
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi pada 21 November bahwa Indonesia telah memenuhi kriteria untuk mengakhiri epidemi setelah tidak lagi mencatat virus di masyarakat dan lingkungan. Direktur Regional Pasifik Barat WHO, Saia Ma'u Piukala, menyebut keberhasilan Indonesia sebagai tonggak penting menuju tujuan dunia tanpa polio.
Indonesia mencatat kasus cVDPV2 pertamanya pada Oktober 2022 di Aceh, yang kemudian menyebar ke berbagai daerah seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua, dan Papua Selatan. Sebagai respons, Indonesia akan meluncurkan dua putaran vaksinasi nOPV2 baru secara nasional mulai akhir 2022 hingga kuartal ketiga 2024, sekaligus meningkatkan tingkat vaksinasi rutin. Khususnya, dosis IPV2 akan ditingkatkan dari 63% pada tahun 2023 menjadi 73% pada tahun 2024.
Sejak Oktober, Kementerian Kesehatan Indonesia telah meluncurkan vaksin 6-in-1 (polio, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis B, dan Hib) untuk mengurangi jumlah suntikan, menghemat biaya keluarga, dan mempercepat imunisasi. Program ini dimulai di Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan enam provinsi di Papua, dengan rencana perluasan ke seluruh Indonesia tahun depan.
Perwakilan UNICEF di Indonesia, Ibu Maniza Zaman, menekankan perlunya mempertahankan momentum agar semua anak mendapatkan vaksinasi lengkap terhadap polio dan penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/indonesia-khong-che-thanh-cong-dot-bung-phat-dich-bai-liet-post824806.html






Komentar (0)