Media pemerintah Korea Utara pertama kali melaporkan masuknya secara ilegal tentara AS Travis King dari kawasan keamanan bersama Panmunjom ke wilayah Korea Utara pada tanggal 18 Juli.
Travis King telah mencari suaka di negara ini atau negara lain karena "perlakuan tidak manusiawi dan rasis" oleh militer AS, kata media pemerintah Korea Utara.
Sebagai seorang prajurit di Angkatan Darat AS, Travis King berlari melintasi perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan selama tur untuk warga sipil di Area Keamanan Gabungan di perbatasan yang dibentengi antara kedua negara.
Pejabat AS mengatakan mereka yakin King sengaja melintasi perbatasan, dan sejauh ini menolak untuk mengidentifikasi dia sebagai tawanan perang.
Penyelidik Korea Utara juga menetapkan bahwa King sengaja melintasi perbatasan secara ilegal, dengan tujuan tinggal di Korea Utara atau negara ketiga lainnya.
"Selama penyelidikan, Travis King mengakui bahwa ia memutuskan untuk pergi ke DPRK karena ia marah atas perlakuan tidak manusiawi dan rasis di militer AS. Ia juga menyatakan kesediaannya untuk mencari suaka di DPRK atau negara ketiga, dengan mengatakan bahwa ia kecewa dengan masyarakat AS yang tidak setara," lapor Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
KCNA mengatakan Travis King "ditangkap oleh tentara Tentara Rakyat Korea" setelah melintasi perbatasan dan penyelidikan masih berlangsung.
Pentagon menyatakan pada 15 Agustus bahwa mereka tidak dapat memverifikasi komentar yang dikaitkan dengan King di media Korea Utara dan tetap fokus untuk memulangkan King dengan selamat. Pentagon tidak mengatakan apakah mereka telah menerima informasi tambahan dari Korea Utara.
Sementara itu, Gedung Putih belum berkomentar. Sebelumnya, AS mengatakan Pyongyang tidak menanggapi permintaan informasi tentang tentara ini.
Seorang juru bicara Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC), yang mengelola desa perbatasan tempat King menyeberang, mengatakan ia tidak memiliki komentar lebih lanjut.
Militer AS masih berdiskusi untuk mengonfirmasi "lokasi" Travis King.
Sebagai seorang prajurit aktif, Travis King kemungkinan besar memenuhi syarat sebagai tawanan perang, karena Korea Selatan dan Korea Utara secara teknis masih berperang. Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, alih-alih perjanjian damai . Semenanjung Korea masih merupakan medan perang, dan UNC memastikan gencatan senjata dipatuhi dengan semestinya.
Namun, beberapa pejabat AS mengatakan faktor-faktor seperti tindakan King yang sengaja melintasi perbatasan dengan pakaian sipil mungkin telah membatalkan penunjukannya sebagai tawanan perang.
Travis King bergabung dengan Angkatan Darat AS pada Januari 2021 sebagai Prajurit Kavaleri Pengintai dengan Pasukan Transisi Republik Korea.
Namun, karakter ini menghadapi banyak masalah hukum saat bertugas di militer.
Nguyen Quang Minh (Reuters)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)