Informasi dari Direktorat Reserse Kriminal Kepolisian - Kementerian Keamanan Publik menyebutkan bahwa mereka baru saja membongkar jaringan prostitusi besar-besaran yang beroperasi di dunia maya.
Pada tanggal 30 Januari, Badan Investigasi Kepolisian mengadili germo jaringan tersebut, Nguyen Huu Thai (26 tahun, tinggal di distrik Tan Phu, Kota Ho Chi Minh), atas tuduhan "perantara prostitusi".
Diketahui bahwa Thai memiliki catatan kriminal untuk "Kepemilikan narkotika ilegal".
Berdasarkan hasil penyelidikan dan pemantauan, pada tanggal 17 Januari, penyidik dari Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan berkoordinasi dengan Polres Distrik 1 untuk melakukan penggerebekan mendadak di sebuah hotel di Distrik 1. Di hotel tersebut, polisi berhasil menangkap basah dua pasangan yang sedang melakukan praktik prostitusi .
Berdasarkan keterangan para pihak yang terlibat, polisi menangkap germo Nguyen Huu Thai. Dari penggeledahan di rumah Thai, polisi menyita sejumlah besar uang tunai, buku tabungan, dan barang bukti terkait, serta membekukan rekening bank senilai 8,5 miliar VND.
Menurut badan investigasi, setelah dibebaskan dari penjara pada Juni 2022, 2 bulan kemudian, Thai mulai bekerja sebagai perantara prostitusi di internet.
Awalnya, ia membuat akun telegram dan zalo dengan avatar perempuan untuk bergabung dengan banyak kelompok yang terlibat dalam prostitusi, dengan tujuan menarik model untuk bekerja di jaringan yang dijalankan oleh orang Yahudi.
Pada saat yang sama, Thai membuat banyak grup telegram untuk mencari pelanggan dan mengumpulkan lebih banyak pekerja seks komersial. Di grup-grup tersebut, Thai mengunggah informasi tentang pekerja seks komersial seperti: foto, ukuran, harga, area operasi, dan sebagainya untuk menarik pelanggan.
Ada grup VIP yang dikelola orang Thailand, yang mengumpulkan model, aktor, penyanyi, gadis seksi, pelajar... dan peserta harus membayar biaya tertentu agar disetujui.
Saat pelanggan ingin menghubungi, Thai berkomunikasi secara pribadi melalui telegram atau zalo untuk mengirimkan gambar dan informasi pelacur agar pelanggan dapat memilih.
Thai menawarkan harga untuk prostitusi mulai dari 5 juta hingga ratusan juta dong tergantung pada kecantikan dan ketenaran pelacur tersebut.
Beroperasi di dunia maya, duduk di satu tempat, orang Thai dapat menjadi perantara prostitusi lintas provinsi dan bahkan ke luar negeri.
Khususnya, Thai juga memanfaatkan sepenuhnya jejaring sosial seperti Facebook, TikTok, YouTube, Zalo... untuk mengiklankan grup privat yang menyediakan model, dan Thai menggunakan banyak akun palsu untuk meningkatkan interaksi. Oleh karena itu, dalam waktu singkat, grup-grup yang dibuat oleh Thai, dengan hak admin, telah mengumpulkan banyak anggota.
Melalui penyelidikan, ditetapkan bahwa Thai mengelola dan mengoperasikan 7 grup tertutup dengan sekitar 65.992 anggota.
Pada saat Thai ditangkap, detektif mencatat bahwa banyak pelanggan mengirim uang ke rekening banknya untuk meminta persetujuan bergabung dengan grup tertutup tersebut, dan banyak pelacur menghubunginya untuk memberikan informasi dan meminta persetujuan bergabung dengan grup tersebut sehingga Thai dapat menjadi perantara prostitusi.
Polisi menyebutkan, sejak awal beroperasi hingga terungkap dan ditangkap, sekitar satu setengah tahun lalu, Thai telah mengeruk keuntungan sekitar 15 miliar VND dari hasil penjualan prostitusi dan iuran keanggotaan grup VIP dari para anggota.
Saat ini Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat tengah memperluas penyelidikan dan memburu para tersangka terkait jaringan prostitusi besar-besaran di dunia maya ini.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)