Bình Dinh (lama) telah lama dikenal sebagai "tanah Tuong" - tempat lahirnya banyak tokoh panggung ternama seperti Dao Duy Tu, Dao Tan, dan sederet grup opera ternama pada masanya. Di sini, Tuong bukan hanya sebuah bentuk kesenian tradisional, tetapi telah menjadi bagian dari kesadaran masyarakat.

Dalam seni Tuong, tata rias—juga dikenal sebagai "lukis wajah"—memainkan peran khusus. Seniman tidak hanya tahu cara bernyanyi, menari, dan berakting, tetapi juga harus menggambar wajahnya sendiri sebelum naik panggung. Tata rias bukan sekadar dekorasi, tetapi juga cara mereka menghidupkan karakter—mulai dari warna, garis, hingga tata letak, semuanya harus sesuai dengan konvensi tradisional, sekaligus mengekspresikan kepribadian, nasib, dan kelas sosial karakter tersebut.

Seniman Tuong diajari melukis wajah sejak hari pertama mereka berkarya. Namun, setiap wajah hanya digambar satu kali oleh guru—dan hanya separuh wajah. Sisanya, siswa harus menyelesaikannya sendiri. Khususnya, seniman harus menggunakan kedua tangan untuk menggambar sesuai dengan masing-masing sisi wajah—yang membutuhkan ketangkasan, ketekunan, dan pemahaman mendalam tentang seni rupa.

Riasan Tuong mencakup tiga teknik utama: melukis wajah, melukis wajah, dan menarik wajah. Warna-warnanya harus berani dan garis-garisnya harus jelas agar ekspresi wajah lebih mudah, bahkan ketika seniman berdiri puluhan meter dari penonton. Hal ini membantu penonton, hanya dengan melihat wajahnya, untuk memahami karakternya—setia atau penjilat, saleh atau jahat.
Seniman muda Thai Phien berbagi: “Dalam seni Tuong, tata rias merupakan faktor yang sangat penting. Seorang seniman tidak hanya membutuhkan teknik, tetapi juga kecanggihan, pemahaman seni, dan karakter untuk mengekspresikan kepribadian yang tepat melalui setiap sapuan kuas.”
Seniman Rakyat Xuan Hoi mengungkapkan: "Menggambar wajah tidak bisa dilakukan sembarangan, karena penonton bisa menebak karakternya hanya dengan melihat wajahnya. Setiap gaya wajah—merah, hitam, bergaris, garang, atau lembut—menimbulkan kepribadian. Ketika dipadukan dengan dialog, gerakan, dan kostum, karakter tersebut benar-benar terasa hidup di atas panggung."

Sejak dahulu kala, tuong telah menjadi "makanan" spiritual yang tak tergantikan bagi masyarakat, terutama di wilayah pesisir. Melalui pasang surut sejarah bangsa, hingga kini, seni tuong masih dilestarikan dan dikembangkan. Suara agung yang mencontohkan karakter-karakter setia, pengorbanan diri demi kebaikan bersama, pelajaran tentang perilaku manusia, tragedi heroik, alunan drum opera, dan seni "lukis wajah" dalam tuong selalu memiliki daya tarik tersendiri.
Sumber: https://baogialai.com.vn/nghe-thuat-ve-mat-hon-cot-cua-tuong-post563106.html
Komentar (0)