(CLO) Israel melancarkan serangkaian serangan udara dahsyat di Jalur Gaza pada pagi hari tanggal 18 Maret, menewaskan sedikitnya 200 orang, dan mengancam akan mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia telah memerintahkan militer untuk mengambil "tindakan tegas" terhadap Hamas, menuduh kelompok tersebut menolak membebaskan sandera dan menolak usulan gencatan senjata. Kantornya mengatakan Israel akan meningkatkan kekuatan militernya dalam operasi ofensif mendatang.
Hamas menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata, sehingga nasib 59 sandera yang tersisa menjadi tidak pasti. Ketegangan di kawasan terus meningkat, menyebar ke Lebanon, Yaman, dan Irak, mendorong Timur Tengah ke dalam risiko konflik regional.
Foto: Unsplash
Serangan udara Israel telah meluas, menyebabkan puluhan wilayah di Gaza hancur. Banyak anak-anak termasuk di antara korban tewas, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Israel mengatakan telah menargetkan puluhan target Hamas dan akan melanjutkan operasi militernya hingga tujuannya tercapai.
Salah satu tokoh senior Hamas yang tewas dalam serangan itu adalah Mohammad Al-Jmasi, beserta anggota keluarganya, termasuk cucu-cucunya yang masih kecil. Setidaknya lima pemimpin senior Hamas lainnya juga tewas. Israel mengklaim telah melemahkan Hamas dan Hizbullah secara signifikan, dan telah memperluas serangannya terhadap pasukan Houthi.
Situasi di Gaza semakin gawat karena rumah sakit kewalahan setelah lebih dari setahun pertempuran. Jenazah menumpuk di kamar mayat darurat, sementara banyak korban luka diangkut ke rumah sakit dengan kendaraan pribadi. Di Rafah saja, serangan udara menewaskan 16 anggota satu keluarga.
Pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah berkonsultasi dengan AS sebelum melancarkan serangan udara. AS menekan Hamas untuk membebaskan 59 sandera yang tersisa dengan imbalan gencatan senjata jangka panjang. Namun, Hamas bersikeras agar konflik diakhiri secara permanen dan Israel harus menarik diri sepenuhnya dari Gaza.
Pertempuran kembali berkobar sejak gencatan senjata yang disepakati pada 19 Januari runtuh, meninggalkan sebagian besar Gaza dalam reruntuhan setelah 15 bulan konflik sejak 7 Oktober 2023.
Ngoc Anh (menurut IDF, Reuters, AJ)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/israel-tiep-tuc-khong-kich-gaza-it-nhat-200-nguoi-thiet-mang-post339009.html
Komentar (0)