AS mengatakan telah menewaskan seorang pemimpin senior ISIS di Suriah setelah serangan udara menggunakan kendaraan udara tak berawak (UAV).
Serangan udara pada 7 Juli menewaskan Osama al-Muhajer, pemimpin Negara Islam (IS) di Suriah timur, Komando Pusat militer AS (CENTCOM) mengumumkan hari ini.
"Kami telah menegaskan bahwa kami tetap berkomitmen untuk mengalahkan ISIS di seluruh kawasan," kata Kepala CENTCOM, Michael Kurilla. "ISIS tetap menjadi ancaman, tidak hanya bagi kawasan ini tetapi juga di luar kawasan ini."
Tentara AS berpatroli di provinsi Hasakah, timur laut Suriah, pada Februari 2021. Foto: AFP
Menurut CENTCOM, tidak ada warga sipil yang tewas dalam operasi itu tetapi pasukan koalisi sedang "menilai laporan mengenai korban sipil".
CENTCOM mengatakan serangan itu "dilakukan oleh UAV MQ-9 Reaper, yang telah diganggu oleh pesawat Rusia dalam pertempuran hampir dua jam sebelumnya." Rusia adalah sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Menurut militer AS, UAV-nya yang berpartisipasi dalam kampanye melawan ISIS di Suriah diganggu oleh pesawat militer Rusia pada 6 Juli, yang kedua kalinya dalam 24 jam. Letnan Jenderal Angkatan Udara Alexus Grynkewich mengatakan jet tempur Rusia "menjatuhkan suar di depan UAV dan terbang sangat dekat, membahayakan semua pesawat yang terlibat."
ISIS telah kehilangan banyak wilayah yang pernah dikuasainya di Suriah dan Irak dan belum mendapatkan kembali momentum yang dinikmatinya pada puncaknya di pertengahan tahun 2014, ketika ia menimbulkan malapetaka di seluruh Timur Tengah.
Sejak kehilangan benteng terakhirnya di Suriah timur pada Maret 2019, sisa-sisa ISIS telah mundur ke padang pasir, sesekali melancarkan serangan terhadap pasukan Kurdi dan pemerintah Suriah. Sebagian besar serangan berskala kecil, menargetkan target militer dan fasilitas minyak di daerah terpencil. Namun, banyak yang masih khawatir tentang risiko kebangkitan ISIS.
Laporan PBB pada bulan Februari menyebutkan ISIS diperkirakan memiliki 5.000-7.000 anggota dan pendukung yang tersebar di Suriah dan Irak, hampir setengahnya adalah pejuang. Ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS dan afiliasinya terhadap perdamaian dan keamanan internasional diperkirakan akan sangat tinggi pada paruh kedua tahun 2022.
Akhir tahun lalu, ISIS mengumumkan telah menunjuk Abu al-Hussein al-Husseini al-Quraishi sebagai pemimpin tertingginya, setelah pemimpin sebelumnya terbunuh di Suriah selatan.
Vu Hoang (Menurut AFP )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)