
Desain buatan tangan di atas kertas
Pada tanggal 1 Desember 1961, surat kabar Hai Duong menerbitkan edisi pertamanya. Karena tidak ada seniman, reporter harus menggambar sampul, memasukkan kolom, dan mendesain surat kabar itu sendiri.
Jurnalis Nguyen Huu Phach, salah satu dari empat reporter pertama Surat Kabar Hai Duong, ditugaskan untuk tugas ini. Ia berkata: "Gambar dan desainnya dibuat manual di atas kertas dengan perhitungan kasar. Oleh karena itu, akurasinya kurang tinggi." Setelah itu, redaksi mengirimkan seseorang untuk belajar menggambar kotak dan menghitung huruf di Surat Kabar Nhan Dan untuk melamar.
Jurnalis dan penyair Ha Cu, mantan Pemimpin Redaksi Surat Kabar Hai Duong, mengenang bahwa pada tahun 1976, ia kembali ke Surat Kabar Hai Duong (saat itu Surat Kabar Hai Hung) untuk bekerja sebagai pelukis. Setelah berita dan artikel wartawan disetujui, ialah yang menyajikannya di atas kertas mockup seukuran koran. Setiap kertas mockup dibagi menjadi 50 kotak, yang masing-masing kotak berisi 50 kata. Dengan demikian, setiap berita dan artikel akan dihitung jumlah katanya untuk menentukan jumlah kotak yang sesuai pada kertas mockup. Berawal dari penghitungan kata, ia dan jurnalis Nguyen Huu Phach pernah berlomba menghitung kata. "Kami berlomba untuk melihat siapa yang menghitung lebih cepat. Pak Phach berpengalaman, jadi ia menghitung 2, 4, 6... Sementara saya menghitung secara berurutan 1, 2, 3... jadi saya kalah. Kami berdua tertawa. Ini menunjukkan bahwa menghitung kata dilakukan secara manual, sangat teliti, dan memakan waktu," ujarnya.

Setelah perhitungan, seniman harus menyusun pada mockup seperti halaman surat kabar asli: berita mana yang di atas, mana yang di bawah, judul utama, subjudul, besar atau kecil, tergantung pada persyaratan surat kabar dan nilai isi berita dan artikel. Karena perhitungannya relatif akurat, jarang terjadi kata-kata tambahan atau hilang. Jika ada kata-kata tambahan atau hilang, penanggung jawab harus memotong atau menambahkan konten tepat waktu.
Setelah selesai, tiruan akan dikirim ke percetakan.
Tipografi cetak tangan
Pada tahun 60-an, 70-an, dan bahkan 80-an abad lalu, sebagian besar surat kabar masih menggunakan teknologi tipografi, menyusun huruf dengan tangan.
Tuan Le Khac Duong, mantan Kepala Departemen Administrasi - Manajemen, Surat Kabar Hai Duong, yang pernah menjadi pekerja di Perusahaan Percetakan Hai Hung (tahun 1985) masih ingat dengan jelas, setiap kali ia menerima contoh dari kantor redaksi, percetakan itu ramai dengan suasana yang mendesak, semua prioritas diberikan kepada tugas politik untuk menerbitkan surat kabar besok.
“Kami harus membawa bekal makan siang ke kantor, bahkan begadang semalaman untuk menyelesaikan tugas tepat waktu,” kata Pak Duong.
Puluhan orang bertugas menyusun huruf-huruf tersebut. Huruf-huruf tersebut berupa huruf-huruf timah kecil (seukuran huruf cetak di koran) dengan semua huruf: a, b, c… Setiap huruf ditempatkan di baki terpisah. Misalnya, untuk menyusun huruf "Ba", para pekerja harus mengambil dua huruf terpisah untuk disatukan, yaitu: B, a, dan tentu saja mereka harus menyusunnya secara terbalik agar ketika dicetak di atas kertas akan menghasilkan huruf "Ba". Hal yang sama berlaku untuk huruf-huruf lainnya. Ketika terdapat titik, tanda seru, tanda tanya, koma, tanda kurung…, para pekerja mengambil tanda-tanda tersebut dan memasukkannya.

Penataan huruf terbalik, layaknya matriks, menuntut pekerja untuk jeli, cepat, dan berpengalaman. Penata huruf bekerja secara bergiliran, mulai dari judul, isi, hingga akhir berita dan artikel, untuk membentuk setiap halaman surat kabar. Selanjutnya, gunakan rol tinta untuk menggulung jenis huruf, lalu lapisi dengan kertas tipis. Hasilnya disebut salinan cetak yang digunakan untuk proofreading dan editing.
Karena teknologi yang sudah ketinggalan zaman, penataan huruf membutuhkan waktu dan tenaga, sehingga kantor redaksi harus berkoordinasi erat dengan percetakan. Untuk menyesuaikan waktu, biasanya 2 halaman dalam akan dikirim ke percetakan sekitar 1 hari sebelum penerbitan untuk penataan huruf. Halaman-halaman luar akan menunggu berita dan artikel terkini yang akan diposting kemudian.
Saat itu, foto harus dicetak di atas pelat seng, sementara lukisan menggunakan teknik cukil kayu. Untuk pemrosesan foto, para jurnalis foto harus pergi jauh-jauh ke Hanoi . Kemudian, proses pembuatan pelat seng dilakukan di Pabrik Percetakan Hai Hung, sehingga para jurnalis foto tidak perlu lagi pergi ke Hanoi.
Tahap persiapan telah selesai, gambar logam seng dipadukan dengan huruf-huruf timah pada pelat cetak, dan mesin cetak pun dipasang untuk mencetak surat kabar.
Hingga pencetakan selesai, penata huruf mengambil setiap huruf dan meletakkannya kembali pada posisi yang benar di setiap baki, untuk digunakan kembali pada pencetakan berikutnya. Proses ini sering disebut dengan frasa: "arrange, fix, and put away" (yaitu, menyusun, memperbaiki, dan meletakkan huruf-huruf kembali ke posisi semula).
Pada tahun 1991, surat kabar Hai Hung beralih dari percetakan letterpress ke percetakan offset.
Pada tahun 2011, surat kabar Hai Duong berhenti mendesain dan menata halaman secara manual pada kertas tiruan dan beralih menggunakan komputer. Para percetakan juga secara bertahap menggunakan teknologi cetak CTP (Computer-to-plate) modern, yang menghilangkan langkah film perantara, mempersingkat waktu, mengurangi tenaga kerja, dan menghasilkan kualitas cetak yang lebih baik.
Sumber: https://baohaiduong.vn/thiet-ke-in-bao-thoi-bao-cap-413826.html
Komentar (0)