Bra olahraga yang terlalu ketat membuat wanita bernapas lebih dangkal dan mengambil beberapa napas lebih banyak per menit - Foto: Unitru
Studi ini dilakukan oleh para peneliti di University of British Columbia. Mereka memantau fungsi pernapasan dan paru-paru para atlet profesional di atas treadmill, sambil meminta mereka untuk mengencangkan, mengendurkan, atau membiarkan bra mereka pada posisi normal, kemudian mengamati perubahannya.
Bra ketat merusak paru-paru
Penelitian menunjukkan bahwa mengenakan bra olahraga yang ketat membuat wanita bernapas lebih pendek dan mengambil beberapa napas lebih banyak per menit. Sebaliknya, ketika tali bra dilonggarkan, mereka mengonsumsi lebih sedikit oksigen pada kecepatan tertentu.
Para ahli menyarankan agar pelari mengenakan bra olahraga yang memberikan dukungan sedang, tetapi tidak terlalu ketat di sekitar tulang rusuk.
"Orang-orang bertanya bra olahraga apa yang sebaiknya mereka pakai? Saya sarankan mereka pakai yang pas," kata Shalaya Kipp, penulis utama studi ini dan kini menjadi peneliti pascadoktoral di Mayo Clinic di Minnesota.
Para penulis berhipotesis bahwa ketika bra terlalu ketat di sekitar tulang rusuk, fungsi pernapasan atau paru-paru dapat terganggu. Penurunan fungsi paru-paru membuat pernapasan menjadi lebih sulit, yang terutama penting saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik sehari-hari.
Untuk mengukurnya, para peneliti memasukkan selang melalui hidung dan kerongkongan peserta. Sambil berlari di atas treadmill, mereka diminta untuk menyesuaikan kekencangan baju mereka.
Para peneliti menemukan bahwa pelari mampu bernapas lebih dalam dan berlari lebih efisien saat bra mereka lebih longgar, yang memengaruhi performa dan kenyamanan selama berolahraga.
Pilihlah pakaian dengan cermat seperti memilih sepatu
Penelitian menunjukkan bahwa melonggarkan baju meningkatkan efisiensi lari sebesar 1,3%. Hal ini mungkin tampak kecil, tetapi bagi pelari maraton tiga jam, peningkatan efisiensi sebesar 2% dapat berarti berlari 3 menit lebih cepat—cukup untuk menentukan kemenangan atau kekalahan.
Pelari jarak jauh Olimpiade Kim Conley, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengakui bahwa dia tidak pernah memperhatikan kekencangan bra olahraga dan jumlah pernapasan yang terlibat saat mengenakannya.
"Bagi seorang pelari profesional, itu penting, terutama karena standar kualifikasi semakin ketat. Semua orang menginginkan peningkatan performa sebesar 1%," ujarnya.
Laura Hernandez, warga Boston, sedang berlatih untuk maraton pertamanya tahun ini. Bagi perempuan berusia 25 tahun ini, memilih bra olahraga yang tepat sama pentingnya dengan memilih sepatu kets yang tepat.
Shalaya Kipp, penulis utama studi ini, menyarankan para remaja putri untuk mencoba bra olahraga seperti mereka mencoba sepatu lari. Bernapaslah, bergeraklah, dan rasakan.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)