Selama periode 2010-2021, Hanoi FC merupakan kekuatan nomor 1 di V.League. Di bawah asuhan Phan Thanh Hung (2010-2016) dan kemudian Chu Dinh Nghiem (2016-2021), tim ibu kota ini mendominasi dengan 11 gelar juara domestik, membangun gaya bermain yang unik, dan mempertahankan posisi yang kuat.
Pelatih domestik tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk memimpin
Ruang ganti selalu stabil, para pemain telah lama bersama tim dan memiliki hubungan dekat dengan staf pelatih. Namun, sejak 2021, titik balik besar telah muncul. Untuk pertama kalinya, Hanoi FC menunjuk pelatih asing, membuka serangkaian pergantian berkelanjutan, dimulai dengan Park Choong-kyun, Chun Jae-ho, Bozidar Bandovic, Daiki Iwamasa, Makoto Teguramori, dan kini pelatih sementara Yusuke Adachi.
Di sela-sela periode ketidakstabilan, tim harus berulang kali "memadamkan api" dengan pelatih-pelatih lokal yang familiar seperti Le Duc Tuan, Dinh The Nam, atau Hoang Van Phuc. Akibatnya, tim ibu kota perlahan-lahan kehilangan posisi uniknya, performanya tidak stabil, dan seringkali gagal meraih gelar-gelar besar.
![]() |
Pelatih Makoto Teguramori tampil mengesankan di musim 2024/25 tetapi tidak bisa bertahan setelah 4 putaran pertama V.League 2025/26. |
Hanoi FC adalah tim dengan bintang terbanyak di V.League. Mengelola ruang ganti yang dipenuhi ego besar, menjaga profesionalisme sambil menyeimbangkan kepentingan, bukanlah tugas yang mudah. Setelah Phan Thanh Hung dan Chu Dinh Nghiem, hampir tidak ada pelatih domestik yang memiliki prestise dan kepribadian yang cukup untuk mengambil peran tersebut.
Pada kenyataannya, budaya tim sepak bola profesional jauh lebih kompleks daripada sekadar pembentukan tim. Para pemain dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan senioritas, pusat pelatihan, atau lokasi.
Meskipun pelatih lokal memahami konteksnya, tidak semua orang berani mendamaikan ego dan menjaga disiplin. Waspada terhadap bintang berpengalaman dengan kepribadian yang kuat seringkali membuat pelatih lokal dianggap sebagai "pemegang kursi", alih-alih ahli strategi.
Itulah sebabnya Hanoi Club terpaksa mencari pelatih asing, yang diharapkan membawa objektivitas dan kejujuran.
Pelatih asing butuh waktu untuk beradaptasi.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada pelatih asing di Hanoi FC yang mencapai kesuksesan jangka panjang. Park Choong-kyun pergi hanya setelah beberapa bulan karena masalah pribadi. Chun Jae-ho, dari posisi sementara, memimpin tim meraih gelar ganda V.League dan Piala Nasional 2022, tetapi hanya bertahan selama satu musim karena ia tidak memiliki lisensi Pelatih Profesional untuk memimpin di Liga Champions AFC.
Bozidar Bandovic tiba di awal tahun 2023, tetapi segera dipecat setelah gagal meraih kesuksesan di kancah kontinental. Sementara itu, Bapak Daiki Iwamasa (Jepang) pada periode 2023-2024 juga tidak bertahan lama karena undangan yang lebih menarik di negara asalnya.
Yang terbaru, pelatih asal Jepang, Makoto Teguramori, membantu tim finis kedua di V.League 2024/25, tetapi harus berpisah setelah awal yang mengecewakan di musim 2025/26, tidak menang setelah banyak putaran dan berhenti di awal Piala Nasional.
![]() |
Tidak mudah untuk mengatur ruang ganti dengan banyak pemain Klub Hanoi. |
Masalahnya, setiap pelatih asing memiliki filosofi taktisnya masing-masing. Meskipun klub melakukan riset menyeluruh sebelum menunjuk pelatih baru, para pelatih sendiri masih membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan satu musim, untuk memahami kemampuan setiap pemain, terutama budaya ruang ganti.
Sementara itu, V.League adalah lingkungan yang keras, menuntut hasil yang cepat. Tekanan tersebut menyulitkan pelatih asing untuk bereksperimen dan beradaptasi.
Faktor lain yang juga memengaruhi adalah pemilihan pemain asing. Di V.League, pemain asing hampir menentukan perbedaan kekuatan. Ketika pelatih asing memilih pemain yang kurang kohesif dengan skuad domestik, seluruh sistem taktis bisa runtuh. Faktanya, dalam beberapa musim terakhir, Hanoi FC terus-menerus kecewa dengan pemain asing, membuat strategi pelatih asing semakin buntu.
Bertahan dalam mencari solusi
Hanoi FC berada dalam dilema. Pelatih lokal tidak cukup mumpuni untuk mengendalikan ruang ganti, sementara pelatih asing membutuhkan waktu untuk beradaptasi tanpa dibiarkan melakukan kesalahan. Setiap kegagalan klub di V.League dan kancah kontinental menunjukkan bahwa masalah ini semakin mendesak.
Sejak 2021, Hanoi FC telah mengandalkan kebijakan pelatih asing, tetapi setelah 5 kali pergantian pelatih, kesuksesan belum juga diraih. Pertanyaannya adalah: akankah klub ini dengan sabar membangun proyek jangka panjang dengan pelatih asing, atau akankah terus terjebak dalam siklus pemecatan dan penunjukan pelatih asing ketika hasilnya tidak sesuai harapan?
Dalam konteks V.League yang semakin kompetitif, Hanoi FC membutuhkan solusi yang lebih berkelanjutan daripada sekadar mengganti pelatih. Karena jika mereka tidak dapat menemukan solusi, mereka akan selamanya terjebak dalam situasi sulit: terpaksa menggunakan pelatih asing tetapi tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan nilai yang dibawa oleh para pelatih tersebut.
Autobiografinya yang terbit tahun 2019, "Basta: My Life, My Truth", mengisahkan karier Marco van Basten dari sudut pandang orang pertama. Legenda Belanda ini mengakhiri kariernya di usia 28 tahun karena cedera pergelangan kaki.
Sumber: https://znews.vn/the-kho-cua-clb-ha-noi-khi-bat-buoc-phai-dung-hlv-ngoai-post1590050.html
Komentar (0)