Industri pariwisata Vietnam menghadapi salah satu tantangan terbesarnya: menyambut 25 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2025, sesuai target yang ditetapkan Pemerintah dalam Resolusi 226. Namun, angka-angka menunjukkan bahwa garis finis masih sangat jauh. Para ahli juga sepakat bahwa percepatan ini membutuhkan solusi yang drastis dan inovatif.

Masalah sulit yang disebut 2,75 juta
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, dalam 8 bulan pertama tahun ini, Vietnam menyambut hampir 14 juta wisatawan mancanegara, yang baru mencapai 56% dari rencana. Ini berarti bahwa dalam 4 bulan tersisa, industri pariwisata harus menarik lebih dari 11 juta wisatawan, atau rata-rata 2,75 juta wisatawan per bulan.
Ini merupakan angka rekor, lebih tinggi dari rekor tertinggi (lebih dari 2 juta kedatangan/bulan) yang pernah dicapai pariwisata Vietnam. "Target ini sangat menantang, sangat besar," ujar Bapak Pham Van Thuy, Wakil Direktur Administrasi Pariwisata Nasional Vietnam, dalam konferensi industri pariwisata pada pagi hari tanggal 18 September.
Senada dengan itu, Ketua Asosiasi Pariwisata Vietnam (VITA), Bapak Vu The Binh, mengatakan bahwa ini merupakan "tugas yang sangat berat", yang menuntut "seluruh industri untuk berpartisipasi sekuat tenaga".
Tantangannya bukan hanya berasal dari tekanan jumlah, tetapi juga dari masalah internal. Wakil Direktur Pham Van Thuy dengan terus terang menunjukkan bahwa banyak produk pariwisata Vietnam sudah ketinggalan zaman, berusia 10-15 tahun, dan tidak lagi cukup menarik. "Kita harus mengubah pendekatan kita, kita harus menjual apa yang dibutuhkan pelanggan, bukan apa yang kita miliki," tegas Bapak Thuy.

Perlombaan untuk menemukan jawaban
Menghadapi tekanan waktu, berbagai bisnis dan asosiasi mencari solusi. Bapak Vu The Binh mengatakan bahwa VITA berfokus pada dua arah utama. Pertama, mempromosikan komunikasi di platform digital, menyasar pasar-pasar utama dan pasar berkembang. Kedua, menyelenggarakan fam trip (survei pariwisata internasional), dan berpromosi langsung dengan agen-agen perjalanan asing terkemuka untuk memperkenalkan produk-produk baru, dengan harapan dapat mendatangkan wisatawan ke Vietnam pada kuartal terakhir tahun ini.
Selain metode tradisional, inovasi produk dianggap kunci. Kuliner telah menjadi tren global dan Vietnam memiliki potensi besar. Ibu Nguyen Thi Khanh, Wakil Presiden Asosiasi Pariwisata Kota Ho Chi Minh, mengatakan bahwa kuliner dapat menjadi produk pariwisata utama, dan menyarankan agar daerah-daerah bekerja sama untuk menciptakan wisata berbasis nilai-nilai budaya kuliner yang unik.
Namun, inovasi produk juga membutuhkan pola pikir baru. Bapak Pham Ha, CEO Lux Group, berpendapat bahwa Vietnam perlu meninggalkan pendekatan "satu program untuk semua". Menurutnya, mengundang perwakilan dari berbagai pasar untuk berpartisipasi dalam program survei yang sama tidaklah efektif.
"Kita harus mengundang mitra India untuk mengikuti jadwal terpisah, dan mitra Tiongkok untuk mengikuti jadwal yang berbeda, sesuai dengan 'selera' mereka," analisis Bapak Ha. CEO ini percaya bahwa hanya ketika "berbicara dengan bahasa pelanggan", memahami kebutuhan mereka, dan memenuhi keinginan tersebut, kemampuan untuk menarik pelanggan akan benar-benar tinggi.
Fokus pada pasar utama
Untuk mengoptimalkan sumber daya bagi sprint ini, industri pariwisata akan berfokus pada pasar-pasar dengan potensi pertumbuhan tercepat. Pasar-pasar terdekat seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan diprioritaskan. Berikutnya adalah kawasan ASEAN, terutama Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Pasar-pasar lain seperti Rusia, Eropa Barat, dan Eropa Utara, terutama negara-negara dengan pengecualian visa unilateral dari Vietnam, juga menjadi fokus.
Untuk meningkatkan daya saing, Bapak Pham Ha menyarankan agar Vietnam dapat belajar "trik" dari negara tetangga seperti Thailand, misalnya, memberikan tiket pesawat pulang pergi domestik kepada wisatawan mancanegara atau memberikan voucher belanja.
Meskipun mengakui target 25 juta pengunjung sangat sulit, Pak Ha tetap tampak optimis. "Sangat mungkin, semuanya bisa saja terjadi," ujarnya.
Namun, CEO juga menekankan perspektif penting lainnya: keberhasilan industri pariwisata tidak boleh diukur hanya dengan "menghitung jumlah pengunjung".
"Selain meningkatkan jumlah pengunjung, kita perlu memberikan perhatian khusus pada kualitas produk agar pengunjung berbelanja lebih banyak. Meningkatkan total pendapatan pariwisata dari wisatawan mancanegara juga merupakan keberhasilan besar," pungkas Bapak Ha. Hal ini juga merupakan orientasi pembangunan berkelanjutan, yang tujuannya bukan hanya mencapai rekor jumlah kunjungan, tetapi juga nilai riil yang dihasilkan oleh ekonomi hijau.
Sumber: https://baolaocai.vn/cuoc-dua-nuoc-rut-cua-du-lich-viet-don-25-trieu-khach-quoc-te-post882420.html
Komentar (0)