Realitas ini berkaitan dengan bagaimana merek mengolah data dan mengelola sistem pemasaran mereka. Ketika data hanya dikumpulkan di tingkat regional, di mana titik penjualan diagregasi menjadi laporan konsolidasi, merek akan kehilangan perbedaan utama antara titik penjualan yang tampaknya serupa.
Pemasaran regional, kehilangan keuntungan di titik penjualan
Selama bertahun-tahun, jaringan ritel mengandalkan model rute tetap, dengan berbagai lapisan perantara. Barang dikirim dari pusat ke wilayah, ke gugus titik penjualan, lalu ke toko. Struktur ini mengakibatkan titik penjualan cepat dan lambat dikelompokkan bersama dalam laporan provinsi atau rute. Namun, perbedaan antara dua toko bukanlah geografis, melainkan ritme konsumsi, basis pelanggan, dan konteks—faktor-faktor yang tidak termasuk dalam ringkasan regional.
Tanpa data mikro, merek terpaksa mengalokasikan anggaran, inventaris, dan strategi berdasarkan rata-rata. Akibatnya, gerai yang penjualannya cepat terjual habis di pertengahan minggu, sementara gerai yang penjualannya lambat memiliki kelebihan inventaris dan perputaran uang yang lambat.

Pemasaran regional, kehilangan keuntungan di titik penjualan (Foto: Shutterstock).
Sebuah studi McKinsey menemukan bahwa 50-70% variasi kinerja antar toko bukan disebabkan oleh lokasi geografis, melainkan oleh manajemen inventaris, kebijakan promosi, dan kecepatan respons data real-time di lapangan. Ini berarti model pergudangan yang ketinggalan zaman dengan perspektif regional (provinsi/kabupaten) dan jadwal yang tetap membatasi profitabilitas setiap titik penjualan.
Merchandising menjadi strategis: Optimalisasi titik penjualan adalah kunci pertumbuhan
Pertumbuhan bukan lagi tentang menambah anggaran atau memperluas gudang, melainkan tentang merestrukturisasi data dan terhubung lebih erat dengan operasional. Setiap toko perlu diukur dan responsif terhadap ritme konsumsi, siklus inventaris, dan perilaku belanja yang unik.
Untuk mencapai hal tersebut, sistem logistik harus cukup fleksibel untuk beroperasi di tingkat mikro. Model baru ini tidak lagi "pengiriman per rute", melainkan "pengiriman per hari". Pada saat yang sama, data perlu dicatat secara detail untuk setiap pengiriman, setiap produk, dan setiap titik penjualan. Hal ini akan membantu bisnis melihat pergerakan lini produk yang sebenarnya, alih-alih hanya mengandalkan rata-rata regional.
Menurut Forrester, peritel yang menggunakan mikrodata di titik penjualan dapat meningkatkan pendapatan hingga 20% dibandingkan yang tidak. Namun, untuk mencapai hal ini, sistem pemenuhan pesanan harus mampu menghilangkan lapisan perantara, mempercepat pengiriman, dan mencapai titik penjualan sesuai permintaan, alih-alih berdasarkan jadwal tetap.
Pada saat yang sama, data inventaris harus dapat dilihat berdasarkan pengiriman, berdasarkan barang, berdasarkan toko, untuk membantu CEO melihat arus barang yang sebenarnya, dan bukan gambaran yang dihaluskan oleh rata-rata.
Di Vietnam, sejumlah model pemenuhan baru telah mulai memenuhi kebutuhan ini. Ninja B2B Stock Replenishment Solutions, yang dirancang oleh Ninja Van, adalah salah satu contohnya.
Model ini berbasis infrastruktur e-commerce, memungkinkan pengiriman mulai dari 5 kg, dengan frekuensi fleksibel 3-5 kali per minggu, alih-alih menunggu pesanan besar. Selain pengiriman cepat, Ninja B2B Stock Replenishment juga menyediakan data ke setiap titik penjualan, membantu bisnis melacak kinerja di setiap rak dan membuat keputusan yang realistis.

Ketika pengiriman menjadi sebuah strategi: Mengoptimalkan titik penjualan baru adalah kunci pertumbuhan berkelanjutan (Foto: Ninja Van Vietnam).
Bapak Phan Xuan Dung, Ketua Ninja Van Vietnam, menekankan: "Data tidak boleh berhenti di satu wilayah, tetapi perlu 'menyentuh' setiap titik penjualan. Hanya ketika Anda melihat di mana barang berada, dan mengapa barang tersebut tidak berputar, bisnis dapat membuka potensi pertumbuhan mereka sendiri."
Dengan filosofi "Satu pesanan, ribuan rak penuh", model Solusi Pengisian Stok B2B Ninja bukan sekadar cara mengatur logistik, melainkan cara berpikir baru dalam manajemen rantai pasok. Bisnis ritel harus memandang logistik bukan hanya sebagai operasional, tetapi juga sebagai pendorong pertumbuhan, dimulai dari setiap titik penjualan. Di saat inilah mereka membutuhkan mitra pasokan yang fleksibel, memahami pasar, dan siap mengikuti perkembangan zaman.
Menurut perwakilan Ninja Van Vietnam, ada 3 manfaat luar biasa bagi bisnis ritel saat menerapkan model Ninja B2B Stock Replenishment Solutions.
Merampingkan operasi, mengurangi biaya perantara: Daripada harus bekerja dengan 3-4 mitra distribusi, bisnis hanya perlu berkoordinasi dengan Ninja Van, berkat ekosistem operasi e-commerce dengan lebih dari 550 truk dan 5.000 pengemudi di seluruh negeri.
Meningkatkan kecepatan respons pasar: Dengan kemampuan mengirimkan barang mulai dari kg dan frekuensi 3-5 kali/minggu atau setiap hari, model ini membantu titik penjualan selalu menerima barang tepat waktu, mempersingkat waktu rata-rata hingga 12 jam dibandingkan dengan pengiriman tradisional.
Optimalkan inventaris, maksimalkan penjualan: Sistem data melacak setiap pengiriman ke setiap toko, membantu bisnis mengevaluasi kinerja setiap titik penjualan, memperkirakan permintaan aktual secara akurat, dan membuat keputusan alokasi yang tepat.
Detail di: https://www.ninjavan.co/vi-vn/services/b2b-restock
Sumber: https://dantri.com.vn/kinh-doanh/tiep-hang-moi-theo-nhu-cau-diem-ban-buoc-ngoat-trong-nganh-ban-le-20250531145847546.htm
Komentar (0)