
Berdasarkan rancangan Resolusi Majelis Nasional yang menetapkan sejumlah mekanisme dan kebijakan untuk menghilangkan kesulitan dan hambatan dalam penyelenggaraan pelaksanaan Undang-Undang Pertanahan, yang baru saja disampaikan Pemerintah kepada Majelis Nasional, daftar harga tanah untuk setiap jenis tanah, luas wilayah, dan lokasi akan digunakan untuk menghitung kewajiban keuangan dan ganti rugi pada saat Negara mengambil alih tanah, bukan menentukan harga tanah secara khusus.
Rancangan Undang-Undang Pertanahan juga mengatur sejumlah mekanisme dan kebijakan untuk mengatasi kesulitan dan hambatan dalam penyelenggaraan pelaksanaan Undang-Undang Pertanahan, dengan fokus pada penyelesaian kelompok masalah pemulihan tanah, ganti rugi, dukungan, pemukiman kembali; alokasi tanah, sewa tanah, perubahan peruntukan tanah; pembiayaan dan harga tanah; pelaksanaan hak, tata guna tanah, pendaftaran tanah, kekayaan yang melekat pada tanah, pemberian sertifikat, pembagian tanah, konsolidasi tanah; sistem informasi pertanahan, dan penyelesaian sengketa tanah.
Patut dicatat, sebagai tambahan terhadap perkara yang telah diatur dalam Undang-Undang Pertanahan, rancangan tersebut menambahkan tiga perkara di mana Negara mengambil kembali tanah untuk pembangunan sosial -ekonomi demi kepentingan nasional dan umum.
Pertama , pengadaan tanah untuk pelaksanaan proyek di kawasan perdagangan bebas dan proyek di pusat keuangan internasional.
Kedua , dalam hal pemanfaatan tanah untuk pelaksanaan proyek melalui perjanjian penerimaan hak guna usaha atas tanah yang jangka waktunya telah berakhir dan harus diselesaikan perjanjiannya atau telah berakhir dan harus diselesaikan perjanjiannya, tetapi telah menyepakati lebih dari 75% luas tanah dan lebih dari 75% jumlah pemakai tanah, Dewan Rakyat Daerah Provinsi wajib mempertimbangkan dan menyetujui pengembalian sisa luas tanah untuk dialokasikan atau disewakan tanahnya kepada penanam modal.
Ketiga , pemulihan tanah untuk menciptakan dana tanah untuk pembayaran proyek berdasarkan kontrak BT, sewa tanah untuk kelanjutan produksi dan bisnis dalam hal organisasi menggunakan tanah yang diambil alih Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dan Pasal 79 Undang-Undang Pertanahan.
Perubahan penting lainnya dibandingkan dengan perubahan yang berlaku saat ini adalah bahwa harga tanah untuk perhitungan ganti rugi tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 Ayat 2 Undang-Undang Pertanahan dan harga tanah pemukiman kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Ayat 3 Undang-Undang Pertanahan dihitung berdasarkan harga tanah dalam tabel harga tanah dan koefisien penyesuaian harga tanah sebagaimana dimaksud dalam resolusi ini.
Pemerintah menjelaskan bahwa penerapan daftar harga tanah, alih-alih harga tanah spesifik, akan transparan, mudah dihitung, dan memudahkan penerapannya; mengatasi kesulitan yang ada dalam penetapan harga tanah spesifik. Pengaturan tarif pemungutan biaya penggunaan tanah dan sewa tanah untuk setiap jenis penggunaan tanah, jenis tanah, dan biaya infrastruktur akan menjadi dasar penetapan biaya penggunaan tanah dan sewa tanah beserta daftar harga tanah, yang menjamin kemudahan, keakuratan, dan kesesuaian untuk setiap jenis penggunaan tanah, jenis tanah, dan wilayah tertentu.
Dalam penyampaiannya secara gamblang disebutkan bahwa usulan penerapan daftar harga tanah, dasar perhitungan biaya penggunaan tanah, sewa tanah, dan ganti rugi apabila Negara melakukan reklamasi tanah, adalah berdasarkan analisis kelebihan dan kekurangan penerapan harga tanah tertentu menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan penerapan daftar harga tanah menurut rancangan resolusi.
Rancangan resolusi akan diserahkan kepada Majelis Nasional untuk dipertimbangkan dan disetujui pada sidang ke-10 (dibuka pagi ini, 20 Oktober).
Sumber: https://www.sggp.org.vn/du-kien-bo-sung-3-truong-hop-nha-nuoc-thu-hoi-dat-post818939.html
Komentar (0)