Dunia menghadapi banyak tantangan.
Menurut laporan dari Institute for Strategic and Policy Research in Industry and Trade, tahun 2025 akan menyaksikan perekonomian global menghadapi banyak tantangan, dengan pertumbuhan yang melambat dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Gambaran suram ini jelas tercermin dalam laporan dan perkiraan dari organisasi-organisasi terkemuka seperti Dana Moneter Internasional (IMF), S&P Global Market Intelligence, dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Dalam laporan World Economic Outlook terbarunya, IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB global menjadi hanya 2,8% untuk tahun 2025, penurunan 0,5% dari perkiraan sebelumnya. Perlu dicatat, negara-negara dengan perekonomian besar tidak kebal terhadap tren ini.
| Ekonomi global menghadapi "badai" perlambatan pertumbuhan. Foto: Thuy An |
S&P Global Market Intelligence juga merilis angka serupa, memperkirakan pertumbuhan PDB global sebesar 2,2% pada tahun 2025 dan 2,4% pada tahun 2026, keduanya lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Uni Eropa (UE) muncul sebagai mitra dagang yang stabil dan pilihan utama bagi banyak negara. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan bahwa UE secara aktif terlibat dalam dialog dengan negara-negara seperti Kanada, India, UEA, dan Selandia Baru untuk mempromosikan perdagangan multilateral. Meskipun menghadapi tarif dari AS, UE tetap berkomitmen pada multilateralisme dan sedang mempersiapkan negosiasi perdagangan tingkat tinggi dengan Tiongkok.
Selain ketegangan perdagangan, harga komoditas global juga mengalami fluktuasi signifikan baru-baru ini. Harga kopi internasional telah meningkat tajam karena kondisi cuaca ekstrem di Brasil dan Vietnam, dua negara yang menyumbang lebih dari 50% pasokan global.
Dalam lanskap ekonomi global saat ini, Asia Tengah menonjol sebagai titik terang. Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Tengah akan mencapai 5,7% pada tahun 2025, bahkan melampaui China.
Perkembangan pesat Asia Tengah, ditambah dengan perjanjian perdagangan bebas di kawasan tersebut, membuka banyak peluang bagi Vietnam di berbagai bidang seperti ekspor bahan bangunan, mesin dan peralatan, serta kerja sama investasi.
Jejak ekonomi Vietnam
Berbeda dengan gambaran ekonomi global, ekonomi Vietnam mempertahankan momentum pertumbuhan yang cukup mengesankan pada kuartal pertama tahun 2025. PDB diperkirakan meningkat sebesar 6,93% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi untuk kuartal pertama di tahun mana pun pada periode 2020-2025.
Produksi industri terus berkembang pesat, dengan indeks produksi industri (IIP) untuk kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan meningkat sebesar 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total omzet impor dan ekspor juga meningkat sebesar 13,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai US$202,52 miliar.
Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk Maret 2025 menurun sebesar 0,03% dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa inflasi berada dalam kendali yang relatif stabil. Rata-rata CPI untuk kuartal pertama tahun 2025 meningkat sebesar 3,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tetap berada dalam target yang ditetapkan. Pengendalian inflasi membantu menciptakan lingkungan makroekonomi yang stabil, mendukung pertumbuhan ekonomi.
| Produksi industri mengalami pertumbuhan positif. Foto: Can Dung |
Vietnam terus menjadi tujuan menarik bagi investor asing. Investasi asing langsung (FDI) yang dilaksanakan pada kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan mencapai US$4,96 miliar, meningkat 7,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total FDI terdaftar di Vietnam hingga 31 Maret 2025 mencapai US$10,98 miliar, pertumbuhan yang mengesankan sebesar 34,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing masih menaruh kepercayaan pada prospek pertumbuhan ekonomi Vietnam.
Situasi perkembangan bisnis domestik juga menunjukkan banyak tanda positif. Pada kuartal pertama tahun 2025, seluruh negeri mencatat 36.400 bisnis baru yang terdaftar, dengan total modal terdaftar hampir 356.800 miliar VND.
Jumlah total bisnis yang baru didirikan dan diaktifkan kembali pada kuartal pertama tahun 2025 mencapai lebih dari 72.900, meningkat 18,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan jumlah bisnis yang baru didirikan dan diaktifkan kembali menunjukkan pemulihan dan perkembangan sektor swasta, memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi.
Meskipun ekonomi Vietnam telah mencapai banyak hasil positif, negara ini juga menghadapi banyak tantangan. Situasi terkait barang palsu, produk tiruan, dan penipuan asal barang semakin kompleks, yang secara signifikan berdampak pada kepercayaan konsumen dan lingkungan bisnis. Selain itu, kebijakan pajak baru AS dan ketegangan perdagangan global juga menimbulkan potensi risiko terhadap arus modal dan perdagangan internasional Vietnam.
Untuk mempertahankan momentum pertumbuhan dan mengatasi tantangan, Vietnam perlu terus meningkatkan lingkungan investasi dan bisnis, menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan bisnis. Pada saat yang sama, perlu memperkuat manajemen pasar, mengendalikan secara ketat barang palsu, produk tiruan, dan penipuan asal barang, serta melindungi hak konsumen dan reputasi barang-barang Vietnam.
| Dalam konteks ekonomi global yang bergejolak, Vietnam juga perlu secara proaktif menanggapi risiko eksternal, terutama dampak negatif dari ketegangan perdagangan dan kebijakan proteksionis negara-negara besar. Diversifikasi pasar ekspor, pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas, dan peningkatan daya saing barang domestik merupakan solusi penting bagi Vietnam untuk melewati masa sulit dan mencapai terobosan di masa mendatang. |
Sumber: https://congthuong.vn/vuot-song-kinh-te-the-gioi-viet-nam-chu-dong-but-pha-384982.html






Komentar (0)