Israel peringatkan jangan "bermain api", Hamas ungkap garis merah Hizbullah

Anggota Hizbullah melakukan latihan militer di Lebanon (Foto: Reuters).

Perwakilan Hamas di Beirut, Ahmed Abdul Hadi, mengatakan pada tanggal 13 November bahwa pasukan Hizbullah di Lebanon belum siap untuk berpartisipasi dalam konflik antara Israel dan Hamas, dan menyatakan bahwa Hizbullah hanya akan meningkatkan aktivitasnya melawan Israel jika Hamas kalah total di Jalur Gaza.

"Sekarang bukan saatnya (berperang). Garis merah bagi Hizbullah adalah ketika perlawanan (Hamas) di Gaza hancur total," kata Hadi.

Meskipun tentara Israel telah berulang kali bentrok dengan pejuang Hizbullah di seberang perbatasan Lebanon dalam beberapa minggu terakhir, orang kedua dalam komando kelompok tersebut, Naim Qassem, mengatakan bentrokan tersebut hanya "bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap Gaza".

Pejabat senior lainnya menolak mengungkapkan "garis merah" Hizbullah bagi kelompok itu untuk terlibat lebih dalam dalam konflik Israel-Hamas, dengan mengatakan respons mereka akan bergantung pada tindakan Israel.

Namun, pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan akhir pekan lalu bahwa kelompoknya tengah meningkatkan aktivitasnya dan telah terjadi "peningkatan" dalam operasi di sepanjang garis depan dengan Israel.

“Terdapat peningkatan jumlah operasi, skala, dan target, serta peningkatan jenis senjata,” ujar pemimpin Hizbullah tersebut.

Militer Israel telah memperingatkan bahwa Hizbullah akan melakukan "kesalahan besar" jika meningkatkan serangan terhadap pasukan Israel. Israel mengklaim telah menewaskan hampir 80 pejuang Hizbullah dalam bentrokan baru-baru ini.

Sementara itu, pada tanggal 12 November, setidaknya 10 warga sipil dan tujuh tentara Israel terluka oleh tembakan mortir, roket, dan rudal anti-tank yang ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara, menurut otoritas militer dan medis Israel.

Serangan itu adalah insiden paling serius yang melibatkan warga sipil di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel sejak serangan udara Israel di Lebanon selatan pada 5 November menewaskan seorang wanita dan tiga anak.

Lebanon terletak di utara Israel (Foto: BBC).

The Wall Street Journal mengutip pernyataan pejabat Israel pada 13 November bahwa risiko "konflik skala penuh" antara Israel dan pasukan di Lebanon telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

Pejabat Israel telah memperingatkan bahwa jika konflik skala penuh pecah dengan Hizbullah di Lebanon, mereka akan menghancurkan benteng kelompok militan tersebut.

Hizbullah mengklaim bertanggung jawab atas penggunaan pesawat tak berawak bersenjata untuk menyerang posisi militer Israel di sepanjang perbatasan utara Israel dalam beberapa hari terakhir.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada tanggal 13 November mengonfirmasi bentrokan di perbatasan Israel-Lebanon, dan memperingatkan bahwa mereka yang ingin memperluas serangan terhadap pasukan Israel "bermain api".

"Api akan dibalas dengan api yang jauh lebih besar. Mereka seharusnya tidak menguji kita karena kita baru menunjukkan sebagian kekuatan kita. Kita akan menimbulkan kerusakan pada mereka yang menyakiti kita," tegas Netanyahu.

Hizbullah adalah kelompok militan Muslim Syiah yang didukung Iran dan merupakan partai politik besar yang beroperasi di Lebanon.

Ancaman dari Hizbullah menjadi kekhawatiran bagi Israel karena kemampuan militer kelompok tersebut lebih unggul daripada Hamas. Hizbullah diperkirakan memiliki 150.000-200.000 roket, cukup untuk menyerang serangkaian target di seluruh wilayah yang dikuasai Israel dalam jangka waktu yang lama.

Sumber: https://dantri.com.vn/the-gioi/israel-canh-bao-dung-dua-voi-lua-hamas-he-lo-lan-ranh-do-cua-hezbollah-20231114180430042.htm