Sekelompok simpanse minum getah pohon yang difermentasi di wilayah Nzerekore, Guinea tenggara - Foto: THE GUARDIAN
Menurut majalah National Geographic dan Kantor Berita Vietnam, penelitian yang diterbitkan di majalah Science Advances pada tanggal 17 September menunjukkan bahwa simpanse mengonsumsi cukup banyak "alkohol" melalui makanan.
Penelitian ini didasarkan pada analisis lebih dari 500 jenis buah yang ditemukan di sekitar simpanse, asupan makanan harian mereka, dan waktu yang mereka habiskan untuk memakan berbagai jenis buah.
Para ilmuwan mengumpulkan buah yang dimakan simpanse dan mengukur kandungan etanolnya, yang terbentuk ketika gula difermentasi. Mereka menyimpulkan bahwa primata tersebut mengonsumsi sekitar 14 gram alkohol per hari.
Rata-rata, seekor simpanse mengonsumsi sekitar 14-15 gram alkohol per hari. Namun, karena berat simpanse jauh lebih ringan daripada manusia, jumlah alkohol tersebut setara dengan sekitar 25 gram alkohol bagi mereka (setara dengan 2 kaleng bir).
"Jumlahnya memang tidak sedikit, tetapi sangat encer dan berkaitan dengan makanan," kata Aleksey Maro, mahasiswa pascasarjana di University of California, Berkeley, dan penulis utama studi tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung "hipotesis monyet mabuk" yang diajukan oleh ahli biologi Robert Dudley lebih dari satu dekade lalu, yang menunjukkan bahwa preferensi dan kemampuan manusia untuk memetabolisme alkohol berasal dari nenek moyang primata yang mengonsumsi alkohol setiap hari melalui buah fermentasi. "Ini agak keliru," kata Maro. "Mungkin lebih tepat disebut 'mabuk evolusioner'."
Awalnya, hipotesis ini disambut dengan skeptisisme, tetapi secara bertahap mendapat dukungan ketika banyak penelitian menunjukkan bahwa primata tidak hanya memakan buah yang difermentasi tetapi juga lebih menyukai nektar dengan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi.
Profesor Nathaniel Dominy (Dartmouth College), yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, menyebut karya tersebut "terobosan" dan mengatakan hal itu "menutup perdebatan tentang prevalensi etanol dalam buah-buahan tropis".
Namun, penelitian ini juga menimbulkan pertanyaan baru: apa saja dampak biologis dan perilaku paparan kronis terhadap konsentrasi alkohol rendah pada simpanse, dan apakah mereka secara aktif mencari buah-buahan yang mengandung alkohol atau langsung memakannya saat menemukannya?
Menurut Maro, penelitian lebih lanjut tentang perilaku ini akan membantu memahami lebih baik asal-usul konsumsi alkohol manusia, serta potensi risiko dan manfaatnya. "Kita bisa belajar tentang diri kita sendiri dari simpanse," simpulnya.
Sumber: https://tuoitre.vn/so-thich-nhau-nhet-cua-con-nguoi-bat-nguon-tu-tinh-tinh-20250918173834331.htm
Komentar (0)