudah dijadwalkan.
Faktanya, meskipun mata kuliah pilihan diajarkan dalam konteks kekurangan guru dan ruang kelas, jika sekolah melakukannya dengan sungguh-sungguh, mereka tetap dapat "dengan cerdas" meningkatkan pilihan dan meningkatkan peluang penerimaan universitas bagi siswanya. Namun, jika sekolah hanya mengatur kelas untuk memudahkan pengaturan, kesulitan dan kerugian akan ditanggung oleh siswa.
Namun, sekolah menengah atas sendiri juga menunjukkan bahwa upaya untuk memberikan saran dan menyelenggarakan pengajaran pilihan hanya akan benar-benar membuahkan hasil yang "manis" jika universitas-universitas bersatu dalam mengumumkan rencana penerimaan siswa baru lebih awal dan mempertahankan rencana tersebut setidaknya selama 3 tahun agar siswa tidak "offside" di menit ke-89. Misalnya, pada musim penerimaan siswa baru tahun ini, menjelang ujian kelulusan sekolah menengah atas, beberapa universitas di bidang ilmu sosial mengumumkan penghapusan "blok C", yang menyebabkan banyak siswa bingung dan Kementerian Pendidikan dan Pelatihan harus turun tangan untuk memperbaiki situasi tersebut.
Memilih mata pelajaran sejak kelas satu SMA merupakan keputusan penting yang memengaruhi orientasi karier siswa di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan saran dan bimbingan dari pihak sekolah maupun keluarga. Khususnya, stabilitas dalam ujian kelulusan SMA dan penerimaan universitas serta perguruan tinggi merupakan faktor yang membantu siswa merasa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan.
Sumber: https://thanhnien.vn/dung-lac-loi-voi-mon-tu-chon-185250730223632121.htm
Komentar (0)