Hari-hari musim semi bagi kaum muda yang tinggal jauh dari rumah, meski penuh warna, semuanya mengarah ke tanah air dan keluarga mereka.
Membawa Tet lebih dekat
Tinggal di daerah yang jarang penduduk Asianya, Tet jatuh tepat di musim ujian, sehingga liburan tradisional tahun ini terasa agak hambar bagi Ngan Anh, seorang mahasiswa internasional jurusan Keuangan Eropa di Jerman. Gadis muda ini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan tak kuasa menahan rasa sedih ketika memikirkan orang tuanya di rumah yang tidak dapat merayakan Tet sepenuhnya karena anak-anak mereka sedang berada di luar negeri.
Meski sibuk, Ngan Anh ingin meluangkan waktu untuk mencoba memasak hidangan tradisional seperti banh chung, cha gio, atau babi rebus dengan telur di rumah pacarnya yang orang Jerman. "Keluarga pacar saya sangat menyukai makanan Vietnam dan bahkan secara proaktif bertanya tentang Tet dan makna 12 shio."
Ngan Anh memamerkan keahlian memasaknya di Vietnam di Jerman. Foto disediakan oleh karakter tersebut.
Gadis kelahiran tahun 2003 ini sangat senang melihat budaya etnisnya diperhatikan dan diterima di negeri asing. Hal ini membantu Ngan Anh meredakan rasa rindunya.
Sementara itu, Tran Anh Quan, seorang mahasiswa internasional jurusan Kecerdasan Buatan di Australia, sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya selama liburan Tet. Pria kelahiran 2004 ini tak lupa merencanakan perayaan Malam Tahun Baru daring bersama keluarganya, meskipun perbedaan waktu antara Australia dan Vietnam hanya 4 jam.
"Saat mendengar suara kembang api di ponsel, hati saya langsung berdebar kencang karena sangat merindukan rumah. Saya merasa sedikit iri ketika melihat foto-foto teman-teman saya di rumah membungkus banh chung, pergi merayakan Tet, dan mengunjungi guru-guru mereka." - Bapak Quan menceritakan perasaannya saat Tet tahun lalu.
Anh Quan merayakan Malam Tahun Baru secara daring bersama keluarganya tahun lalu. Foto disediakan oleh karakter tersebut
Merayakan Tet jauh dari rumah membuat pemuda asal Quang Tri ini lebih memahami nilai reuni keluarga dan menghargai apa yang dimilikinya. Quan menggunakan nostalgia sebagai motivasi untuk belajar dan berkembang di negeri asing, "untuk mengemas barang-barang yang akan membuat orang tuanya bangga saat ia pulang."
Menjaga api tetap menyala di negeri asing
Beruntungnya, Quynh Khanh, seorang mahasiswa Hubungan Masyarakat & Periklanan, yang tinggal bersama komunitas mahasiswa internasional Vietnam, merayakan Tet pertamanya di Korea dengan meriah dan nyaman. Semua orang pergi ke pasar bersama, memasak hidangan lengkap berupa ayam rebus, babi panggang, terong, dan berkumpul untuk merayakan Malam Tahun Baru.
Mahasiswi asal Binh Dinh ini mengatakan bahwa orang Korea merayakan Tet seperti orang Vietnam, tetapi hanya memiliki 3 hari libur dari Malam Tahun Baru hingga hari kedua. Kedua negara juga memiliki banyak kesamaan adat istiadat, seperti mendirikan altar untuk memuja leluhur dan mengenakan pakaian tradisional.
Hidangan Tet sederhana namun nyaman dari Quynh Khanh dan teman-temannya. Foto disediakan oleh karakter tersebut.
"Saya juga diajak teman-teman Korea saya makan tteokguk (sup kue beras). Orang Korea menyantap hidangan ini pada Hari Tahun Baru untuk menyambut era baru," ujar Quynh Khanh dengan penuh semangat.
Khanh Linh, seorang mahasiswa Ekonomi di Kanada, juga beruntung dapat merayakan "Tahun Baru Vietnam di Barat" bersama komunitas Vietnam setempat. Tahun ini, semua orang berencana mengadakan pertemuan tahunan untuk merayakan musim semi bersama.
"Semua orang di komunitas ini sangat akrab dan saling menyayangi. Tet saya sederhana, tetapi sarat dengan nuansa budaya Vietnam, mulai dari dekorasi, pesta, hingga seni pertunjukan. Saya harap di mana pun Anda berada, semua orang akan merayakan Tet yang hangat dan bahagia," ungkap Khanh Linh.
Membawa Tet Vietnam ke dunia
Tahun pertama merayakan Tet jauh dari rumah, meskipun masih merasa bingung dan tertekan, Anh Thu—seorang mahasiswa hubungan internasional di AS—tetap bertekad untuk menyelenggarakan "pesta Tet" dan mengundang teman-teman internasionalnya untuk ikut bersenang-senang. Ini merupakan cara bagi gadis muda itu untuk "membalas" kasih sayang teman-temannya sekaligus kesempatan untuk memperkenalkan budaya kampung halamannya kepada dunia.
Anh Thu mentraktir teman-temannya lumpia goreng dan memberi mereka oleh-oleh khas Vietnam seperti tas brokat dan gantungan kunci bergambar pemandangan terkenal. Gadis kelahiran tahun 2003 ini dan teman-temannya menari dan bernyanyi diiringi musik musim semi, serta berbagi kisah budaya tentang negara mereka.
Anh Thu (baju biru) merayakan Tet bersama teman-teman dari lima benua. Foto disediakan oleh karakter tersebut.
"Sebagai satu-satunya orang Vietnam di sekolah, saya pikir saya akan kesepian, tetapi saya tidak menyangka akan memiliki teman-teman dari seluruh dunia di sisi saya. Saya akan selalu mengingat momen ketika teman-teman saya dengan penuh perhatian mendengarkan saya bercerita tentang Tet dan budaya Vietnam," ungkap Anh Thu.
Mahasiswi asal Binh Duong ini dengan antusias menceritakan "prestasi promosi budayanya", misalnya bagaimana teman-teman internasionalnya kagum dan gembira ketika melihat ao dai. "Teman sekamar saya dari Honduras bahkan bilang dia akan "membawa" bahan-bahan dari rumah di AS untuk membuat lumpia goreng bagi keluarganya," ujar Anh Thu dengan penuh semangat.
[iklan_2]
Sumber: https://nld.com.vn/tet-nhieu-sac-mau-cua-du-hoc-sinh-viet-noi-xu-nguoi-196250126225923086.htm
Komentar (0)