
Uji coba daring.
Transformasi digital – tugas politik peradilan modern
Pada tanggal 22 Desember 2024, Politbiro mengeluarkan Resolusi 57-NQ/TW tentang ilmu pengetahuan , teknologi, inovasi dan pengembangan transformasi digital nasional, yang dianggap sebagai "peta jalan" untuk proses modernisasi aparatur negara.
Kemudian, pada tanggal 18 Maret 2025, Komite Partai Mahkamah Rakyat Agung mengeluarkan Resolusi No. 03, yang menegaskan bahwa transformasi digital merupakan tugas utama, jangka panjang, dan strategis dalam reformasi peradilan.
Bapak Ngo Hoai Thuong, Wakil Direktur Departemen Teknologi Informasi Mahkamah Agung, mengatakan: "Transformasi digital bukan hanya tentang komputerisasi proses kerja, tetapi juga tentang mengubah cara kerja seluruh sistem, mulai dari administrasi, manajemen, hingga persidangan dan penyediaan layanan peradilan publik."
Hanya dalam waktu setengah tahun penerapan Resolusi 57, sektor Pengadilan telah mencatat serangkaian hasil yang spesifik. Perangkat lunak "Judge Virtual Assistant", sebuah aplikasi kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh Departemen Teknologi Informasi, telah membantu para hakim dalam mencari berkas, membandingkan preseden, mengekstrak dokumen hukum, dan mensintesis data perkara hanya dalam hitungan detik.
Kampanye untuk mendigitalkan 2,5 juta putusan dan keputusan pernikahan, yang dilaksanakan dalam 90 hari 90 malam, telah membantu menyinkronkan data dengan Basis Data Populasi Nasional, yang berkontribusi dalam membersihkan informasi status sipil dan meningkatkan efisiensi manajemen.
Seluruh industri juga telah menyelesaikan penyambungan Poros Interkoneksi Dokumen Nasional, yang menjamin agar dokumen elektronik dapat terkirim dan diterima dengan lancar dalam sistem Pengadilan dan antar lembaga negara.
Pengadilan Rakyat Distrik 1 - tempat keadilan "menyentuh" orang melalui Zalo dan kode QR
Pengadilan setempat juga secara proaktif berupaya mengintegrasikan teknologi ke dalam setiap tahapan proses persidangan. Khususnya, Pengadilan Rakyat Distrik 1, Kota Ho Chi Minh, dianggap sebagai model tipikal e-Court akar rumput.
Mulai Oktober 2023, Pengadilan Rakyat Distrik 1 secara resmi akan mengoperasikan sistem digital yang komprehensif, dari manajemen catatan internal hingga utilitas yang melayani masyarakat.
Di sini, semua putusan, keputusan, dan dokumen prosedural diberi kode identifikasi elektronik, yang memungkinkan orang memverifikasi keaslian dokumen langsung di ponsel mereka.
Pengadilan juga membuka saluran bernama "Pengadilan Rakyat Distrik 1" di Zalo, tempat para pihak yang berperkara dapat mengirimkan permintaan, mencari catatan, melacak perkembangan kasus, atau menerima salinan dan kutipan elektronik tanpa harus datang langsung ke kantor pusat.
Ketua Mahkamah Agung Nguyen Quang Huynh, Kepala Badan Transformasi Digital Pengadilan Rakyat Distrik 1, mengatakan: "Rata-rata, setiap hakim harus menangani 150-200 kasus per tahun, sementara jumlah sekretarisnya sedikit. Digitalisasi membantu mengoptimalkan waktu penyusunan, mengelola kemajuan, dan mengambil data berkas secara instan. Dengan satu klik, hakim dapat melihat keseluruhan proses litigasi suatu kasus."
Menurut Bapak Huynh, digitalisasi tidak hanya membantu menghemat waktu, tetapi juga merestrukturisasi seluruh alur kerja, mulai dari penerimaan, proses pengadilan, hingga pengarsipan, dalam model yang tertutup, terpadu, dan transparan. Masyarakat tidak hanya dapat melacak kasus mereka, tetapi juga membandingkan dokumen asli dalam sistem untuk memastikan keakuratannya.
Pengadilan digital
Tak hanya menerapkan teknologi dalam administrasi peradilan, Pengadilan Rakyat Distrik 1 juga memasuki fase digitalisasi kegiatan persidangan.
Menurut Ketua Mahkamah Agung Nguyen Quang Huynh, "keadilan elektronik" bukan sekadar transformasi teknis, melainkan reformasi pemikiran. Ketika semua data didigitalkan, hakim dapat berfokus pada hakikat hukum suatu perkara, dan masyarakat dapat mengakses keadilan dengan lebih cepat dan adil.
Meskipun telah banyak pencapaian, perjalanan transformasi digital di sektor Pengadilan masih menghadapi banyak tantangan. Infrastruktur teknis belum sinkron, jaringan transmisi data belum stabil, dan terutama kurangnya sumber daya manusia TI yang terspesialisasi di banyak unit.
Selain itu, kerangka hukum untuk persidangan daring dan penyimpanan data elektronik masih dalam proses penyempurnaan. Beberapa peraturan prosedural belum disesuaikan dengan realitas kerja digital, sehingga menimbulkan kebingungan dalam penerapannya dalam skala besar.
Ketua Mahkamah Agung Nguyen Quang Huynh mengatakan bahwa ini merupakan "langkah yang tak terelakkan, tetapi membutuhkan ketekunan dan koordinasi lintas sektor". Ia menegaskan bahwa pembangunan e-Court tidak memengaruhi independensi peradilan, tetapi justru meningkatkan objektivitas, transparansi, dan kontrol terhadap seluruh proses litigasi.
Menurut arahan Mahkamah Rakyat Agung, mulai sekarang hingga tahun 2027, seluruh sistem akan terus menyempurnakan model e-Court terpadu, yang terhubung dengan platform data nasional dan lembaga litigasi lainnya.
Tujuannya agar seluruh proses, mulai dari pengajuan, penerimaan, litigasi, hingga pengumuman putusan, dapat dilakukan secara daring, transparan, dan sekaligus mengurangi beban kerja staf pengadilan secara signifikan.
Sumber: https://mst.gov.vn/toa-an-trong-ky-nguyen-so-cong-ly-duoc-van-hanh-tren-du-lieu-197251113090254681.htm






Komentar (0)