Dalam pernyataan bersama, sekutu Barat meminta Iran untuk mengubah arah dan mengatakan mereka tetap “berkomitmen pada solusi diplomatik ” terkait program nuklir Teheran.
Pemimpin Iran pernah mengunjungi fasilitas uranium dengan pengayaan rendah. Foto: EPA
"Produksi uranium yang diperkaya tinggi oleh Iran tidak memiliki justifikasi sipil yang kredibel," demikian pernyataan tersebut. "Keputusan-keputusan ini... merupakan perilaku berbahaya dalam konteks ketegangan regional."
Sejak Israel memulai serangannya terhadap militan Hamas yang menguasai Gaza, pasukan yang didukung Iran telah meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan pasukan AS di Irak dan Suriah, sehingga meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Selasa bahwa Iran telah mempercepat produksi uranium yang diperkaya tinggi dengan kemurnian hingga 60%.
Iran pada hari Rabu menolak laporan IAEA sebagai "bukan hal baru" dan mengatakan pihaknya menjalankan programnya "sesuai aturan."
Menurut definisi teoretis IAEA, Iran memiliki cukup uranium dengan kemurnian 60%, dan jika diperkaya hingga 90%, jumlahnya bisa cukup untuk membuat tiga bom nuklir. Iran membantah tengah mengembangkan senjata nuklir.
Inggris, Prancis, dan Jerman tetap menjadi pihak dalam kesepakatan 2015 yang dirancang untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan kesepakatan tersebut pada tahun 2018, yang menyebabkan Iran melanggar sebagian batasan sebelumnya.
Bui Huy (menurut Reuters)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)