Di hamparan hijau pegunungan dan hutan, kehidupan masyarakat adat Dataran Tinggi Tengah adalah bercocok tanam dengan pola pergiliran tanaman tertentu, disertai penataan ruang perkampungan berdasarkan aturan-aturan hukum adat yang ketat.
Seiring berjalannya waktu, wilayah Dataran Tinggi Tengah telah menjadi lahan subur bagi mereka yang bersemangat mempelajari kehidupan etnis, tentang budaya tradisional masyarakat yang erat kaitannya dengan siklus pertanian api. "Air punya sumber - orang punya bisnis", pepatah ini memiliki makna metaforis tetapi mengandung banyak makna tersembunyi.
Tinggal di daerah dengan dua musim yang berbeda, kemarau dan hujan, air sungguh berharga. Begitu pula dengan kehidupan manusia, mereka selalu berjalan beriringan dengan suka duka desa, kehidupan yang penuh "simbiosis, simpati, dan berbagi nasib" dalam banyak hal.
Sebagaimana halnya masyarakat Ede, seorang anak, sejak lahir, wajib menjalani upacara meniup telinga. Baru setelah upacara ini, anak tersebut dapat mendengar, memahami, dan bersimpati terhadap masyarakat.
Banyak ritual yang dilakukan setelahnya saat anak tersebut tumbuh dewasa, menikah, memiliki anak, hingga ia meninggal dan kembali ke hutan, membentuk suatu siklus kehidupan.
Atau ritual-ritual yang berkaitan dengan siklus pertanian seperti membersihkan ladang, menabur benih, merayakan panen padi, membangun rumah baru, dan sebagainya, semuanya berkaitan dengan masyarakat, demi kesejahteraan masyarakat. Dan sebagai entitas simbiosis, pertunjukan epik dalam ritual-ritual ini selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Komentar (0)