Menjadi dosen di Universitas Sains dan Teknologi Hanoi , Ngoc My sering disangka teman sekelas oleh mahasiswa, dan bahkan diundang oleh mahasiswa untuk bergabung dalam proyek kelompok.
Dosen Trinh Ngoc My, lahir tahun 1999, saat ini menjadi dosen di kelompok Teori Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa Asing, Universitas Sains dan Teknologi Hanoi. My direkrut pada bulan Mei, menjadikannya dosen termuda di Universitas Sains dan Teknologi Hanoi saat ini.
“Menjadi dosen di sekolah dari seorang mahasiswa adalah sesuatu yang sudah lama saya dambakan,” kata Ibu My.
Dengan ayah yang merupakan mantan mahasiswa Jurusan Otomasi Universitas Sains dan Teknologi Hanoi, Ngoc My sering mendengar cerita tentang "orang-orang Universitas Sains dan Teknologi" dan tanpa disadari ia menganggap "Universitas Sains dan Teknologi sebagai rumah". Oleh karena itu, setelah lulus SMA, mahasiswi jurusan Sastra di Sekolah Menengah Atas untuk Anak Berbakat Universitas Pendidikan Nasional Hanoi ini memutuskan untuk mengikuti ujian masuk Jurusan Bahasa Inggris Sains, Teknologi, dan Teknik di Universitas Sains dan Teknologi Hanoi.

Sejak pertama kali masuk sekolah, Ngoc My terkesan dengan gaya mengajar fakultas Bahasa Asing dan mulai bermimpi suatu hari nanti berdiri di podium, mengajar mata pelajaran yang sedang dipelajarinya.
Untuk mendapatkan pengalaman, sejak tahun ketiga, My melamar menjadi asisten pengajar di pusat bahasa Inggris, sambil berusaha mempertahankan nilainya dan menguasai pengetahuan khusus.
Mengaku introvert, selama 4 tahun kuliah, My pernah meraih nilai sempurna 4,0/4,0, tetapi tetap tidak mendapatkan beasiswa karena minimnya akumulasi poin dari kegiatan ekstrakurikuler. Hal itu pula yang membuat My menyadari bahwa sudah waktunya ia "keluar dari kepompongnya".
"Saya bercita-cita menjadi dosen, tetapi jika saya seorang introvert, saya tidak akan bisa berkomunikasi dengan mahasiswa. Berkat dorongan dari para guru, saya mulai lebih terbuka dan aktif berpartisipasi dalam klub dan kegiatan ekstrakurikuler," ujar Ngoc My.
Dengan arahan yang jelas, selama tesis kelulusannya, My mempelajari kriteria perekrutan dosen di Politeknik. Selain gelar magister, kandidat juga harus memiliki sertifikat bahasa asing kedua dan kemampuan riset ilmiah.
Segera setelah lulus, My mendaftar di program magister gabungan selama 2 tahun di bidang pengajaran bahasa Inggris di Universitas Hanoi dan Universitas Canberra di Australia. Selama masa studi ini, ia juga belajar untuk mendapatkan sertifikat bahasa asing kedua. Berkat latar belakang Tionghoa-nya di universitas, My hanya membutuhkan waktu 3 bulan untuk mendapatkan sertifikat menengah HSK4 dan HSKK. Pada saat yang sama, ia menyelesaikan program magisternya dan meraih gelarnya.
Setelah lolos seleksi, My mengikuti tes penerimaan untuk menguji pengetahuan umum, pengetahuan profesional, dan pengalaman mengajar. Pada Mei 2024, Ngoc My direkrut dan menjadi dosen di Fakultas Bahasa Asing, Universitas Sains dan Teknologi Hanoi.

Direkrut di akhir semester, selama musim panas, Ibu My aktif mengamati perkuliahan fakultas Bahasa Asing untuk belajar dari pengalaman mereka dan menghadiri pertemuan profesional. Pada bulan September lalu, Ibu Ngoc My resmi mengajar mata kuliah pertamanya terkait Teori Bahasa untuk mahasiswa Bahasa Inggris.
Sebagai dosen "Gen Z", dengan penampilannya yang awet muda, Bu My sering dikira teman sekelas oleh mahasiswa, bahkan diajak mahasiswa untuk mengerjakan tugas kelompok bersamanya. Kemudian, setiap kali kuliah, ia memilih untuk mengenakan pakaian yang lebih formal agar terlihat lebih muda.
Namun, menurut Ibu My, kelebihan dosen "Gen Z" adalah mereka mudah berbagi dan berbicara terbuka dengan mahasiswa. Setiap kali memulai kelas, beliau sering memulai dengan cerita tentang hidupnya atau berbagi tentang masa-masa kuliahnya di Politeknik.
Ia juga kerap menerima pertanyaan seputar orientasi masa depan, kesulitan, pengalaman dalam menyusun tesis kelulusan, atau memilih program magister... Terkadang, selama perkuliahan, dosen muda ini menggunakan beberapa bahasa "trendi" untuk meredakan suasana tegang saat mahasiswa harus menerima materi khusus yang rumit dan rumit.

Menjadi dosen di sekolah tempat ia dulu menuntut ilmu, Ibu My menjadi rekan kerja bagi para guru yang pernah mengajarnya. Baginya, duduk bersama para guru untuk bertukar pengalaman profesional merupakan pengalaman yang sangat berbeda dibandingkan duduk di kelas mendengarkan guru berceramah.
Namun, menurut dosen perempuan tersebut, ini merupakan kesempatan belajar yang luar biasa. "Misalnya, mengingat mata kuliah teori bahasa cenderung kering dan membosankan, belajar dari dosen bagaimana membuat mata kuliah tersebut lebih mudah dipahami dan dipahami mahasiswa sangatlah penting," ujar Ibu My.
Selain mengajar, dosen perempuan ini juga aktif terlibat dalam penelitian ilmiah. Sejak Mei, ia telah menulis 1 artikel ilmiah pribadi dan 2 artikel yang ditulis bersama dengan arahan penelitian di bidang teori bahasa. Dosen muda ini bercita-cita melanjutkan studi doktoralnya dan berupaya untuk mengajar mata kuliah terkait teori bahasa dengan baik.
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/nu-giang-vien-gen-z-tre-nhat-dh-bach-khoa-ha-noi-2335180.html






Komentar (0)