Dalam proses amandemen Undang-Undang Pajak Penghasilan Pribadi, Kementerian Keuangan mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan penerapan salah satu dari dua metode penghitungan pajak atas pengalihan real estat, tergantung pada kemampuan untuk menentukan informasi spesifik tentang transaksi tersebut.
Dengan demikian, jika wajib pajak dapat membuktikan harga pembelian dan biaya terkait, pajak penghasilan pribadi akan dihitung berdasarkan laba aktual, yaitu selisih antara harga jual dan total biaya, dengan tarif pajak sebesar 20%. Sebaliknya, jika faktor-faktor ini tidak dapat ditentukan, tarif pajak akan dihitung sebesar 2% dari total nilai pengalihan.

Kementerian Keuangan menyatakan sedang mempertimbangkan penerapan salah satu dari dua metode penghitungan pajak untuk kegiatan pengalihan aset properti. Foto: Tan Thanh
Menanggapi usulan ini, Bapak Nguyen Van Duoc, Direktur Jenderal Trong Tin Accounting and Tax Consulting Company Limited, menyatakan bahwa metode penghitungan pajak berdasarkan laba aktual lebih masuk akal dan layak. Menurutnya, pendekatan ini menjamin keadilan, mencerminkan hakikat pajak penghasilan pribadi, dan sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bapak Duoc menekankan bahwa wajib pajak dapat sepenuhnya memberikan faktur dan dokumen untuk membuktikan biaya yang dikeluarkan terkait transaksi transfer, sehingga membantu otoritas pajak menghitung penghasilan kena pajak secara akurat.
Untuk mengatasi kekurangan yang ada, Bapak Duoc mengusulkan agar segera dibangun basis data nasional tentang transaksi properti guna memastikan harga yang tercantum dalam kontrak mendekati harga pasar. Selain itu, perlu memperkuat pengawasan dan memperketat tanggung jawab lembaga penyedia faktur dan dokumen terkait, serta menciptakan kondisi bagi masyarakat untuk membuat biaya menjadi transparan.
Ia juga mengatakan bahwa pajak sebesar 2% saat ini terhadap total nilai transfer tidak masuk akal, karena baik penjual mendapat untung atau rugi, mereka tetap harus membayar pajak yang sama, sehingga menimbulkan ketimpangan dan risiko kerugian anggaran.
Dari perspektif lain, pengacara Nguyen Duc Nghia, anggota Asosiasi Konsultan dan Agen Pajak Kota Ho Chi Minh, mengatakan bahwa banyak negara di dunia hanya memungut pajak penghasilan pribadi ketika penjual memperoleh keuntungan dari transaksi properti. Namun, di Vietnam, kurangnya alat untuk menentukan nilai transaksi yang sebenarnya serta keterbatasan dalam pembuktian biaya membuat pajak 20% atas keuntungan kurang tepat dalam konteks saat ini.
Pengacara Nghia menyarankan agar Undang-Undang Pertanahan 2024 digunakan sebagai dasar perhitungan pajak yang lebih masuk akal. Jika nilai sebenarnya tidak dapat ditentukan, daftar harga tanah yang mendekati harga pasar yang dikeluarkan oleh Komite Rakyat Daerah dapat digunakan. Sementara itu, aset tanah—seperti rumah—perlu dinilai secara independen agar memiliki dasar pajak yang akurat.
Menurutnya, ini akan menjadi arah yang tepat untuk memastikan transparansi, keadilan, dan kelayakan dalam praktik manajemen pajak.
Sumber: https://nld.com.vn/danh-thue-chuyen-nhuong-nha-dat-20-lieu-co-kha-thi-19625050712053733.htm










Komentar (0)