Tanpa kesepakatan atau kontrak apa pun, cinta tanpa syarat antara ayah dan anak perempuan diam-diam bersumber dari cinta alami sejak sang ibu mengandung. Cinta yang selalu lebih melimpah daripada lautan. Sekalipun bumi berubah bentuk, sekalipun waktu menambah atau mengurangi segalanya dari seorang ayah seperti usia, kesehatan, uang, harta benda..., tak ada yang dapat menandingi atau menghilangkan cinta suci seorang ayah untuk putrinya.
Baru-baru ini, gambaran ayah saya yang sibuk dan cemas mempersiapkan, bahkan hal-hal terkecil, untuk pernikahan adik perempuan saya, sangat menyentuh saya. Saya teringat bertahun-tahun yang lalu, di hari terpenting dalam hidup saya, sosok ayah saya masih sama. Bermalam-malam menjelang pernikahan saya, ayah saya tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, ratusan pikiran kusut terpancar jelas di wajahnya. Saya tahu ia mengkhawatirkan putri kecilnya, yang harus belajar hidup dan beradaptasi dengan keluarga baru, gaya hidup baru, dan banyak kebiasaan yang harus diubah.
Saat aku meninggalkan orang tuaku untuk kembali ke keluargaku sendiri, aku benar-benar memahami pengorbanan dan kasih sayang ayahku yang begitu besar kepadaku. Bagaimana mungkin aku melupakan air mata ayahku yang berlinang di hari ia mengantarku ke rumah suamiku? Melihat sosoknya yang semakin menghilang, aku hanya berharap bisa menjadi anak kecil lagi agar aku tak perlu meninggalkan atap tempat ayahku selalu membesarkanku menjadi putri kecil.
Dan bahkan ketika ia tidak bisa berada di sisiku, ayahku masih diam-diam mendukung, menyemangati, dan memotivasiku setiap hari. Nasihatnya selalu menemaniku dalam hidup dan juga merupakan deklarasi kepada seluruh dunia bahwa: Tidak peduli berapa usiamu, kau tetap putri kecilku. Tidak peduli di setiap jalan kehidupan, ketika kau tidak stabil atau damai, bahagia, tidak peduli seberapa besar dunia ini, akan selalu ada rumah kecil, kamar kecil, di mana ada selimut hangat dan kasur empuk, di mana ibu dan ayah berada. Itulah rumah. Dan bahkan jika ayah menjadi lelaki tua yang pikun, linglung, kadang mengingat dan kadang lupa, tempat ini akan selalu menjadi rumahmu. Jika suatu hari kau merasa lelah, pulanglah! Ayah masih diam seperti itu, selalu menjadi dukungan yang hangat, mendedikasikan seluruh hidupnya untuk putri-putrinya. Perasaan ayah tenang tetapi mendalam, tidak mencolok, tidak berisik tetapi hangat, penuh cinta.
Ayahku tersayang! Aku hanya bisa meminjam pena untuk menulis tentangmu, mengirimkan setiap goresan surat, setiap halaman tulisan, hal-hal mendalam yang tak mudah diungkapkan dengan lantang. Aku diam-diam berterima kasih atas pelajaran kerasmu setiap kali aku berbuat salah, bagaimana aku bisa melupakan hukuman masa lalu agar aku bisa tumbuh menjadi orang baik. Terima kasih, Ayah, atas pengorbananmu yang begitu besar untuk keluarga. Terima kasih, Ayah - sahabatku yang luar biasa, guruku yang luar biasa, yang selalu sabar mendengarkanku, mengajariku banyak hal baik, hal yang benar. Berkatmu, aku memiliki disiplin diri yang lebih tinggi, tahu bagaimana mencintai, dan berani menghadapi masalah dalam hidup.
“Sekalipun aku menghitung pasir di sungai, aku tak akan mampu menghitung kasih sayang kedua orang tuaku…”.
Aku begitu sibuk menuju kedewasaan sampai terkadang aku lupa bahwa yang Ayah butuhkan adalah teleponmu, untuk mendengarku bercerita tentang orang-orang yang kutemui dan tempat-tempat yang kukunjungi. Semoga Ayah tetap sehat agar aku punya tempat untuk pulang!
Halo sayang, musim ke-4 bertema "Ayah" resmi diluncurkan pada 27 Desember 2024 di empat media cetak dan infrastruktur digital Radio - Televisi dan Surat Kabar Binh Phuoc (BPTV), dengan janji akan membawakan kepada khalayak nilai-nilai indah cinta kasih seorang ayah yang suci dan mulia. |
Sumber: https://baobinhphuoc.com.vn/news/19/171654/ba-va-con-gai
Komentar (0)