Pada konferensi pers rutin Pemerintah di bulan Juli pada sore hari tanggal 5 Agustus, pers mempertanyakan lambatnya pengembalian pajak pertambahan nilai (PPN), di mana salah satu alasan pelaku usaha melapor adalah sulitnya membuktikan asal barang.
"Berapa banyak pajak yang belum diterima bisnis dan instansi mana yang bertanggung jawab atas keterlambatan pengembalian pajak?" tanya pers.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Keuangan Nguyen Duc Chi mengatakan bahwa dalam restitusi PPN, saat ini terdapat metode pemeriksaan sebelum restitusi dan restitusi terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan pemeriksaan. Dalam kedua metode tersebut, terdapat ketentuan mengenai tanggal penyelesaian, dihitung sejak perusahaan menyerahkan dokumen lengkap sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
"Untuk pengembalian pajak pra-cek, jangka waktu pengembalian pajak adalah 6 hari, sedangkan untuk pengembalian pajak pra-cek, jangka waktunya 40 hari. Ini adalah aturan hukum untuk menyelesaikan pajak," kata Bapak Chi.
Menurut Wakil Menteri Keuangan, pada tahun 2022, otoritas pajak telah mengembalikan lebih dari VND 150.000 miliar dengan lebih dari 20.774 keputusan restitusi pajak. Dalam 7 bulan pertama tahun 2023, otoritas pajak di seluruh negeri telah mengembalikan lebih dari VND 70.356 miliar dengan 9.800 keputusan restitusi pajak.
Dalam kasus pengembalian pajak, menurut klasifikasinya, hampir 80% termasuk dalam kelompok pra-pengembalian, pasca-audit, sisanya 20% termasuk dalam kelompok pra-audit, pasca-pengembalian.
"Siapa yang bertanggung jawab atas keterlambatan restitusi pajak? Penentuan tanggung jawab atas keterlambatan di pihak otoritas pajak, atau individu atau badan usaha, harus mempertimbangkan kasus dan catatan spesifik, yang dapat digunakan untuk menentukan penyebabnya. Namun, dari perspektif badan pengelola, hal ini harus ditinjau, dipantau, dan diperbaiki agar tidak ada lagi yang dapat mengatakan bahwa keterlambatan tersebut terjadi," ujar Bapak Chi.
Wakil Menteri Keuangan Nguyen Duc Chi menjawab pada konferensi pers.
Menurut Bapak Chi, pertama-tama perlu ditinjau kembali peraturan perundang-undangan, prosedur dan metode pelaksanaannya, untuk melihat apakah ada yang dapat diperbaiki atau dipersingkat, dengan tetap memperhatikan persyaratan kecepatan, ketepatan, pencegahan risiko dan anti penipuan.
Mengenai solusi spesifik, industri pajak akan memprioritaskan penerapan AI dalam manajemen pajak, membangun data besar pada bisnis, dan secara proaktif menyaring bisnis yang berisiko terlebih dahulu, artinya bisnis harus memeriksa terlebih dahulu dan mengembalikan dana kemudian.
"Ada bisnis yang hanya menjual sarang burung walet, tetapi menerbitkan faktur dengan omzet lebih dari 30.000 miliar VND. Kami harus memeriksanya karena kami punya analisis dan data. Jika jelas legal dan masuk akal, mereka akan mendapatkan restitusi pajak dengan sangat cepat," Bapak Chi mencontohkan.
Pimpinan Kementerian Keuangan juga menegaskan akan meningkatkan disiplin dan menangani secara tegas kasus-kasus yang menimbulkan kesulitan bagi dunia usaha, serta tegas menangani kasus penipuan pengembalian pajak.
Dalam informasi yang dirilis beberapa hari lalu, Kementerian Keuangan mengatakan pihaknya telah mengarahkan secara tegas otoritas pajak di semua tingkatan untuk menyelesaikan pengembalian PPN.
Khususnya, para Direktur Dinas Pajak Provinsi dan Kotamadya diminta untuk bertanggung jawab penuh atas pengelolaan restitusi PPN di wilayahnya, agar tidak berlarut-larut dan menimbulkan frustrasi bagi masyarakat dan pelaku usaha. Atas jumlah pajak yang telah diperiksa dan diverifikasi, segera selesaikan restitusi pajak bagi wajib pajak.
Di samping itu, perlu ditingkatkan pengawasan dan pemeriksaan pasca restitusi terhadap putusan restitusi pajak yang dikenakan pemeriksaan pra restitusi dan pasca restitusi, agar dapat segera ditindaklanjuti adanya penggunaan faktur pajak yang tidak sah atau penyalahgunaan faktur pajak, praktik pungli dalam restitusi pajak untuk merugikan keuangan negara, dan dapat ditindak tegas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di sisi bisnis, Kementerian Keuangan mewajibkan peningkatan kesadaran untuk mematuhi kebijakan hukum perpajakan dan faktur pajak secara ketat, serta memenuhi kewajiban terhadap APBN secara penuh. Tolak penggunaan faktur pajak secara ilegal atau penggunaan faktur pajak ilegal dalam pengajuan restitusi PPN.
Perusahaan perlu proaktif dalam mempersiapkan dokumen permohonan restitusi pajak, meninjau dan mengumpulkan faktur masukan, dokumen pembayaran, deklarasi pabean, dan kontrak ekspor sebelum mengajukan dokumen permohonan restitusi pajak kepada otoritas pajak. Hindari dokumen yang tidak memenuhi prosedur, yang dapat memengaruhi proses penerimaan dan pemrosesan oleh otoritas pajak .
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)