Pada pukul 8:00 malam, di kedai kopi kecil milik Tuan Sung Manh Hung di kelurahan Dong Van ( Ha Giang lama, sekarang bagian dari Tuyen Quang), suasana tiba-tiba menjadi hidup ketika melodi lagu yang sudah tak asing lagi "Seolah-olah Paman Ho ada di sini pada hari kemenangan besar" terdengar.
Di bawah cahaya kuning yang hangat, Tuan Hung bergoyang penuh semangat mengikuti alunan musik, dikelilingi oleh sekitar 30-40 wisatawan mancanegara yang ikut bertepuk tangan dan menari sepenuh hati. Saat lagu mencapai klimaksnya, baik wisatawan Vietnam maupun mancanegara berteriak serempak dalam bahasa Vietnam: " Vietnam! Ho Chi Minh ! ". Semua orang meluapkan emosi.
“Di sini, tak ada lagi konsep Timur atau Barat, yang ada hanya hati yang mencintai musik dan bersemangat menjelajah serta bepergian,” ujar Pak Hung sambil tersenyum.
Pahlawan menari dengan tamu internasional (Video: Karakter disediakan).
Lahir di dataran tinggi batu Dong Van, Tuan Hung tumbuh besar dengan alunan musik panpipe, tarian, dan rumah-rumah tanah yang familiar. Setelah belajar jauh di negeri orang, beliau kembali dan memilih untuk menekuni wisata komunitas dan budaya tradisional, sebuah jalan yang merupakan hasrat sekaligus tanggung jawab bagi seorang putra daerah batu abu-abu.
Saat ini, Bapak Hung adalah seorang pejabat di Pusat Kebudayaan Daerah Dong Van, mengelola kedai kopi, dan menyelenggarakan berbagai kegiatan wisata. Baginya, pariwisata bukan hanya tentang memperkenalkan pemandangan indah, tetapi juga tentang memberikan rasa aman dan damai kepada wisatawan.
Hal istimewa dari perjalanan Hung adalah caranya membawa musik dan tari ke dalam dunia pariwisata. Dari tari Khen, tari Sap, tari Xoe, hingga tari rakyat yang dimodifikasi, ia menciptakan ruang di mana setiap orang, tanpa memandang kebangsaan, dapat bergandengan tangan dan menari, ikut tertawa. Interaksi tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang ke Dong Van.
"Saya tidak pernah belajar menari secara profesional, tetapi belajar langsung dari wisatawan internasional dan kehidupan sehari-hari," katanya.
Ia memadukan gerakan-gerakan buruh seperti memotong padi, menumbuk jagung, menangkap ikan, dll. ke dalam tariannya, menjadikannya terasa akrab sekaligus hidup. Keaslian inilah yang membuat wisatawan tak lagi sekadar penonton, tetapi merasa seperti sedang menyelami kehidupan masyarakat setempat.
Bagi Tn. Hung, musik adalah "bahasa umum umat manusia", membantu menghapus kesenjangan budaya, meninggalkan harmoni dari hati ke hati di hati teman-teman dari seluruh dunia.

Roaily terkesan dengan tarian dan keramahtamahan masyarakat Dong Van (Foto: Karakter disediakan).
Roaily, seorang gadis muda dari London (Inggris), tiba di Vietnam pada musim gugur, membawa serta keinginan untuk menjelajahi budaya dan alam negeri asing.
Setelah beberapa bulan menjelajahi Hanoi yang ramai, ia memilih Ha Giang (lama) sebagai pemberhentian berikutnya dalam perjalanannya, karena ia mendengar dari teman-temannya bahwa tempat ini adalah “jantung batu” dari Utara, tempat orang-orang hidup perlahan dan alamnya megah dan luar biasa.
Roaily dan dua sahabatnya yang juga backpacker tidak bepergian sendirian. Ketiga gadis itu menyewa sepeda motor dan menjelajahi jalan berliku, lereng gunung, dan tebing curam.
Bersama Roaily, setiap belokan seakan membuka gambaran baru, lembah sawah berteras keemasan, desa-desa dalam asap biru sore hari, atau senyum cerah anak-anak Mong dan Dao yang melambaikan tangan kepada orang yang lewat.
Malam api unggun di Dong Van adalah momen yang tak terlupakan. Di bawah cahaya api unggun yang berkelap-kelip, suara seruling Mong berpadu dengan ketukan drum. Diundang Hung untuk ikut menari mengelilingi api unggun, Roaily awalnya ragu, tetapi kemudian ia terhanyut dalam irama yang ramai.
Saat tangannya menggenggam tangan teman-temannya, kakinya melangkah berputar-putar, dia merasakan perasaan aneh, menyenangkan sekaligus dekat.
Ia menuturkan, momen itulah yang membuat Ha Giang meninggalkan kesan mendalam di hatinya.
"Saya telah berpartisipasi dalam banyak festival jalanan di Eropa, tetapi saya belum pernah merasakan pengalaman yang begitu hangat dan harmonis. Di sini, orang-orang menari bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga karena mereka ingin berbagi kecintaan mereka terhadap tanah air dan budaya mereka dengan orang lain. Itu benar-benar menyentuh saya," kata Roaily.

Berkat menari, Tuan Hung mendapat banyak teman asing (Foto: Karakter disediakan).
Setelah perjalanan, Roaily mengunggah video dirinya, teman-temannya, dan penduduk setempat menari mengelilingi api unggun. Hanya dalam beberapa hari, video tersebut ditonton puluhan ribu kali, dengan banyak komentar yang terkagum-kagum akan keindahan Ha Giang yang sederhana.
Bagi Roaily, hal yang paling berharga adalah koneksi. "Ha Giang memberi saya lebih dari sekadar perjalanan. Ha Giang memberi saya kenangan yang saya tahu akan saya ceritakan kepada teman-teman saya berulang kali. Dan mungkin suatu hari nanti, saya akan kembali," ujarnya.
Tak hanya Roaily, banyak rombongan wisatawan lain juga terkesan dengan tarian Hung dan keramahan masyarakat Dong Van. Bahkan setelah pulang, mereka tetap berkomunikasi, berfoto kenang-kenangan, berbagi perasaan, dan merencanakan perjalanan pulang.
Bagi Pak Hung, memperkenalkan budaya Vietnam melalui musik dan tari bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah misi. Setiap ketukan drum dan setiap langkah tarian mengandung kisah tentang kehidupan, adat istiadat, dan jiwa masyarakat Vietnam, terutama etnis minoritas di dataran tinggi Dong Van.
Ketika wisatawan internasional ikut menari, mereka tidak hanya "menari" tetapi juga benar-benar "hidup" dalam budaya lokal, menyentuh jiwa dataran tinggi berbatu.
Sumber: https://dantri.com.vn/du-lich/nghien-dieu-mua-cua-chang-trai-dan-toc-khach-tay-hua-quay-lai-viet-nam-20250925120050577.htm
Komentar (0)