Potensi besar namun belum efektif.
Pada seminar tematik "Menilai Lanskap Keseluruhan Kecerdasan Buatan di Sektor Publik di Vietnam" pada tanggal 18 Maret, Bapak Tran Anh Tu, Wakil Direktur Departemen Sains, Teknologi dan Teknik ( Kementerian Sains dan Teknologi ), menekankan bahwa kecerdasan buatan (AI) bukan lagi teknologi masa depan tetapi sudah banyak digunakan. Pemerintah Vietnam juga mengakui peran AI. Resolusi 57-NQ/TW tahun 2024 oleh Politbiro menetapkan tujuan bagi Vietnam untuk berada di antara 3 negara teratas di Asia Tenggara dalam bidang AI pada tahun 2030. Hal ini tidak hanya menunjukkan visi strategis jangka panjang tetapi juga menunjukkan tekad untuk menjadikan AI sebagai teknologi kunci dalam proses transformasi digital, yang berkontribusi pada pembangunan sosial-ekonomi negara.
Saat ini, beberapa lembaga pemerintah pusat dan daerah telah mulai menerapkan AI untuk manajemen negara dan penyediaan layanan publik dalam berbagai bentuk, seperti sistem asisten virtual dalam administrasi publik, perangkat lunak pengenalan wajah dalam keamanan dan ketertiban, serta sistem pemantauan lalu lintas cerdas.
Bapak Nguyen Quang Dong, Direktur Institut Studi Kebijakan dan Pembangunan (IPS), meyakini bahwa potensi penerapan AI khususnya, dan teknologi digital pada umumnya, untuk pelayanan publik sangat besar. Teknologi dapat mendukung para pemimpin lembaga negara, kementerian, dan daerah dalam manajemen dan pengambilan keputusan mereka. Ini merupakan area yang sangat luas bagi Vietnam untuk terus mengeksplorasi dan menerapkannya di masa depan.
Bapak Nguyen Quang Dong - Direktur Institut Studi Kebijakan dan Pembangunan (IPS).
Inisiatif ini mendukung pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas sehari-hari, mengurangi beban kerja, dan meningkatkan efisiensi pegawai negeri sipil di tingkat lokal. Bersamaan dengan itu, inisiatif ini juga membantu meningkatkan kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada warga dan pelaku usaha di Vietnam.
Namun, baik Bapak Dong maupun Bapak Tu sepakat bahwa penerapan AI di sektor publik Vietnam masih menghadapi banyak tantangan. Tingkat keberhasilan penerapan AI dalam operasional organisasi dan bisnis masih cukup terbatas.
Menjelaskan situasi ini, Bapak Tú mengatakan bahwa Vietnam masih kekurangan ahli operasional, dan pembuatan kebijakan belum sejalan dengan perkembangan teknologi, seperti isu etika AI dan penerapan AI yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlu ada percepatan dalam pengembangan kebijakan untuk mengimbangi laju perkembangan.
Selain itu, kesulitan dalam konektivitas data dan kurangnya sinkronisasi antar aplikasi membatasi penerapan alat AI dalam layanan publik.
Dalam menilai efektivitas penggunaan AI di sektor publik Vietnam, Bapak Vo Xuan Hoai, Wakil Direktur Pusat Inovasi NIC, menyatakan bahwa mengintegrasikan teknologi baru seperti AI ke dalam suatu organisasi bukanlah hal yang sederhana.
"Banyak orang berpikir bahwa sekadar menerapkan teknologi baru seperti AI dalam pekerjaan mereka akan menjamin kesuksesan. Namun, AI, seperti banyak gelombang teknologi sebelumnya, membutuhkan lebih dari sekadar teknologi untuk meresap ke dalam organisasi dan sektor ekonomi ."
"Bisa dibilang, menerapkan AI jauh dari sederhana. Bahkan jika semua orang mahir dalam AI sekarang, tidak ada jaminan keberhasilan penggunaan AI dalam bisnis tanpa mempertimbangkan semua faktor," ujar Bapak Hoai.
Menurut Bapak Hoai, AI adalah teknologi yang sangat istimewa, berbeda dari semua teknologi lainnya. Ini adalah teknologi transformatif dan transformatif. Karakteristik ini sangat penting. Tujuan utama mengintegrasikan AI dan menerapkannya pada bisnis dan organisasi, atau organisasi apa pun, adalah untuk sepenuhnya mengubah operasional organisasi dalam setiap aspek.
Menerapkan dan mengintegrasikan AI dengan tujuan yang diinginkan akan membutuhkan waktu lama, dan secara fundamental mengubah bisnis dan organisasi. Sementara itu, teknologi AI tidak berhenti; teknologi ini masih berkembang sangat pesat.
Hindari mengikuti tren teknologi secara membabi buta.
Para ahli percaya bahwa Vietnam memiliki peluang untuk mengatasi tantangan tersebut, tetapi membutuhkan rencana komprehensif untuk penerapan strategis AI di sektor publik.
Meningkatkan kemampuan teknologi digital di instansi pemerintah melalui investasi dalam data, pusat data, dan sistem komputasi berkinerja tinggi untuk AI, sekaligus mempromosikan pelatihan personel yang mampu mengembangkan dan mengoperasikan sistem AI.
Tetapkan kerangka hukum dan mekanisme yang jelas, serta tetapkan peraturan tentang akuntabilitas dalam penggunaan AI, standar etika, manajemen risiko, dan perlindungan privasi.
Membangun kemitraan publik-swasta untuk mendorong perusahaan teknologi dan organisasi penelitian berpartisipasi dalam pengembangan produk dan solusi AI untuk sektor publik sangatlah penting.
Selain itu, perlu untuk mempromosikan data terbuka, menyederhanakan prosedur administratif terkait data, dan berinvestasi dalam infrastruktur komputasi dan pusat data untuk mendukung AI.
Para ahli menekankan bahwa Vietnam perlu menerapkan AI secara selektif, praktis, dan sesuai dengan kondisi aktual serta kebutuhan spesifiknya di sektor publik, menghindari mengikuti tren teknologi secara membabi buta untuk memastikan efektivitas nyata dan manfaat bagi masyarakat.
Nguyet Minh






Komentar (0)