Tidak mungkin untuk mengklasifikasikan standar etika profesional.

Kementerian Pendidikan dan Pelatihan (Kemendikbud) angkat bicara menjawab pertanyaan seputar penerapan Surat Edaran No. 08/2023/TT-BGDDT (Surat Edaran 08) tentang Pengangkatan Jabatan Profesi dan Pengaturan Gaji Guru, dan berjanji bahwa "dalam proses pembinaan dan pengorganisasian pelaksanaannya, apabila terdapat hal-hal yang tidak wajar, kami akan terus meminta pendapat untuk melakukan penyesuaian", sehingga komunitas guru di seluruh Indonesia merasa gembira karena kekhawatiran yang selama ini membebani mereka telah sedikit berkurang.

Pada bulan September 2015, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan serta Kementerian Dalam Negeri menerbitkan serangkaian surat edaran bersama tentang peraturan perundang-undangan, standar jabatan profesional, serta pengaturan pengangkatan dan gaji guru di lembaga prasekolah negeri dan pendidikan umum, yang berlaku sejak November 2015. Surat edaran tersebut memiliki banyak kekurangan dan tidak praktis, sehingga digantikan oleh serangkaian surat edaran yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Pelatihan pada tanggal 2 Februari 2021, yang berlaku sejak tanggal 20 Maret 2021.

Sekelompok guru dan siswa di SMA Ky Son, Distrik Ky Son, Provinsi Nghe An . Foto: Khanh Ha

Namun, rangkaian surat edaran ini kembali menuai kritik keras dari publik karena dianggap tidak masuk akal. Oleh karena itu, meskipun rangkaian surat edaran tersebut belum berlaku, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah menghentikan pelaksanaannya. Pada tanggal 14 April 2023, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan menerbitkan Surat Edaran 08 yang mengubah dan melengkapi sejumlah pasal dalam rangkaian surat edaran tahun 2021, yang berlaku efektif mulai tanggal 30 Mei 2023. Dengan demikian, Surat Edaran 08 telah melalui proses pengumpulan opini publik selama lebih dari dua tahun di seluruh negeri.

Salah satu kekurangan terbesar dari Surat Edaran 08 adalah pengaturan standar etika profesi yang berbeda bagi guru untuk setiap jenjang jabatan. Hal ini tidak masuk akal, karena etika profesi merupakan kualitas umum yang melekat pada guru, terlepas dari jenjang jabatannya. Pengklasifikasian standar etika profesi seperti ini akan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan guru.

Perbedaan pangkat, jenjang pendidikan, dan bidang studi akan memiliki standar etika profesi yang berbeda pula. Hal ini merupakan kesalahpahaman terhadap konsep etika profesi guru. Mengubah peraturan agar memiliki standar etika profesi yang sama sangatlah tepat.

Program Pendidikan Umum 2018 menetapkan tujuan pendidikan untuk semua jenjang dan tingkatan agar sesuai dengan jenjang pelatihan. Dengan demikian, kewajiban guru sekolah dasar dan menengah tingkat I untuk menempuh pendidikan pascasarjana tidak diperlukan dibandingkan dengan ketentuan Undang-Undang Pendidikan yang hanya mewajibkan jenjang universitas.

Kenyataannya, tingkat pelatihan hanyalah sebagian dari efektivitas pengajaran, sementara tingkat keahlian profesional hingga tingkat pengajaran seni merupakan faktor penentu, terutama ketika mengajar siswa muda di jenjang pendidikan dasar. Guru dengan tingkat pelatihan yang lebih tinggi dari yang diamanatkan Undang-Undang Pendidikan seharusnya hanya didorong atau diberi penghargaan, bukan dijadikan standar pemeringkatan guru.

“Sub-lisensi” menyebabkan banyak konsekuensi

Setiap kali seorang guru dipromosikan, ia harus mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat promosi. Faktanya, ini adalah "sub-lisensi" yang telah meninggalkan banyak konsekuensi negatif di masyarakat dan di sektor pendidikan. Kualitas sertifikat dan mutu pendidikan belum terlihat, tetapi masalah jual beli sertifikat telah muncul di mana-mana, membuang-buang waktu dan uang guru, meninggalkan reputasi buruk di lingkungan budaya sekolah.

Dalam pengangkatan dari jabatan profesional lama ke jabatan profesional baru, beberapa daerah mewajibkan guru untuk memiliki bukti yang cukup atas pelaksanaan tugas sesuai pangkatnya. Hal ini mengakibatkan guru tidak dapat memberikan bukti yang cukup dan oleh karena itu tidak diangkat ke jabatan yang sesuai. Untuk mengatasi hal ini, beberapa daerah telah menetapkan bahwa dalam pengangkatan ke jabatan yang sesuai, guru tidak diwajibkan memiliki bukti pelaksanaan tugas sesuai pangkatnya.

Peraturan mengenai masa jabatan guru TK golongan III adalah 9 tahun. Namun, perbedaan koefisien gaji antara golongan III (menurut tabel gaji PNS golongan A0 dengan koefisien gaji awal 2,10) dan golongan II (menurut tabel gaji PNS golongan A1 dengan koefisien gaji awal 2,34) tidaklah signifikan. Jika persyaratan untuk menduduki jabatan tersebut selama 9 tahun akan merugikan dan mengurangi motivasi guru TK.

Oleh karena itu, dalam Surat Edaran Nomor 08, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan melakukan penyesuaian waktu untuk menduduki jabatan profesi guru PAUD golongan III dari 9 tahun menjadi 3 tahun guna menyatu dengan sektor dan bidang lain serta mengurangi kesulitan bagi guru PAUD yang merupakan jenjang pendidikan tersulit namun perlakuan Negara masih belum sepadan.

Isu yang paling kontroversial dan ramai dibicarakan adalah perubahan peringkat guru karena identik dengan peringkat gaji, yang mempengaruhi kebijakan gaji, yang erat kaitannya dengan makanan, pakaian, beras, uang, dan kehidupan guru.

Keputusan Pemerintah No. 115/2020/ND-CP dengan jelas menetapkan: "Ujian atau pertimbangan untuk kenaikan jabatan profesional dari jenjang yang lebih rendah ke jenjang yang lebih tinggi berikutnya dalam bidang profesional yang sama". Kementerian Dalam Negeri meminta pendapat dari Komite Rakyat provinsi, kota, departemen, kementerian, dan cabang untuk mengubah keputusan tersebut ke arah pertimbangan kenaikan jabatan dan penghapusan ujian. Namun, karena tidak ada dokumen amandemen, Keputusan No. 115/2020/ND-CP masih berlaku, sehingga penerapannya berbeda-beda di setiap daerah.

Semoga Kementerian Pendidikan dan Pelatihan segera mempertimbangkan dan menyelesaikan rekomendasi para guru dan lembaga pendidikan agar Surat Edaran 08 ini dapat dilaksanakan secara adil dan efektif, sehingga berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan.

DANG TU AN, Direktur Dana Dukungan Inovasi Pendidikan Umum Vietnam

*Silakan kunjungi bagian Pendidikan Sains untuk melihat berita dan artikel terkait.