"Saya telah melaporkan kepada Presiden bahwa mulai awal 2026, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor solar," tegas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia kepada wartawan pada 5 November. Titik balik ini dimungkinkan oleh Proyek Peningkatan dan Perluasan Kilang Balikpapan (RDMP) di Kalimantan Timur, yang dijadwalkan akan diresmikan pada 10 November.
Bapak Lahadalia menekankan bahwa pabrik baru ini akan membantu meningkatkan produksi solar dalam negeri, sehingga mampu memenuhi permintaan domestik tanpa harus bergantung pada impor. Selain itu, pemerintah juga sedang mempromosikan strategi biofuel, melalui program B50, yang menggabungkan 50% minyak nabati (biodiesel) ke dalam bahan bakar diesel konvensional.
Menurut Menteri Bahlil Lahadalia, hasil gabungan dari program RDMP dan B50 tidak hanya akan memenuhi permintaan domestik tetapi juga menciptakan surplus pasokan, yang membuka jalan bagi ekspor bahan bakar di masa mendatang. "Tujuan kami adalah menyelesaikan RDMP dan menerapkan B50. Ketika kedua proyek ini beroperasi secara bersamaan, Indonesia akan memiliki surplus pasokan solar," ujar Lahadalia optimis.
Program B50 diperkirakan akan dimulai pada paruh kedua tahun 2026. Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan percepatan transisi dari B40 ke B50, meskipun pengujian wajib masih berlangsung. Saat ini, Indonesia mengimpor sekitar 4,9–5 juta ton solar per tahun. Namun, dengan operasional kilang Balikpapan dan perluasan program biofuel, Indonesia dapat mengakhiri impor sepenuhnya dan bahkan bergerak menuju swasembada energi dan ekspor.
Sumber: https://vtv.vn/indonesia-se-cham-dut-nhap-khau-dau-diesel-vao-dau-nam-2026-100251106155525543.htm






Komentar (0)