Pemerintah Israel tadi malam (26 November) membahas persetujuan perjanjian gencatan senjata yang diusulkan AS dengan Hizbullah untuk mengakhiri konflik 14 bulan yang telah menewaskan ribuan orang.
Jika disetujui oleh Israel, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan bersama-sama mengumumkan perjanjian tersebut, menurut Reuters.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan kedua belah pihak semakin dekat mencapai kesepakatan, tetapi belum ada kepastian hingga kesepakatan itu tercapai. Senada dengan itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan Washington sedang berupaya keras untuk mencapai gencatan senjata di Lebanon, tetapi mencatat bahwa belum ada keputusan akhir yang dibuat.
Hizbullah mengatakan telah menghancurkan enam tank Merkava Israel
Berdasarkan rencana gencatan senjata 60 hari, Israel akan menarik pasukannya dari Lebanon selatan dan tentara Beirut akan memindahkan pasukan ke perbatasan, sementara Hizbullah menarik pasukannya ke utara Sungai Litani. Sejak konflik dimulai, Hizbullah telah menderita kerugian besar, kehilangan sejumlah komandan akibat serangan udara Israel. Namun, kelompok tersebut terus meluncurkan roket melintasi perbatasan.
Sebuah lokasi di Beirut (Lebanon) terkena serangan udara Israel pada tanggal 25 November.
Gencatan senjata akan memungkinkan 60.000 warga Israel kembali ke Israel utara. Para pejabat Israel telah menekankan bahwa Tel Aviv masih dapat menyerang ancaman yang akan datang selama gencatan senjata jika Lebanon gagal melakukan intervensi. Menurut The Times of Israel , beberapa pejabat terkemuka komunitas Israel utara menyatakan penolakan kemarin, dengan mengatakan bahwa keselamatan penduduk tidak terjamin dan perjanjian tersebut tidak mencakup zona penyangga yang diawasi oleh tentara Israel.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/israel-hezbollah-tien-gan-thoa-thuan-ngung-ban-185241126201026218.htm






Komentar (0)