
Mahasiswa kedokteran saat praktik
Hanya dalam beberapa tahun, jumlah universitas yang membuka jurusan kedokteran dan farmasi telah meningkat begitu pesat sehingga sulit dikendalikan. Banyak pakar menunjukkan bahwa di banyak fasilitas, infrastruktur praktik masih kurang, rumah sakit praktik tidak memadai, dosen terbatas, dan bahkan rasio dosen tetap tidak memenuhi standar minimum yang ditetapkan. Sementara itu, pelatihan dokter membutuhkan standarisasi yang sangat tinggi, waktu yang lama, serta program studi dan praktik yang ketat.
Kebutuhan tenaga medis meningkat seiring bertambahnya populasi, tetapi pemenuhan kuantitas tidak dapat dijadikan alasan untuk mengorbankan kualitas. Melihat dunia, negara-negara dengan sistem medis yang maju menetapkan persyaratan ketat dalam pemberian lisensi kepada sekolah kedokteran dan pengawasan pelatihan, mulai dari standar staf pengajar, sistem praktik, rumah sakit afiliasi, hingga rasio mahasiswa-dosen, standar output, dan lama magang. Banyak negara juga menerapkan mekanisme akreditasi independen berkala, serta hak untuk menangguhkan program yang tidak memenuhi standar.
Sementara itu, di Vietnam, kriteria pembukaan jurusan terkadang masih didasarkan pada prosedur administratif, sementara proses penilaiannya kurang ketat. Banyak delegasi Majelis Nasional melaporkan bahwa ada tempat-tempat yang merekrut mahasiswa dengan antusias meskipun laboratoriumnya buruk, perpustakaannya kekurangan bahan-bahan khusus, dan staf pengajarnya lemah dan tidak memadai. Seorang mahasiswa kedokteran yang tidak terlatih dengan baik akan lulus dengan pengetahuan dan keterampilan praktis yang kurang.
Konsekuensinya tidak hanya terbatas pada kualitas pelatihan, tetapi juga secara langsung memengaruhi citra dan reputasi seluruh industri medis. Kepercayaan masyarakat terhadap dokter dibangun di atas standar dan keseriusan proses pelatihan. Setiap kesalahan medis dapat menyebabkan konsekuensi yang besar dan meluas, mulai dari insiden profesional hingga krisis kepercayaan. Sistem pelatihan yang longgar akan menciptakan "kesenjangan" yang sulit diatasi dalam keseluruhan sistem medis.
Untuk menghindari terulangnya kesalahan di banyak bidang yang telah berkembang pesat namun kurang terkendali, pengetatan manajemen pembukaan sekolah kedokteran dan jurusan kedokteran merupakan kebutuhan mendesak. Namun, bagaimana cara memperketatnya untuk menjamin kualitas dan memenuhi kebutuhan sumber daya manusia?
Menurut banyak pakar, pertama-tama, kita harus meningkatkan standar pembukaan jurusan ke arah yang lebih substansial. Hanya sekolah dengan rumah sakit berstandar, staf pengajar yang andal, dan komitmen jangka panjang untuk berinvestasi di fasilitas yang boleh mendapatkan lisensi. Membuka jurusan terlebih dahulu lalu terburu-buru menambahkan persyaratan di kemudian hari tidak dapat diterima.
Selain itu, mekanisme akreditasi independen sesuai standar internasional perlu dibentuk untuk semua program pelatihan medis. Hasil akreditasi harus dipublikasikan untuk pemantauan sosial. Selain itu, sistem penilaian kompetensi profesional harus lebih serius dan substansial; jika ujian profesional cukup ketat, program pelatihan berkualitas buruk akan tereliminasi.
Semua kebijakan terkait pelatihan medis harus mengutamakan kesehatan masyarakat. Masyarakat membutuhkan lebih banyak dokter, tetapi membutuhkan lebih banyak dokter dengan keahlian yang baik, keterampilan yang solid, dan etika profesional.
Kualitas pelatihan medis bukan hanya soal pendidikan atau kesehatan, melainkan fondasi bagi keselamatan, kesehatan, dan kepercayaan seluruh masyarakat. Hanya dengan mengutamakan kualitas secara konsisten, kita dapat membangun sistem kesehatan yang berkelanjutan dan andal untuk masa depan.
Sumber: https://kinhtedothi.vn/lay-chat-lam-goc.916363.html






Komentar (0)