Misi untuk menciptakan "gerhana buatan" pertama dalam sejarah

Korona bagian dalam Matahari tampak hijau dalam cahaya tampak, seperti yang ditangkap pada tanggal 23 Mei oleh teleskop ASPIICS pada pesawat ruang angkasa Proba-3 (Gambar: ESA).
Satelit ini diciptakan oleh dua satelit yang beroperasi di luar angkasa secara sinkron sebagai bagian dari misi Proba-3.
Proba-3 memungkinkan manusia menciptakan gerhana matahari buatan setiap 19,6 jam, alih-alih menunggu 360 tahun untuk gerhana total alami di lokasi yang sama.
Ini adalah pertama kalinya manusia secara sengaja menciptakan peristiwa yang mirip dengan gerhana matahari total, dengan tujuan mempelajari korona, yang juga merupakan lapisan atmosfer Matahari yang paling luar dan paling misterius.
Misi Proba-3, yang diluncurkan oleh ESA dari Pusat Antariksa Satish Dhawan (India) pada 5 Desember, terdiri dari dua satelit. Satu satelit bertindak sebagai "bulan buatan" yang bertugas menutupi Matahari, dan satelit lainnya membawa teleskop ASPIICS yang diarahkan langsung ke area okultasi untuk observasi.
Pada tanggal 23 Mei, selama uji terbang pertamanya, kedua satelit tersebut sejajar dengan akurasi milimeter pada jarak 150 meter, menciptakan gambar korona Matahari yang sangat jelas.

Bagaimana misi Proba-3 menciptakan "gerhana buatan" (Foto: ESA).
Menurut Space , Proba-3 adalah misi formasi presisi pertama di dunia , dengan orbit elips dengan perigee 600 km dan apogee 60.000 km. Penerbangan formasi hanya dilakukan ketika kedua satelit berada di apogee (di mana gravitasi, medan magnet, dan hambatan atmosfer berada pada titik minimum), sehingga membantu menghemat bahan bakar secara maksimal.
Di sana, satelit okultasi, yang berdiameter 1,4 meter, menghasilkan bayangan hanya 8 cm di titik pengamatan satelit lainnya, sebuah prestasi presisi yang disebut ESA “luar biasa”.
Hal penting lainnya adalah bahwa gambar "gerhana buatan" terdiri dari tiga bingkai dengan waktu pencahayaan berbeda, yang kemudian diproses dan digabungkan oleh para ilmuwan di Observatorium Kerajaan Belgia untuk menciptakan kembali seluruh pemandangan.
Era baru untuk observasi dan peramalan cuaca luar angkasa
Korona adalah lapisan atmosfer terluar Matahari, dengan suhu mencapai lebih dari 2 juta derajat Fahrenheit – 200 kali lebih panas daripada permukaan Matahari, tetapi alasan mengapa lapisan ini memiliki suhu setinggi itu masih menjadi misteri.
Wilayah ini juga merupakan rumah bagi angin matahari dan lontaran massa korona (CME) – peristiwa yang dapat mengganggu komunikasi, satelit, dan jaringan listrik di Bumi.
Mempelajari korona dalam kondisi normal pada hakikatnya sangatlah sulit, karena piringan Matahari sekitar 1 juta kali lebih terang daripada atmosfer.
Untuk melakukan ini, orang-orang menggunakan perangkat yang disebut koronagraf untuk menghalangi cahaya Matahari guna mengamati korona. Namun, ketika ditempatkan di darat, perangkat ini sangat terpengaruh oleh atmosfer, sehingga menyebabkan interferensi yang signifikan.
Oleh karena itu, sistem koronagraf yang beroperasi di luar angkasa seperti Proba-3 akan membawa keuntungan yang lebih unggul.

Pasangan satelit Proba-3 akan memiliki orbit elips, terbang mengelilingi Bumi (Foto: ESA).
Menurut Andrei Zhukov, peneliti utama proyek ASPIICS, citra yang dikirim kembali oleh Proba-3 tidak hanya menunjukkan struktur korona yang detail, tetapi juga merekam tonjolan dingin. Ini adalah fenomena plasma dingin bersuhu sekitar 10.000 derajat Celcius yang menonjol di latar belakang plasma panas bersuhu jutaan derajat.
Ini juga merupakan fitur yang hanya dapat diamati selama gerhana matahari total, dan sekarang dapat dipelajari lebih teratur berkat Proba-3.
Sebenarnya, ide menciptakan gerhana buatan pertama kali direalisasikan pada tahun 1975 dalam Proyek Uji Apollo-Soyuz antara AS dan Uni Soviet. Namun, kondisi teknologi saat itu terbatas dan gambar yang dihasilkan sangat terbatas.
Dengan Proba-3, untuk pertama kalinya manusia akan mampu menciptakan gerhana buatan berkala, yang diperkirakan terjadi setiap 19,6 jam orbit, dan bukannya harus menunggu rata-rata lebih dari 360 tahun untuk menyaksikan gerhana total di lokasi tertentu di Bumi.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/hinh-anh-dau-tien-ve-nhat-thuc-toan-phan-nhan-tao-20250617180230231.htm
Komentar (0)