NATO sudah memiliki sekitar 4.000 tentara di Kosovo dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan keputusan untuk mengirim lebih banyak tentara telah diambil.
Pasukan penjaga perdamaian NATO di Kosovo diserang oleh pengunjuk rasa nasionalis Serbia di Kosovo utara pada 29 Mei 2023. Foto: Reuters
"Kami telah memutuskan untuk mengerahkan 700 tentara tambahan dari cadangan operasional ke Balkan Barat dan menempatkan satu batalion cadangan tambahan dalam siaga tinggi sehingga mereka juga dapat dikerahkan jika diperlukan," ujar Stoltenberg kepada wartawan di Oslo.
Amerika Serikat dan sekutunya telah mengecam Kosovo karena meningkatkan ketegangan dengan Serbia, dengan mengatakan penggunaan kekuatan untuk menunjuk wali kota di daerah etnis Serbia telah merusak upaya untuk memperbaiki hubungan yang bermasalah dengan negara tetangga Serbia.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic telah menempatkan tentara dalam siaga tempur penuh dan memerintahkan unit untuk bergerak lebih dekat ke perbatasan Kosovo menyusul bentrokan baru-baru ini.
Warga Serbia di Kosovo menolak berpartisipasi dalam pemilihan lokal April lalu dan kandidat etnis Albania memenangkan pemilihan wali kota di empat kota mayoritas Serbia, setelah pemilihan di mana jumlah pemilih hanya 3,5%.
Amerika Serikat, yang mendukung kemerdekaan Kosovo, telah memutuskan untuk membatalkan keikutsertaan Kosovo dalam latihan militer setelah menolak menarik wali kota dan polisi dari wilayah yang dihuni warga Serbia. Secara keseluruhan, 90 persen penduduk Kosovo adalah warga Albania.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mendesak para pemimpin Kosovo dan Serbia untuk menemukan cara meredakan ketegangan. "Kita telah mengalami terlalu banyak kekerasan di Eropa hari ini, kita tidak mampu menanggung konflik lain," ujarnya di Brussel.
Rusia, yang memiliki hubungan dekat dengan Serbia, pada hari Selasa menyerukan "tindakan tegas" untuk meredakan kerusuhan. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan "Barat akhirnya harus tutup mulut... dan berhenti menyalahkan Serbia atas peristiwa di Kosovo".
Pemerintah Kosovo menyalahkan Presiden Serbia Aleksandar Vucic atas ketidakstabilan Kosovo. Vucic menyalahkan pemerintah Kosovo karena menciptakan masalah dengan menunjuk wali kota baru.
Setelah bertemu dengan sekelompok duta besar dari negara-negara besar - termasuk AS, Italia, Prancis, Jerman, dan Inggris - di Beograd, Tn. Vucic mengatakan ia telah meminta wali kota Albania untuk meninggalkan kantor mereka di Kosovo utara.
Bui Huy (menurut AFP, AP, Reuters)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)