Panglima Angkatan Darat Sudan, Jenderal Abdel Fattah Burhan, berjanji bahwa militer akan "melindungi keamanan dan persatuan negara" dan memastikan "transisi yang aman menuju pemerintahan sipil" di Sudan.
Asap menutupi langit ibu kota Khartoum selama bentrokan antara tentara Sudan dan pasukan paramiliter RSF, 19 April 2023. (Foto: AFP/TTXVN)
Seorang koresponden VNA di Afrika mengutip sumber dari daerah tersebut yang mengatakan bahwa komandan militer Sudan , Jenderal Abdel Fattah Burhan, pada tanggal 21 April mengumumkan dukungannya terhadap pemerintahan sipil di negara Afrika Timur tersebut, sebuah langkah yang dilihat sebagai upaya untuk mencari dukungan dari masyarakat internasional di tengah pertempuran dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Dalam pidato pertamanya sejak konflik pecah hampir seminggu yang lalu, Jenderal Burhan menegaskan bahwa tentara akan memenangkan perang dengan RSF dengan pelatihan, intelijen, dan kekuatannya.
Ia juga berjanji bahwa militer akan “melindungi keamanan dan persatuan negara” dan memastikan “transisi yang aman menuju pemerintahan sipil” di Sudan.
Jenderal Burhan membuat pernyataan tersebut pada kesempatan Idul Fitri , yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan bagi umat Islam.
Baik tentara maupun RSF telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama tiga hari mulai 21 April agar warga Sudan dapat merayakan Idul Fitri. Namun, suara tembakan masih terdengar di ibu kota Khartoum dan asap tebal terlihat membumbung tinggi ke langit.
Angka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa kekerasan di Sudan telah menyebabkan 413 orang tewas dan 3.551 orang terluka.
Dalam perkembangan terkait, pada tanggal 21 April, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed membantah tuduhan bahwa tentara negaranya telah melintasi perbatasan ke negara tetangga Sudan.
Bapak Abiy Ahmed dikutip oleh kantor berita negara Ethiopia (ENA) mengatakan bahwa tuduhan di atas tidak benar dan digunakan oleh beberapa pihak untuk merusak hubungan bertetangga antara kedua negara.
Perdana Menteri Abiy Ahmed juga menekankan bahwa masalah perbatasan antara Ethiopia dan Sudan hanya dapat diselesaikan melalui dialog.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa tentara Ethiopia telah memasuki wilayah Sudan setelah bentrokan pecah antara tentara Sudan dan pasukan RSF.
Informasi tersebut dirilis dalam konteks hubungan antara Ethiopia dan Sudan yang tetap tegang selama beberapa tahun terakhir dengan bentrokan di wilayah Tigray di Ethiopia utara yang menyebabkan puluhan ribu pengungsi ke Sudan, perselisihan di wilayah perbatasan Al-Fashaqa atau masalah Bendungan Grand Renaissance di Sungai Nil Biru.
Pertempuran antara RSF dan pasukan militer Sudan pecah pada tanggal 15 April di ibu kota Khartoum dan beberapa tempat lain, termasuk wilayah Darfur, yang menyebabkan sedikitnya 400 orang tewas dan lebih dari 3.500 orang terluka.
Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan sekitar 10.000-20.000 warga Sudan, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah mencoba mengungsi ke negara tetangga Chad untuk menghindari konflik di wilayah Darfur dalam beberapa hari terakhir.
Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa ( UNICEF ) menyatakan kekhawatirannya tentang risiko banyaknya anak-anak menjadi korban dalam konflik ketika laporan WHO mengonfirmasi bahwa sedikitnya 9 anak terbunuh dan lebih dari 50 orang terluka dalam korban di atas./.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)