Menginformasikan peristiwa terkini kepada publik dengan cara tercepat dan terakurat adalah misi yang dikejar setiap ruang redaksi. Namun, dengan munculnya jejaring sosial, tujuan tersebut menghadapi tantangan yang cukup besar.
Saat ini, Vietnam telah melisensikan hampir 1.000 jejaring sosial, termasuk sekitar 20 jejaring besar dengan jumlah pengguna setara atau lebih tinggi dari platform besar seperti Facebook, TikTok...
Ciri khas media sosial adalah komunikasi yang bersifat personal, tanggung jawab terhadap keakuratan informasi lebih kecil, dan tidak perlu memenuhi standar produk media... sehingga kecepatan "penyiaran berita"-nya bisa jauh lebih cepat dibanding media arus utama.
Pernyataan ini bukan berarti pers arus utama "tertinggal", karena pers memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki media sosial. Oleh karena itu, jika pers arus utama ingin mempertahankan posisinya, ia harus bertindak berbeda dari media sosial. Khususnya, ia perlu mempertahankan nilai-nilai inti jurnalisme, yaitu informasi yang autentik, akurat, objektif, akuntabilitas, dan etika profesional.
| Reporter Surat Kabar Dak Lak mendiskusikan masalah profesional di kantor redaksi. |
Faktanya, berkat nilai-nilai inti tersebut, publik tidak "menjauhkan diri" dari media arus utama. Pernyataan ini terbukti jelas ketika suatu negara mengalami peristiwa besar, masalah sosial pun muncul... Misalnya, ketika pandemi COVID-19 merebak, saat itu pula informasi di media sosial benar-benar menjadi kacau. Dan di tengah "matriks" informasi tersebut, publik beralih ke media arus utama untuk mendapatkan kepercayaan diri mereka sendiri.
Teknologi membuat pelaporan lebih cepat dan mudah. Saat ini, banyak reporter dan jurnalis telah memanfaatkan jejaring sosial untuk mendukung pekerjaan mereka. Beberapa surat kabar besar bahkan menganggap jejaring sosial sebagai sumber berita yang penting. Ini juga merupakan tren yang tak terelakkan untuk mengikuti perkembangan zaman dalam hal teknologi, waktu, dan memenuhi kebutuhan pembaca.
Saat ini, tren umumnya adalah pers dan jejaring sosial bergerak menuju kerja sama, alih-alih persaingan penuh. Pers dapat memanfaatkan jejaring sosial untuk memperluas jangkauan, berinteraksi dengan pembaca, dan mengumpulkan informasi. Sebaliknya, jejaring sosial dapat bekerja sama dengan pers untuk memverifikasi informasi dan melawan berita bohong. Secara kiasan, jika jejaring sosial adalah "tambang berita" raksasa berisi segala macam berita yang tidak terklasifikasi, maka pers adalah insinyur metalurgi yang harus memisahkan "emas"—hal terpenting dan bermakna—dari kekacauan itu dan menyerahkannya kepada pembaca.
Hal penting lainnya adalah sebagian besar agensi pers kini memiliki akun dan halaman di platform media sosial untuk menjangkau pembaca. Terutama, dalam konteks transformasi ruang redaksi untuk mengembangkan ekonomi jurnalisme, tingkat kerja sama ini semakin nyata. Agensi pers ingin memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan lebih banyak pembaca, pembaca yang lebih berkualitas, guna meningkatkan iklan dan pendapatan.
Dapat dikatakan bahwa di era saat ini, pers dan jejaring sosial bersaing ketat dalam menarik perhatian publik, sekaligus merupakan hubungan "simbiosis" yang tak terpisahkan. Menurut banyak pakar, keunggulan mutlak pers atas jejaring sosial terletak pada nilai-nilai inti yang bersumber dari misi pers.
Sumber: https://baodaklak.vn/xa-hoi/202506/bao-chi-va-mang-xa-hoi-cong-sinh-hay-doi-dau-7f303d6/






Komentar (0)