
Belum ada sisa-sisa yang ditemukan di dalam bangkai kapal Titanic (Foto: Getty).
Lebih dari satu abad telah berlalu sejak tenggelamnya Titanic—salah satu tragedi maritim terbesar abad ke-20. Namun hingga kini, belum ada jenazah manusia yang ditemukan di dalam bangkai kapal tersebut.
Hal ini membuat banyak orang penasaran, bahkan memunculkan hipotesis-hipotesis aneh di media sosial. Namun, para ilmuwan telah memberikan penjelasan ilmiah yang meyakinkan, dengan fokus pada lingkungan laut dalam yang keras dan proses dekomposisi biologis alami.
Bencana ini menewaskan 1.500 orang
RMS Titanic - kapal legendaris yang dijuluki "tak dapat tenggelam" - tenggelam oleh gunung es pada malam tanggal 14 April dan dini hari tanggal 15 April 1912, merenggut nyawa lebih dari 1.500 dari total lebih dari 2.200 penumpang dan awak.
Bangkai kapal itu kini berada di kedalaman sekitar 3.800 meter, di wilayah laut yang hampir tidak terkena sinar matahari, tekanan ratusan kali lebih tinggi daripada permukaan laut, dan suhu air mendekati titik beku.
Ini adalah kondisi fisik, kimia, dan biologi laut dalam yang sangat keras, menciptakan "laboratorium alam" yang berharga bagi ilmuwan kelautan, ahli geologi, dan insinyur eksplorasi laut.
Kapal itu baru ditemukan kembali pada tahun 1985 oleh penjelajah samudra Robert Ballard. Sejak itu, puluhan penyelaman kapal selam telah mencapai bangkai kapal tersebut, menghasilkan banyak sekali gambar, spesimen, dan data penting.
Penemuan-penemuan tak terduga ini meliputi, misalnya, ledakan lokal di lambung kapal saat tenggelam, atau kapal terbelah menjadi dua sebelum mencapai dasar, dan bukan tenggelam begitu saja seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Meskipun banyak peninggalan telah ditemukan seperti koper, sepatu kulit, dan pakaian, tidak ada kerangka manusia yang pernah ditemukan. James Cameron, yang telah melakukan 33 penyelaman ke bangkai kapal Titanic, menegaskan: "Kami telah melihat sepatu utuh—tanda bahwa ada orang di sana—tetapi tidak pernah menemukan tulang manusia."
Menguraikan alasan mengapa sisa-sisa tidak dapat bertahan hidup

Kerangka manusia ditemukan di Sungai Colorado, dekat perbatasan Arizona dan California, AS (Foto: Perahu).
Menurut para ilmuwan, alasan tidak ditemukannya sisa-sisa di bangkai kapal Titanic adalah karena fenomena yang disebut "Kedalaman Kompensasi Kalsium Karbonat" (CCD).
CCD diketahui berada sekitar 914 meter di bawah dasar laut. Di sinilah kalsium karbonat, bahan penyusun tulang manusia, tidak lagi stabil dan mulai larut sepenuhnya akibat tekanan tinggi dan saturasi rendah dalam air laut yang dingin.
Karena bangkai kapal Titanic berada di perairan dalam di bawah CCD, kerangka apa pun—bahkan jika memang awalnya ada—akan hancur seiring waktu.
Selain itu, hewan pemakan bangkai laut dalam seperti ikan, mikroorganisme, dan krustasea dengan cepat melahap sisa jaringan tubuh. Ditambah dengan arus laut yang kuat dan cuaca buruk, jasad yang tidak terperangkap di lambung kapal dapat hanyut dari lokasi bangkai kapal dalam hitungan jam atau hari setelah bencana.
Beberapa peneliti berteori bahwa di area kedap udara seperti ruang mesin, di mana air yang miskin oksigen menyulitkan organisme untuk menembusnya, sisa-sisa jenazah dapat diawetkan lebih lama. Namun, setelah lebih dari 111 tahun, kemungkinan menemukan sisa-sisa jenazah yang utuh sangatlah kecil, bahkan mungkin mustahil.
Hilangnya seluruh tulang manusia di bangkai kapal Titanic bukanlah sesuatu yang supernatural, dan juga bukan karena "upaya menutupi" seperti yang beredar dalam beberapa teori konspirasi.
Sebaliknya, hal itu merupakan konsekuensi alami dari biodegradasi, kimia laut dalam, dan mekanika aliran—faktor-faktor yang terus dipelajari para ilmuwan untuk lebih memahami bagaimana alam menangani bencana buatan manusia di dasar laut.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/vi-sao-van-chua-tim-thay-hai-cot-trong-xac-tau-titanic-20250517150158989.htm
Komentar (0)