Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Độc lập - Tự do - Hạnh phúc

Tenaga kerja di Tiongkok sedang 'diambil alih' oleh robot dengan tingkat tercepat di dunia

VTC NewsVTC News15/03/2024

[iklan_1]

"China belum menjadi pemimpin dalam inovasi robotika, tetapi hanya masalah waktu sebelum perusahaan robotika China mengejar para pemimpin tersebut," menurut Yayasan Teknologi Informasi dan Inovasi (ITIF) yang berpusat di Washington.

Mengganti manusia dengan robot seringkali bertujuan untuk menghemat biaya tenaga kerja. Oleh karena itu, negara-negara maju dengan upah tinggi akan memiliki tingkat penetrasi robot yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan upah rendah.

Namun, ITIF menemukan bahwa Tiongkok menggunakan lebih banyak otomatisasi daripada yang diperkirakan berdasarkan upah pekerja di sektor manufaktur, dengan jumlah robot 12,5 kali lebih banyak dari yang diperkirakan. Sebaliknya, AS hanya menggunakan 70% dari robot yang seharusnya digunakan.

Laju produksi dan penggunaan robot di sektor manufaktur di Tiongkok tumbuh lebih cepat dibandingkan negara lain. (Foto: SCMP)

Laju produksi dan penggunaan robot di sektor manufaktur di Tiongkok tumbuh lebih cepat dibandingkan negara lain. (Foto: SCMP)

Analisis ITIF terhadap industri robotika China didasarkan pada penelitian perusahaan-perusahaan besar dan konsultasi dengan para ahli global.

Riset menunjukkan bahwa laju produksi dan penerapan robot di Tiongkok meningkat lebih pesat daripada negara lain. Pemerintah Tiongkok telah memprioritaskan pengembangan industri robotika, yang menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan robotika di negara tersebut kemungkinan besar akan segera menjadi inovator terkemuka.

"Tiongkok kini menjadi pasar robot industri terbesar di dunia . Pada tahun 2022, 52% dari total robot industri dunia akan dipasang di Tiongkok, naik dari 14% satu dekade sebelumnya," ujar Presiden ITIF, Robert D. Atkinson, penulis laporan tersebut.

Pasar robot Tiongkok yang sedang berkembang pesat dapat dikaitkan dengan permintaan domestik yang kuat dan dukungan kebijakan yang kuat. Ekonomi terbesar kedua di dunia ini memiliki basis manufaktur yang baik dan rantai industri yang lengkap. Negara ini mampu menyediakan dukungan teknis untuk pengembangan robot dan memiliki beragam aplikasi.

Robot kini digunakan di berbagai sektor ekonomi Tiongkok, termasuk manufaktur, logistik, perhotelan, layanan kesehatan, dan konstruksi. "Industri otomotif Tiongkok kini menjadi yang terbesar di dunia, yang juga menjadi salah satu faktor pendorong adopsi robot di Tiongkok, mengingat industri otomotif merupakan pelanggan utama robot industri," ujar Atkinson.

Meskipun menjadi pelopor di bidang robotika, Amerika Serikat tertinggal dari dunia dalam ekspor robot karena kurangnya investasi jangka panjang. Perusahaan-perusahaan terkemuka saat ini berasal dari Jerman, Jepang, dan Swiss. Tiongkok mendominasi produksi dan penggunaan robot.

“China telah menjadi pasar robot industri terbesar di dunia selama delapan tahun berturut-turut,” kata Bapak Atkinson.

Menurut ITIF, pasar robotika China yang sedang berkembang pesat telah didukung oleh subsidi besar dari berbagai tingkat pemerintahan, yang telah mendorong adopsi robot dan teknologi otomasi lainnya.

Permintaan yang besar dan berkembang pesat terhadap otomasi industri telah melahirkan banyak sekali perusahaan rintisan robotika, yang banyak di antaranya berpusat di kota Dongguan (provinsi Guangdong, Tiongkok selatan), suatu wilayah yang terkenal dengan industri robotikanya yang berskala besar.

Munculnya perusahaan rintisan ini menandakan keuntungan signifikan dan efisiensi biaya.

“Perusahaan-perusahaan di Dongguan dapat mengembangkan produk teknologi baru lima hingga 10 kali lebih cepat dibandingkan di Silicon Valley atau Eropa, hanya dengan biaya seperlima atau seperempatnya,” kata Profesor Li Zexiang dari Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong.

Laporan ITIF juga menunjukkan bahwa industri robotika China masih sangat bergantung pada teknologi asing, dengan banyak komponen yang diimpor terutama dari perusahaan-perusahaan di Jepang, Jerman, dan Swiss.

Meskipun pertumbuhannya positif, laporan tersebut mencatat dua area di mana Tiongkok masih tertinggal. Pertama, perangkat lunak, yang menyumbang sekitar 80% nilai robot dan merupakan kunci kualitas serta fleksibilitasnya, masih menjadi kelemahan bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Kekurangan perangkat lunak juga diperparah oleh kurangnya inovasi. Banyak produk otomasi Tiongkok terlihat mirip dengan produk Fanuc di Jepang atau Boston Robotics di AS, yang menunjukkan kecenderungan meniru alih-alih orisinalitas.

Hua Yu (Sumber: SCMP)

[iklan_2]
Sumber

Topik: robot

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Desa di Da Nang masuk dalam 50 desa terindah di dunia tahun 2025
Desa kerajinan lentera dibanjiri pesanan selama Festival Pertengahan Musim Gugur, dibuat segera setelah pesanan ditempatkan.
Berayun tak tentu arah di tebing, berpegangan pada batu untuk mengikis selai rumput laut di pantai Gia Lai
48 jam berburu awan, melihat sawah, makan ayam di Y Ty

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

No videos available

Berita

Sistem Politik

Lokal

Produk