Di kecamatan Dinh Van Lam Ha (provinsi Lam Dong ), budidaya ulat sutera telah membantu banyak rumah tangga mengubah hidup mereka secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Di bawah terik matahari, Bapak Sy Ly Xau (55 tahun, warga kelurahan Dinh Van Lam Ha) masih rajin menebar daun murbei untuk pakan ulat sutra. Dengan tangan yang bergerak cepat, beliau menceritakan perjalanan lebih dari 10 tahun yang lalu - saat keluarganya memutuskan untuk mengalihfungsikan seluruh 6 sao sawah kering dan kekurangan air menjadi lahan murbei untuk beternak ulat sutra.

"Saat itu, sawah hanya bisa ditanami setahun sekali karena tidak ada cukup air untuk irigasi. Sementara itu, pohon murbei mudah tumbuh, hanya membutuhkan sedikit perawatan, dan daunnya bisa dipanen sepanjang tahun. Saya dengan berani mengubah segalanya untuk beternak ulat sutra," kenang Pak Xau.
Menurutnya, budidaya ulat sutera membutuhkan ketelitian, tetapi tidak terlalu rumit. Bibit ulat sutera dibeli dari pedagang lokal dengan harga terjangkau. Berkat kegigihannya dalam model ini, keluarganya memperoleh penghasilan rata-rata 20 juta VND per bulan—angka yang sebelumnya ia anggap terlalu tinggi. Tak hanya berhasil lolos dari kesulitan ekonomi , Bapak Xau juga menjadi salah satu pelopor gerakan perubahan struktur pertanian dan peternakan di daerahnya.
Tak hanya di Kelurahan Dinh Van Lam Ha, Kelurahan Dam Rong 3 juga mengalami transformasi yang signifikan dari profesi "ulat sutra". Dulunya sebuah koperasi kecil, Koperasi Ulat Sutra Da M'rong kini memiliki 9 anggota inti dan puluhan rumah tangga yang terlibat dalam produksi. Berkat iklim yang sejuk dan tanah yang subur, harga kepompong ulat sutra berfluktuasi secara stabil antara 180.000 - 200.000 VND/kg, membantu masyarakat secara bertahap keluar dari kemiskinan.

Setiap induk ulat sutra hanya bertahan 15-16 hari, tetapi menghasilkan pendapatan lebih dari 10 juta VND bagi petani. Angka-angka ini bukan hanya uang, tetapi juga impian untuk keluar dari kemiskinan yang telah menjadi kenyataan bagi banyak keluarga.
Contoh tipikal adalah Ibu Lieng Jrang K Brao, yang dulunya adalah keluarga miskin di kelurahan Dam Rong 3, hidup pas-pasan dengan menanam jagung di lahan yang hanya beberapa hektar. Sejak bergabung dengan koperasi dan mempelajari model budidaya ulat sutera, kehidupan keluarganya telah berubah. "Sekarang jauh lebih mudah. Lansia dan perempuan pun bisa melakukannya. Saya tidak hanya terbebas dari kemiskinan, saya juga punya uang untuk berbelanja dan mengasuh anak-anak saya," ujarnya penuh semangat.

Demikian pula, dengan bimbingan teknis dari Serikat Perempuan Komune Dam Rong 3, Ibu K'Gai memulai kariernya di bidang "budidaya ulat sutra" pada tahun 2018. Setelah lebih dari 7 tahun rajin merawat setiap bedeng murbei dan setiap keranjang ulat sutra, keluarganya kini telah memperluas area budi daya murbei menjadi 7.000 m², salah satu rumah tangga terbesar di komune tersebut. Rata-rata, ia memperoleh sekitar 15 juta VND per bulan dari beternak ulat sutra.
"Dulu, menanam padi dan jagung menghasilkan sedikit hasil dan tidak cukup untuk makan. Sekarang, berkat menanam murbei untuk beternak ulat sutra dan berpartisipasi dalam Koperasi Ulat Sutra Da M'rong, keluarga saya memiliki penghasilan yang stabil dan tidak lagi kekurangan makanan dan sandang seperti sebelumnya," ujar Ibu K'Gai.

Keluarga Ibu K'Gai tak hanya berhasil lepas dari kemiskinan, mereka juga membangun rumah yang luas di tengah pegunungan dan hutan Dataran Tinggi Tengah, dan anak-anak mereka pun dapat bersekolah. Model Ibu K'Gai dianggap sebagai contoh khas yang patut ditiru di desa-desa etnis minoritas, berkontribusi dalam menjadikan pohon murbei dan ulat sutra sebagai mata pencaharian berkelanjutan di negeri yang penuh dengan berbagai kesulitan.

Penghapusan rumah sementara dan rumah rusak berkontribusi pada pengurangan kemiskinan yang berkelanjutan

Cara mengurangi kemiskinan di daerah pemukiman perkotaan di Lang Son

Kebijakan etnis - 'kunci' pengentasan kemiskinan bagi masyarakat Lang Son
Sumber: https://tienphong.vn/nghe-giup-nhieu-ho-dan-lam-dong-thoat-ngheo-ben-vung-post1764065.tpo
Komentar (0)