Menurut kantor berita Reuters , pada pagi hari tanggal 6 Oktober, Dr. Fred Ramsdell dan istrinya, Laura O'Neill, sedang berhenti di sebuah perkemahan dekat Taman Nasional Yellowstone (AS) setelah perjalanan tiga minggu melintasi Pegunungan Rocky.
Ketika ponsel Ms. O'Neill kembali mendapat sinyal, ratusan pesan teks muncul dengan isi yang sama: "Selamat atas kemenangan Hadiah Nobel."
Ia berteriak kaget, membuat suaminya mengira ia baru saja melihat beruang grizzly. Pak Ramsdell, yang ponselnya masih dalam mode pesawat, awalnya tidak percaya.
"Tidak, kamu tidak menang," katanya. Tapi istrinya bersikeras: "Aku dapat lebih dari 200 SMS yang bilang kamu menang."

Dr. Fred Ramsdell (Foto: UCLA).
Komite Nobel mengatakan pihaknya mencoba menghubunginya pada pukul 2 pagi (waktu setempat) untuk memberi tahu hasilnya, tetapi tidak ada yang menjawab telepon.
Butuh waktu hampir 20 jam bagi Sekretaris Jenderal Majelis Nobel, Thomas Perlmann, untuk akhirnya berbicara dengan ilmuwan Amerika tersebut. "Ini merupakan kasus tersulit yang pernah saya hubungi sejak saya menjabat pada tahun 2016," ungkap Bapak Perlmann.
Sonoma Biotherapeutics, tempat Tuan Ramsdell bekerja, mengatakan kepada media bahwa ia “menikmati hidup dan menjauhi sorotan.”
Setelah sinyal kembali, Tuan Ramsdell mencoba menghubungi Tuan Perlmann lagi, tetapi saat itu sudah tengah malam di Swedia. Percakapan resmi baru terjadi keesokan paginya.
Pekerjaan yang membuka jalan bagi imunoterapi
Dr. Fred Ramsdell, 64 tahun, adalah seorang imunolog veteran Amerika. Ia meraih gelar doktor dari University of California, Los Angeles (UCLA) pada tahun 1987 dan bekerja di beberapa lembaga penelitian terkemuka sebelum bergabung dengan Sonoma Biotherapeutics, sebuah perusahaan bioteknologi di San Francisco yang mengembangkan terapi sel imun.
Ia dan dua rekannya, Ibu Mary Brunkow (AS) dan Profesor Shimon Sakaguchi (Jepang), dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran 2025 atas penemuan sel T regulator.
Ini adalah sel-sel yang bertindak sebagai “penjaga” sistem kekebalan tubuh, membantu mencegah tubuh menyerang sel-sel sehatnya sendiri.
Penemuan ini dianggap sebagai titik balik dalam imunologi modern. Penemuan ini membantu menjelaskan bagaimana sistem imun menjaga keseimbangan antara respons protektif dan autoimun, serta membuka jalan bagi pengobatan penyakit autoimun seperti artritis reumatoid, sklerosis multipel, dan diabetes tipe 1.
Terapi imunomodulatori berbasis sel T regulatori saat ini juga sedang diuji dalam pengobatan kanker dan penyakit inflamasi kronis.
Para ilmuwan meyakini penelitian ini telah meletakkan dasar bagi bidang penelitian yang benar-benar baru, di mana sistem imun dikendalikan secara lebih tepat untuk melindungi tubuh dan membatasi efek samping.
Ilmuwan menyukai pegunungan dan ketenangan
Selain bekerja di laboratorium, Pak Ramsdell adalah seorang pencinta alam. Setiap tahun, ia dan istrinya melakukan perjalanan jauh ke alam liar untuk "melepaskan diri" dari dunia teknologi.
"Saya menghabiskan waktu sebanyak mungkin di pegunungan," katanya. "Saat di sana, saya tidak punya telepon, email, atau berita. Saya hanya menikmati alam dan kesunyiannya."
Perjalanan ini berlangsung selama tiga minggu, melewati Idaho, Wyoming, dan Montana. Mereka membawa dua anjing mereka dan benar-benar terputus dari internet. Ketika kabar baik itu tiba, mereka hanya tinggal sebentar dari Seattle.
Setelah secara resmi mengetahui bahwa ia telah memenangkan penghargaan tersebut, Tn. Ramsdell mengatakan ia merasa bersyukur dan rendah hati atas kehormatan besar tersebut.
"Saya tidak pernah terpikir untuk menerima Hadiah Nobel. Yang paling membahagiakan saya adalah bisa berbagi pencapaian ini dengan rekan-rekan yang telah mendampingi saya selama bertahun-tahun," ungkap ilmuwan tersebut.
Source: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/chu-nhan-giai-nobel-y-hoc-2025-bo-lo-tin-vui-vi-tat-dien-thoai-leo-nui-20251008072801970.htm
Komentar (0)