Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Apakah Mourinho masih punya keajaiban?

Jose Mourinho kembali ke Benfica setelah 25 tahun, di tengah keyakinan luas bahwa waktunya telah berakhir.

ZNewsZNews18/09/2025

Namun, kursi panas di Estadio da Luz bisa jadi merupakan kesempatan terakhir bagi "Special One" untuk membuktikan bahwa ia masih punya tempat di Liga Champions.

Benfica - peluang dan tantangan

Dunia sepak bola telah banyak berubah sejak Mourinho pertama kali menginjakkan kaki di Benfica pada September 2000. Saat itu, ia masih seorang pelatih muda dengan kurang dari sepuluh pertandingan, namun penuh ambisi dan percaya diri.

Setelah gejolak politik di klub, Mourinho segera pergi, mengawali perjalanan gemilang bersama Porto, Chelsea, Inter, dan Real Madrid. Dua gelar Liga Champions, serangkaian gelar domestik, dan warisan yang luar biasa telah mengukir namanya dalam sejarah. Namun, itu hanyalah kisah masa lalu.

Kini, di usia 62 tahun, Mourinho menghadapi kenyataan pahit: sepak bola Eropa memasuki era pelatih muda, fleksibel, dan progresif. Julian Nagelsmann, Xabi Alonso, atau Mikel Arteta mewakili tren baru, sementara Mourinho sering dicap "ketinggalan zaman", terjebak dalam sistem pertahanan yang ketat dan filosofi yang agak tidak sinkron. Oleh karena itu, kembali ke Benfica bukan sekadar reuni dengan destinasi lama, tetapi juga pertaruhan kehormatan.

Berbicara tentang Mourinho, kita tak boleh melupakan musim 2003/04 yang legendaris bersama Porto. Dari tim yang kurang diperhitungkan, ia mengubah mereka menjadi juara Liga Champions, mengalahkan Manchester United, Lyon, dan Monaco. Hal itu membuktikan kemampuannya mengubah kekurangan menjadi kelebihan, semangat "bertarung melawan klub-klub terkuat di dunia" yang selalu ditanamkan Mourinho kepada para pemainnya. Kemudian, bersama Inter Milan pada tahun 2010, ia mengulangi prestasi tersebut, kali ini melawan tim-tim raksasa seperti Barcelona dan Bayern Munich.

Namun, selama dekade terakhir, kilaunya telah memudar. Mourinho terakhir kali bermain di Liga Champions pada musim 2019/20 bersama Tottenham, di mana ia tersingkir oleh RB Leipzig di babak 16 besar. Sebelumnya, kariernya di Manchester United dan Spurs diwarnai konflik internal, gaya bermain yang kurang bersemangat, dan hasil-hasil yang mengecewakan. Meskipun sesekali ia meraih trofi – Liga Europa pada tahun 2017 bersama United dan Liga Conference pada tahun 2022 bersama Roma – trofi-trofi tersebut belum cukup untuk menutupi perasaan bahwa Mourinho berada di pinggir lapangan dalam pertandingan terbesar tersebut.

Mourinho anh 1

Serangkaian kegagalan Jose Mourinho dalam melatih telah menimbulkan keraguan.

Kembali ke Benfica kali ini, Mourinho sepenuhnya memahami bahwa konteksnya berbeda. Benfica bukan lagi klub kuat yang mendominasi Eropa, melainkan "pabrik pemain" dengan strategi ekspor ke Liga Primer dan liga-liga yang lebih kaya. Dari Enzo Fernandez, Ruben Dias, Darwin Nunez hingga Joao Neves, Ederson, dan Joao Felix, Benfica telah mengubah penjualan bintang muda menjadi model bisnis yang berkelanjutan. Pencapaian mereka di Liga Champions dalam beberapa tahun terakhir juga cukup impresif dibandingkan dengan potensi mereka: dua kali mencapai perempat final (2022, 2023) dan sekali terhenti di babak 16 besar (2024).

Namun, posisi panas di Estadio da Luz selalu keras. Mourinho harus membuktikan bahwa ia mampu beradaptasi dengan tim yang sering kehilangan pilar-pilarnya, sembari juga bersaing di liga domestik melawan Porto dan Sporting. Jika ia tidak cukup fleksibel, sang "Special One" berisiko mengulangi tragedi di Manchester atau Tottenham, di mana konservatisme taktik membuat ruang ganti terasa berat.

Apa yang akan hilang dari Mourinho?

Mungkin hanya sedikit orang yang lebih memahami daripada Mourinho bahwa waktu tidak berpihak padanya. Ia telah mengabdikan 36 tahun di bidangnya, mulai dari menjadi guru olahraga, menjadi asisten penerjemah untuk Sir Bobby Robson, hingga menjadi manajer termuda yang memenangkan Liga Champions. Di usia 62 tahun, ia tak perlu lagi membuktikan kehebatannya—warisannya sudah terjamin. Namun Mourinho sendiri, dengan kepribadiannya yang tak kenal lelah, masih mendambakan untuk berdiri di puncak.

Jadi, Benfica adalah kesempatan terakhirnya. Jika berhasil, ia bisa menorehkan babak gemilang lain dalam kariernya, bahkan mematahkan stereotip "ketinggalan zaman". Jika gagal, itu akan menjadi bukti bahwa ia tertinggal. Mourinho bukanlah tipe orang yang pensiun dengan tenang; hasrat untuk menaklukkan Liga Champions sekali lagi bagaikan api yang tak kunjung padam.

Pertanyaannya adalah: Apa yang akan dibawa Mourinho ke Benfica? Pengalamannya yang luas di kompetisi Eropa merupakan nilai tambah yang tak terbantahkan. Ia telah dua kali mengubah tim di luar "negara adidaya" menjadi juara, dan Benfica membutuhkan katalis untuk mewujudkan aspirasi mereka. Namun, akankah filosofi lamanya cukup untuk menghadapi kesegaran dan kecepatan sepak bola modern?

Mourinho anh 2

Benfica bisa menjadi kesempatan terakhir Mourinho untuk membuktikan sesuatu kepada dunia sepak bola.

Di sisi lain, Benfica juga menjadi ujian bagi Mourinho sendiri: dapatkah ia mengesampingkan egonya, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan melakukan apa yang gagal ia lakukan di Inggris - mengubah dirinya agar sesuai dengan tren zaman.

Mourinho kembali ke Benfica bukan hanya untuk mencari pekerjaan, tetapi juga untuk menemukan jati dirinya. Dari titik awal yang belum rampung 25 tahun lalu, ia kini kembali dengan beban sebuah monumen dan tekanan untuk membuktikan bahwa ia masih berharga di Liga Champions. Sang "Special One" pernah mengubah hal yang tak terpikirkan menjadi kenyataan - Porto 2004, Inter 2010. Mampukah ia sekali lagi menaklukkan Eropa? Atau akankah Benfica menjadi akhir dari mimpi besar terakhirnya?

Sumber: https://znews.vn/mourinho-con-phep-mau-nao-khong-post1586093.html


Komentar (0)

No data
No data

Dalam kategori yang sama

Temukan satu-satunya desa di Vietnam yang masuk dalam 50 desa terindah di dunia
Mengapa lentera bendera merah dengan bintang kuning populer tahun ini?
Vietnam menangkan kompetisi musik Intervision 2025
Kemacetan Mu Cang Chai hingga malam, wisatawan berbondong-bondong berburu nasi matang musim ini

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

No videos available

Berita

Sistem Politik

Lokal

Produk