Sementara para investor masih tergila-gila dengan saham teknologi atau ETF, sebuah revolusi keuangan yang tenang namun dahsyat sedang terjadi tepat di neraca sejumlah bisnis global.
Lupakan emas atau mata uang asing, generasi harta karun berikutnya yang diincar para CFO adalah aset digital. Dari Bitcoin, Ethereum, hingga Dogecoin, perlombaan membangun perbendaharaan aset digital telah resmi dimulai.
Nilai total aset digital yang dimiliki perusahaan-perusahaan ini kini telah melampaui $133,45 miliar dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Bukan lagi sekadar eksperimen nekat segelintir orang, ini telah menjadi strategi keuangan yang sedang dipertimbangkan secara serius di seluruh Wall Street.
Dari 'perjudian gegabah' menjadi strategi pertahanan yang penting
Gagasan menggunakan uang pemegang saham untuk membeli aset volatil seperti Bitcoin dulu dianggap gila. Kini, hal ini menjadi strategi lindung nilai yang sah, didukung oleh banyak tokoh terkemuka.
Miliarder Mark Cuban, pemilik tim basket Dallas Mavericks, mengatakan ia "sangat mendukung" tren ini. Ia menyebut mata uang kripto sebagai "aset alternatif yang dapat bertindak sebagai lindung nilai." Argumen ini khususnya kuat dalam konteks inflasi dan devaluasi mata uang fiat.
Visi Cuban dianut oleh banyak "hiu" lain di pasar. Michael Saylor, pendiri MicroStrategy (sekarang Strategy), pernah membuat pernyataan yang mengejutkan: "Uang tunai hanyalah sampah - gunung es yang mencair."
Ia telah menjadikannya lebih dari sekadar omong kosong, ia telah mengubah perusahaannya menjadi raksasa penyimpanan bitcoin, dan hasilnya sungguh luar biasa. Sejak menerapkan model ini pada tahun 2020, saham perusahaan telah meningkat lebih dari 2.300%.
Bahkan investor miliarder legendaris Ray Dalio, yang dulu skeptis terhadap kripto, telah mengakui penurunan dolar dan melihat Bitcoin sebagai "jalan keluar" yang potensial. Daya tarik Bitcoin bukan hanya dari ceritanya, tetapi juga dari angka-angkanya: tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 99% antara tahun 2011 dan 2025, sebuah kinerja yang mengungguli aset tradisional mana pun.

Bisnis sekarang memiliki aset digital senilai lebih dari $133 miliar dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti (Foto: Coinflip).
Di dalam "tambang emas digital": Siapa yang memegang paling banyak?
Menurut data terbaru, perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam model DAT (Digital Asset Treasury) kini memiliki total aset digital senilai $133,45 miliar. Ini bukan sekadar membeli dan "HODLing", DAT adalah bisnis yang mengumpulkan modal untuk membeli, mengelola, dan bahkan menghasilkan pendapatan dari kripto melalui aktivitas seperti peminjaman, staking, atau berpartisipasi dalam DeFi.
Bitcoin tetap menjadi aset dominan, dengan 104 perusahaan memegang lebih dari 1 juta BTC, senilai sekitar $115,5 miliar. Strategi Michael Saylor berada di puncak dengan cadangan besar sebesar 631.460 BTC.
Dengan Ethereum, meskipun hanya 11 perusahaan yang memegangnya secara publik, total kepemilikannya telah mencapai 3,4 juta ETH (sekitar $15,2 miliar). Hal ini menunjukkan pergeseran ke aset platform dengan ekosistem yang kuat.
Dengan 7 perusahaan yang memegang 6,49 juta SOL ($1,46 miliar), Solana terbukti populer berkat kecepatan transaksinya dan biaya rendah, menarik bisnis yang ingin mengeksplorasi aplikasi lebih dari sekadar menyimpan nilai.
Permainan altcoin tidak terbatas pada tiga nama terbesar saja. Binance Coin (BNB), Dogecoin (DOGE), dan bahkan token yang sedang berkembang seperti Hyperliquid (HYPE) atau SUI (SUI) telah ditambahkan ke neraca beberapa perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar ini semakin diterima dan matang.
Peringatan dari para ahli
Meskipun tren penimbunan mata uang kripto sedang booming, beberapa analis yakin fase "uang mudah" mungkin telah berakhir. Sebuah laporan dari Coinbase menunjukkan bahwa fenomena ini mungkin telah mencapai "titik jenuh".
"Periode pertumbuhan organik telah berakhir. Kita memasuki periode persaingan yang ketat di mana kesuksesan bergantung pada visi, diferensiasi, dan waktu. Meniru strategi orang lain tidak akan berhasil lagi," demikian pernyataan laporan tersebut.
Artinya, bisnis tidak bisa begitu saja membeli bitcoin dan menunggu harganya naik. Mereka membutuhkan strategi yang jelas: apakah mereka menggunakan kripto untuk lindung nilai terhadap inflasi, untuk berpartisipasi dalam ekosistem Web3, atau untuk mengembangkan produk keuangan baru? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menentukan siapa yang menang dalam jangka panjang.
Langkah perusahaan-perusahaan besar untuk memasukkan mata uang kripto ke dalam cadangan mereka telah melampaui sekadar eksperimen berani menjadi strategi keuangan yang dipertimbangkan secara serius. Hal ini mencerminkan perubahan besar dalam persepsi tentang nilai, risiko, dan peran aset digital dalam ekonomi modern.
Demamnya mungkin telah mereda, tetapi pintu menuju generasi baru "perbendaharaan" telah terbuka dan tidak ada pemimpin bisnis yang dapat mengabaikannya.
Sumber: https://dantri.com.vn/kinh-doanh/ca-map-am-tham-tich-tru-tien-ma-hoa-va-con-sot-moi-o-pho-wall-20251008161536385.htm
Komentar (0)