Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan Ana Brnabic akan mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri untuk menjadi Ketua Parlemen setelah memimpin pemerintahan negara Balkan Barat itu selama hampir tujuh tahun.
Partai Progresif Serbia (SNS) yang berkuasa dapat memutuskan perdana menteri baru minggu depan, kata Vucic pada tanggal 6 Maret di Beograd, setelah pertemuan pimpinan partai.
Ibu Brnabic, 49, yang terbuka gay dan belajar di Inggris, menjadi perdana menteri wanita pertama Serbia ketika ia dilantik pada bulan Juni 2017.
Brnabic kini menjadi pemimpin pemerintahan Serbia yang paling lama menjabat dalam lebih dari satu abad. Presiden Vucic menekankan perlunya "perubahan energi" tanpa merinci alasan pengunduran diri perdana menteri.
Partai SNS, yang didirikan bersama oleh Bapak Vucic dan diikuti oleh Ibu Brnabic pada tahun 2019, memenangkan pemilihan umum dadakan yang diadakan Desember lalu, mengamankan mayoritas yang nyaman di parlemen Serbia yang beranggotakan 250 orang meskipun ada tuduhan oposisi mengenai kecurangan dan kondisi pemilu yang tidak adil. Kabinet baru kemungkinan akan dibentuk akhir bulan ini.
Pemilu parlemen Serbia, yang kelima sejak 2012, dipicu oleh dua penembakan massal pada Mei 2023 yang memicu protes besar-besaran di negara berpenduduk 6,8 juta jiwa itu. Puluhan ribu pengunjuk rasa berpartisipasi dalam unjuk rasa anti-pemerintah di seluruh Serbia.
"Dia benar-benar layak menduduki salah satu posisi tertinggi di negara ini," ujar Vucic kepada para wartawan.
Pengumuman ini disampaikan saat Ibu Brnabic sedang berada di ibu kota Bukares, negara tetangga Rumania, untuk menghadiri Kongres Partai Rakyat Eropa. Beliau berterima kasih kepada Bapak Vucic dan mengatakan bahwa mengemban peran sebagai Ketua Parlemen merupakan suatu kehormatan besar sekaligus tantangan besar .
Minh Duc (Menurut Bloomberg, Reuters)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)