
Dari rumah deret menjadi rumah jalanan
Hakikat "perumahan perkotaan" dan "perumahan pedesaan" sama saja. Citra ini begitu akrab sehingga orang-orang menyebut pasangan mereka "rumahku", keluarga mereka "rumah kami", kampung halaman mereka "kampung halaman", dan negara mereka "tanah air".
Untuk perumahan perkotaan, hal ini meningkat pesat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk perkotaan. Arsitektur ini terbentuk dalam dua cara dan dua arah yang berbeda.
Pertama, mari kita sebut saja arah "bottom-up", yang berarti "perumahan perkotaan" berkembang dari "perumahan pedesaan". Proses ini berlangsung perlahan.
Di pedesaan pada zaman dahulu, rumah tiga kamar merupakan rumah utama yang umum digunakan sebagai tempat beribadah, menerima tamu, dan tempat tidur putra sulung. Di sebelahnya, seringkali terdapat rumah horizontal tambahan untuk menyimpan hasil pertanian, peralatan pertanian, dan untuk berproduksi.
Seluruh blok berbentuk L sederhana itu terletak di sebidang tanah yang luas, dengan fasilitas tambahan seperti tempat penjemuran, dapur, toilet, kebun sayur, kolam ikan, lahan pertanian, kandang unggas dan ternak, dan lain-lain.
Secara bertahap, perkembangan sosial-ekonomi dan struktur pekerjaan berubah dengan cepat, dan untuk beradaptasi, orang-orang mengalokasikan halaman depan untuk dijadikan toko atau pabrik. Oleh karena itu, rumah mereka pun bergeser ke jalan.

Lebih lanjut, model keluarga empat generasi tampaknya sudah tidak ada lagi. Seiring berjalannya waktu, anak-anak dalam keluarga tumbuh dewasa dan pindah, dan orang tua mulai mempertimbangkan untuk memberikan sebidang tanah kepada setiap anak.
Maka, rumah yang tadinya horizontal, segera berubah menjadi vertikal. Pada suatu titik, seiring dengan tingkat urbanisasi, rumah-rumah ini menjadi... "perumahan perkotaan".
Rumah sesuai perencanaan
Perjalanan "perumahan perkotaan" menyaksikan perkembangan pesat pembentukan kawasan permukiman dan perkotaan. Pada masa ini, arsitektur perumahan perkotaan terbentuk dengan bentuk-bentuk spesifik: vila (lebar muka sekitar 9-10 m), rumah bandar (lebar muka sekitar 7-8 m), dan rumah bandar (lebar muka sekitar 5-6 m). Pengaturannya berbeda-beda dalam hal derajat, batas bangunan, jumlah lantai, dan ketinggian.
Meskipun bentuknya berbeda, ruang di "perumahan perkotaan" juga memiliki pola yang sama. Berawal dari ruang tamu, kini orang-orang sering memilih ruang terbuka yang dapat terhubung dengan ruang lain seperti dapur, jendela atap, dan taman luar.

Dapur telah menjadi ruang penting—ruang terbuka. Dari dapur, Anda dapat mengamati semua tempat di rumah, bahkan taman. Banyak keluarga juga memiliki ruang makan terpisah, yang juga merupakan ruang untuk berkomunikasi dan menjalin keakraban keluarga. Saat ini, kamar tidur dalam arsitektur modern cenderung berukuran sedang dan hanya untuk... tidur.
Void - ruang khusus
Tergantung pada kebutuhan dan kondisi spesifik, rumah juga dapat memiliki ruang lain: ruang ibadah, ruang bersama, ruang baca, pojok teh... Di mana, ruang kosong tersebut juga merupakan ruang khusus untuk membantu meningkatkan pencahayaan dan ventilasi alami.
Ruang ini juga merupakan "ruang komunikasi". Dari sana, anak-anak di lantai atas dapat melihat dan memanggil ibu mereka di lantai bawah, atau cukup membuka jendela di lantai dua untuk mengamati hingga ke gerbang. Ruang ini, meskipun tampak tidak berharga, sebenarnya bermanfaat untuk meningkatkan nilai ruang-ruang lain di rumah.
Ruang terbuka tersebut bisa berupa halaman depan, halaman belakang, dan skylight. Jika membangun rumah dengan luas tertentu, halaman depan sebaiknya luas (untuk berkebun, parkir, atau keperluan lain di masa mendatang).
Halaman yang luas juga membantu bangunan tampak lebih menarik, sehingga lebih mudah dilihat. Halaman belakang juga diperlukan untuk menjemur pakaian, menanam sayuran, atau berkebun. Oleh karena itu, meskipun berada di lingkungan perkotaan, rumah ini tetap mengingatkan pada sisa-sisa rumah pertanian kuno.
Rumah yang indah adalah sarang hangat yang terletak pada keintiman tuan rumah saat menyambut tamu, pada cara tuan rumah yang terampil membuat teh, pada sapaan anak-anak yang baik, pada cerita-cerita yang diceritakan satu sama lain dengan ketulusan dan toleransi antara tuan rumah dan tamu...
Semuanya menciptakan kesan keseluruhan, seperti jiwa rumah tersebut. Rumah itu indah sesuai dengan gaya hidup keluarga dan mencerminkan warna-warni kehidupan.
Itu bisa berupa buku yang buru-buru ditinggalkan pemilik rumah di atas meja setelah dibaca, mainan anak-anak yang berserakan di lantai, atau sayur-sayuran dan buah-buahan yang dipajang di meja dapur saat disiapkan untuk makan malam keluarga...
Yang terpenting, sebuah rumah harus menciptakan kebebasan bagi penghuninya dan nostalgia saat mereka pergi. Agar setiap orang berhak merasa bangga dengan rumah mereka...
Sumber
Komentar (0)