Taylor Swift gembira bisa mendapatkan kembali kendali atas semua hak cipta atas enam album aslinya.
Pada Juni 2019, Ithaca Holdings milik Scooter Braun mengakuisisi Big Machine Records, tempat Taylor Swift menandatangani kontrak rekaman dari tahun 2006 hingga 2018. Dengan memiliki Big Machine Records, Ithaca Holdings juga memiliki hak cipta atas enam album asli pertama Taylor Swift, khususnya: "Taylor Swift" (2006), "Fearless" (2008), "Speak Now" (2010), "Red" (2012), "1989" (2014), dan "Reputation" (2017). Isu kontroversialnya adalah Taylor Swift tidak memiliki hak untuk membeli kembali rekaman-rekaman ini, meskipun komposisi tersebut ia tulis dan bawakan sendiri.
Taylor Swift meninggalkan Big Machine Records dan memulai perjuangannya untuk mendapatkan hak cipta musiknya pada Agustus 2019. Penyanyi ini memutuskan untuk merekam ulang keenam albumnya, yang diberi label "Taylor's Version". Dari tahun 2021 hingga 2023, Taylor Swift merilis: "Fearless" (Taylor's Version), "Red (Taylor's Version)", "Speak Now (Taylor's Version)", dan "1989 (Taylor's Version)". Album-album ini tidak hanya menampilkan lagu-lagu yang telah direkam sebelumnya secara penuh, tetapi juga menambahkan lagu-lagu yang belum dirilis sebelumnya.
Dengan strategi ini, Taylor Swift ingin mendapatkan kembali kendali atas lagu-lagunya, sekaligus mengurangi nilai komersial rekaman asli milik Scooter Braun. Strategi ini efektif ketika Taylor Swift didukung oleh penggemar dan mereka membeli versi baru. Diperkirakan pendapatan tahunan dari 6 album lama telah turun hingga 80%. Tanggapan Taylor Swift dianggap oleh media sebagai tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah musik. Ini tidak hanya bermakna secara artistik tetapi juga merupakan pernyataan hukum: musik Taylor Swift harus menjadi milik pemiliknya.
Scooter Braun kemudian menjual rekaman master Taylor Swift kepada perusahaan investasi Shamrock Capital seharga $300 juta. Sekali lagi, Taylor Swift berusaha membeli kembali hak cipta musiknya. Setelah bertahun-tahun bernegosiasi, Taylor Swift mencapai kesepakatan untuk membeli kembali semua hak cipta, termasuk: video musik, film konser, sampul album, dan lagu-lagu yang belum dirilis. Taylor Swift dengan penuh emosi berbagi: "Semua musik yang pernah saya ciptakan kini menjadi milik saya."
Kemenangan Taylor Swift adalah perjalanan kegigihan dan tekad untuk merebut kembali apa yang menjadi haknya. Kemenangan ini juga merupakan pertarungan yang menegangkan terkait hak kekayaan intelektual di industri musik. Taylor Swift telah membuktikan bahwa ia bukan hanya seorang bintang, tetapi juga simbol kegigihan dan kemandirian. Sepanjang proses tersebut, Taylor Swift terus berinovasi, meningkatkan nilai musik yang ia miliki. Buktinya, Taylor Swift terus merilis karya-karya baru, termasuk "The Eras Tour" yang berlangsung selama 2 tahun (2023-2024) dengan 150 penampilan, menghasilkan lebih dari 2 miliar dolar AS dan menciptakan dampak ekonomi hingga 10 miliar dolar AS bagi wilayah yang menyelenggarakannya. Kesuksesan Taylor Swift telah menjadikannya ikon budaya global.
BAO LAM (Disintesis dari The Guardian, Forbes, Billboard)
Sumber: https://baocantho.com.vn/hanh-trinh-dau-tranh-cho-tac-quyen-cua-taylor-swift-a187394.html
Komentar (0)