Menteri Keuangan Ho Duc Phoc, yang diberi wewenang oleh Perdana Menteri, menyampaikan Usulan untuk melanjutkan pelaksanaan kebijakan pengurangan pajak pertambahan nilai sebesar 2% sesuai dengan Resolusi No. 43/2022/QH15 tanggal 11 Januari 2022.
Oleh karena itu, dalam menghadapi perkembangan yang kompleks di dunia dan di dalam negeri, pertumbuhan PDB yang rendah pada kuartal pertama tahun 2023, dan banyaknya kesulitan bagi dunia usaha... Usulan Pemerintah untuk melanjutkan pengurangan pajak pertambahan nilai (juga dikenal sebagai PPN) sebagaimana diterapkan pada tahun 2022 untuk mendukung dunia usaha dan masyarakat adalah hal yang diperlukan.
Secara khusus, pengurangan PPN sebesar 2% berlaku untuk kelompok barang dan jasa yang saat ini dikenakan tarif pajak sebesar 10% (hingga 8%); kecuali untuk kelompok barang dan jasa berikut: Telekomunikasi, teknologi informasi, kegiatan keuangan, perbankan, sekuritas, asuransi, bisnis real estat, logam, produk logam prefabrikasi, produk pertambangan (tidak termasuk pertambangan batu bara), kokas, minyak bumi olahan, produk kimia, barang dan jasa yang dikenakan pajak konsumsi khusus.
Periode pengajuan adalah 1 Juli 2023 sampai dengan 31 Desember 2023. Menteri Keuangan mengatakan, berdasarkan perhitungan, jika pengajuan dilakukan pada 6 bulan terakhir tahun ini, diperkirakan penurunan penerimaan APBN setara dengan sekitar Rp24.000 triliun (untuk penerimaan APBN sepanjang tahun 2023 diperkirakan turun Rp20.000 triliun).
“Pengurangan pajak pertambahan nilai akan berkontribusi pada penurunan biaya barang dan jasa, sehingga mendorong produksi dan bisnis serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi pekerja, yang berkontribusi pada stabilisasi ekonomi makro dan pemulihan ekonomi pada tahun 2023,” tegas Menteri Ho Duc Phoc.
Mewakili lembaga yang memeriksa konten ini, Ketua Komite Keuangan dan Anggaran Majelis Nasional Le Quang Manh juga menekankan perlunya mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi pajak pertambahan nilai untuk terus mendukung sektor produksi dan bisnis serta masyarakat yang telah menghadapi banyak kesulitan.
Namun, Ketua Komite Keuangan dan Anggaran Majelis Nasional Le Quang Manh juga mengatakan bahwa beberapa pendapat di Komite Keuangan dan Anggaran masih mengkhawatirkan bahwa kebijakan pengurangan pajak pertambahan nilai pada paruh kedua tahun 2023 hampir tidak akan mampu merangsang permintaan dan mendorong pertumbuhan seperti pada tahun 2022.
Di samping itu, ada pula usulan untuk mempertimbangkan perluasan cakupan subjek yang dapat diberikan pengurangan Pajak Pertambahan Nilai dengan menerapkan tarif pajak sebesar 8% terhadap semua kelompok barang yang saat ini dikenakan tarif pajak sebesar 10% berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai karena saat ini semua sektor produksi dan bisnis sedang menghadapi kesulitan.
Di sisi lain, ada pula pendapat yang menyarankan untuk mempertimbangkan peningkatan tarif pengurangan pajak pertambahan nilai menjadi 4% guna meringankan beban masyarakat dan memelihara sumber pendapatan...
PADANG RUMPUT
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)